BAB 3

3 0 0
                                    

Hari kedua di kelas 2. Seperti yang sudah ditebak, Rina pindah duduk dengan Dian. Lala hanya tersenyum mengangguk saat Rina berpamitan pindah duduk dengan Dian. Lala menghela napas panjang. Ia memandang sekeliling. Sepertinya yang lain sudah punya teman duduk masing. Anak perempuan kelas ini jumlahnya genap. Seharusnya ia akan tetap punya teman duduk. Tapi sepertinya tidak muncul juga calon teman sebangkunya. Lala hanya menunduk sendirian di bangkunya. Terlihat sendirian seperti ini, ia merasa buruk. Apa wajahku terlihat menyebalkan sehingga tidak ada yang mau duduk denganku. Aku ada di bangku urutan kedua seperti kemarin. Seharusnya ini bukan posisi yang buruk.

Bel berbunyi tanda pelajaran akan dimulai. Lala hanya mendesah. Bagus, aku benar benar sendiri. Luar biasa.

"Hai boleh aku duduk disini?" terdengar suara anak perempuan bertanya.

Lala mendongak, kaget mendengar suara. "Eh...iya. Silahkan" jawab Lala cepat.

Tepat setelah anak perempuan itu duduk, Guru masuk ke kelas. Pelajaran hari ini siap dimulai. Lala sungguh merasa lega punya teman duduk baru. Ia tahu teman barunya tak kan berpindah kemana mana lagi. Anak perempuan ini sama sama tidak punya pilihan untuk duduk dengan siapa. Mereka yang tersisa.

"Hai...aku Fatma. Dari kelas 1.2"

"Oh aku Lala, 1.10...." Pantas aku tak pernah melihatnya. Kelas 1.2 ada di ujung depan. Sedang kelas Lala paling belakang dekat kantin. Lala dan teman temannya selalu ke kantin belakang. Sedang anak anak kelas depan pergi ke kantin samping dekat Musholla.

Perkenalan itu hanya singkat saja. Selanjutnya mereka diam memperhatikan pelajaran dari Guru. Belum ada yang bisa diobrolkan lagi. Lagipula mengobrol di kelas saat Guru killer mengajar jelas bukan pilihan bijaksana.

Saat hendak istirahat, tiba tiba Ketua kelas berdiri di depan kelas. Andre, Lala mengingat namanya.

" Teman teman ada pengumuman sedikit. Kemarin ada usulan dari teman teman kalau posisi duduk kita tidak akan tetap seperti ini. Jadi bisa berubah setiap hari, sesuai datangnya kalian lah. Yang paling pagi bisa memilih posisi dimana kalian mau duduk, sekalian teman duduknya juga. Bagaimana? Setuju apa enggak? Biar kita kayak anak kuliah gitu" kata Andre berusaha meyakinkan kami semua. Aku mendengar banyak suara bergumam setuju. Saat kelas 1 kelas Lala menggunakan sistem duduk tetap. Jadi posisi awal saat hari pertama adalah tempat duduk mereka selama 1 tahun.

"Aku setuju....tapi ga boleh nitip teman buat nyariin tempat duduk. Jadi fair...ga boleh milih milih siapa yang duduk di depan atau di belakangnya." Aku mendengar Shely bicara.

Sekali lagi aku mendengar suara suara setuju. Tempat duduk yang berubah setiap hari. Aku senang sekaligus khawatir. Senang karena aku masih bisa berpindah pindah posisi dudukku. Khawatir, bagaimana jika tidak cocok dengan teman yang di dekat kursiku. Tapi kan gampang pikirku tinggal pindah lagi.

"Aku nurut kamu aja ya. Tiap hari aku berangkat siang, sering sering nyampe waktu bel. Jadi aku ikut kamu aja ya La." Fatma bicara padaku.

"Eh iya....siap." aku menjawab sambil tersenyum. Datang pagi tidak terlalu masalah buatku. Kelas 1 aku pernah sengaja datang pagi pagi, untuk melihat Mas Irwan sekilas, kakak kelasku dari kelas 3. Aku tersenyum kecil mengingatnya. Ah Kak Irwan sudah lulus sekarang, kudengar ia diterima di salah satu Universitas di Surabaya. Fakultas Teknik seingatku.

Lala ke kantin dengan Fatma hari ini. Rasanya menyenangkan punya teman. Fatma setinggi Lala, ia mengenakan kacamata. Rupanya Fatma kenal cukup banyak orang, saat ke kantin banyak yang berhenti menyapanya. Aku melihat Alfi dan Nia bersama sekelompok teman yang lain. Lala menyapa mereka lalu kembali bergabung dengan Fatma. Mereka akan kembali ke kelas setelah membeli snack. Makan dikelas lebih nyaman daripada di kantin yang sesak.

Lala senang sekali duduk bersama Fatma. Dia menyenangkan. Lala merasa mereka akan cocok. Fatma tipe yang serius tapi masih bisa bercanda. Dia sungguh sungguh saat pelajaran. Mencatat detail setiap penjelasan dari Guru. Fatma sedikit kikuk, sangat lucu. Lala merasa santai di dekatnya. Kurasa kelas 2 akan terasa menyenangkan. Lala merasa sedikit bersemangat dari sebelumnya.

"Biyan...pulang sekolah aku kerumahmu." Lala mendengar suara teriakan di belakangnya. Ia menengok. Indra, suara anak laki laki yang berteriak tadi. Lala mulai sedikit sedikit mengenali nama teman temanku.

"Siap....." Biyan menjawab sambil tersenyum.

Lala segera menatap ke depan kembali. Menjawab pertanyaan Fatma. Dengan sistem duduk yang berubah setiap hari. Mungkin selama setahun kami di kelas 2, sekali sekali Lala akan berkesempatan duduk dekat bangkunya. Lala cepat cepat menghapus pikiran itu. Jangan berpikir macam macam. Tapi Lala tak bisa membohongi perasaannya sendiri. Lala merasa jauh lebih bersemangat dengan sistem duduk ini. Sedikit kilasan bayangannya duduk di depan kursi Biyan membuat hatinya berdebar.

"La....masih lapar? Kok bengong gitu" pertanyaan Fatma mengagetkan Lala.

"Eh endak...kenyang, kenyang. Tadi pagi sudah sarapan banyak" Jawab Lala cepat.

"Oh..." Fatma hanya mengangguk kecil.

Bel tanda istirahat siang sudah berbunyi, Lala membereskan bungkus snack nya. Berjalan keluar membuangnya ke tempat sampah, kemudian berjalan kembali ke kelas. Sekilas ia melihat Biyan tersenyum berbicara dengan temannya. Untuk ke sekian kali hatinya berdebar dan pipinya terasa panas. Lala menghela napas, duduk di kursinya, mengeluarkan buku. Siap melanjutkan pelajaran kembali. Dia membaca jadwal pelajarannya. Eh Fisika. Dan semangatnya langsung turun hahahaha.

Biyan Lala : Keeping My Love Behind My SmileWhere stories live. Discover now