Secretary Kim (3)

1.5K 276 15
                                    

*Sehun POV*

Kepalaku sakit sekali rasanya. Aku kembali masuk kamar Jongin, ingin beristirahat. Aku baru saja mengalami drama yang luar biasa. Dan sekarang dengan enaknya grandma menonton drama setelah membuatku panik tadi.

Aku masuk ke dalam kamar mandi. Ingin mendinginkan kepalaku. Aku stres!

Aku keluar kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk di pinggangku. Ku lihat Jongin yang sudah duduk di pinggir ranjang dengan sedikit khawatir.

"Sehun tidak apa-apa?" Tanyanya hati-hati.

"Hm." Jawabku sambil membongkar isi koperku, mencari pakaianku.

"Maafkan grandma. Dia memang selalu memaksakan kehendaknya."

"Aku sedang tidak ingin membahasnya." Jawabku pelan dan final. Memakai pakaianku dengan cepat. Ku abaikan Jongin yang melihat seluruh lekuk tubuhku. Aku terlalu lelah hari ini.

*Jongin POV*

Grandma memang sedikit keterlaluan. Ini semuanya bermula ketika aku bertengkar memperebutkan ranjangku hingga menimbulkan kesalahpahaman. Grandma sangat mendukung hubunganku dengan Sehun. Aku heran. Walaupun Sehun tampan, aku sama sekali tidak tertarik dengannya. Dia pria angkuh yang dingin. Aku tidak akan tahan jika bersamanya. Bisa-bisa aku akan ditindasnya.

Aku mencoba meminta maaf pada Sehun dengan menyusulnya ke dalam kamar. Wajahku merona saat melihat Sehun keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk saja. Bisa ku lihat jelas tubuh indahnya. Kenapa aku tiba-tiba menjadi gugup?

"Aku sedang tidak ingin membahasnya." Sehun berkata final, yang artinya dia memang tidak mau diganggu atau dibantah lagi. Setahun menjadi sekretarisnya, aku paham benar dengan sifatnya.

"Baiklah... Aku pergi dulu." Ku tinggalkan Sehun di kamar dan bergabung dengan keluargaku.

.
.
.
.
.

Ini sudah pukul 09.00, tapi Sehun tidak juga keluar dari kamar. Aku sudah memanggilnya untuk makan malam, tapi Sehun menolakku. Aku kesal dengan tingkah nenek tadi. Seharusnya nenek tidak seenaknya memaksa hubunganku dengan Sehun. Diantara kami sama sekali tidak ada perasaan lebih.

Aku masuk kamar dengan hati-hati sambil membawa makanan. Ku lihat Sehun yang duduk di balkon sambil menikmati pemandangan. Dengan hati-hati aku menegurnya.

"Sehun?" Aku menyapanya dengan pelan.

"Hm."

"Makanlah. Kau melewatkan makan malammu." Aku memberikan nampan makanan kepadanya.

"Aku tidak lapar."

"Tapi aku membawakannya untukmu." Aku merengut tidak suka.

"Hah. Baiklah, bawa sini." Ku dengar desahan nafasnya, setidaknya aku merasa lega karena dia mau menerima makanan yang ku bawa.

"Terimakasih, Sehun. Aku juga membawakan susu untukmu." Aku duduk disampingnya, menunggunya menghabiskan makanannya.

"Hm. Ceritakan tentangmu." Ujar Sehun sambil mulai menikmati makan malamnya.

"Tidak ada yang istimewa denganku."

"Tidak ada? Belum ada sehari aku sudah terkejut dengan apa yang ku lihat. Kau memiliki segalanya. Kau memiliki keluarga dan harta yang banyak. Apa alasanmu ke Seoul dan menjadi gembel disana?"

"Apartemen mewah di kawasan Gangnam punya daddy."

"Oh, kau menyombong rupanya?"

"Bukan, Sehun. Aku cuma mau bilang, daddy yang memiliki semuanya, bukan punyaku. Aku juga ingin seperti daddy, tapi dengan usahaku sendiri." Aku mulai menceritakan tentang diriku pada Sehun.

ɢᴀʟᴀxʏWhere stories live. Discover now