17. Rindu

26.4K 1.8K 144
                                    

Dear Pendamping Hidupku...
Aku merindukanmu,
Merindukan semua tentangmu,
Dan merindukan saat-saat bersamamu.

🍃🍃🍃

Malam kembali menyapa. Aku membaringkan tubuhku di atas ranjang. Apakah malam ini Mas Haikal tidak akan pulang lagi? Tentu saja, Halin! Bukankah tadi siang kau mendengarnya sendiri, bahwa Mas Haikal akan tetap di rumah sakit untuk menjaga Mbak Tissa.

Sendiri lagi. Malam ini tak ada dekapan hangat dari Mas Haikal, tak ada ucapan manis yang ke luar dari bibirnya, malam ini seperti malam kemarin, sepi dan sunyi tanpa kehadiran seorang kekasih.

Aku tahu, Mas Haikal berani mengataiku bocah seperti itu karena tak ada aku di dekatnya. Kalau aku ada di dekatnya, pasti dia tak akan berani mengatakan hal itu. Tapi tetap saja, apakah wajar seorang suami mengatai istrinya di depan orang lain? Aku memang bocah. Ya, bocah yang baru saja lulus sekolah. Tapi mengapa Mas Haikal mau menikahi seorang bocah sepertiku?

Dan, Mbak Tissa. Apakah dia tak punya perasaan? Sehingga dia berani mendekati seorang lelaki yang sudah mempunyai istri?

Tanpa terasa, air mataku perlahan jatuh ke pipi. Mengingat mereka berdua ternyata hanya akan membuka luka lagi.

Mengapa Mas Haikal yang harus menjaga Mbak Tissa? Apakah tidak ada keluarga dari Mbak Tissa yang menjaganya? Itulah pertanyaan yang sedari tadi memenuhi kepalaku.

Ah, sudahlah. Memikirkan itu membuatku mengantuk. Lebih baik aku tidur saja.

***

Pagi yang cerah. Tapi tak secerah hatiku. Bagaimana mau cerah, jika mentari hatiku masih tenggelam di hati yang tak seharusnya.

Seperti biasa, pada pukul 8 pagi aku sudah sampai di Kafe Mawar. Aku berjalan masuk ke dalam ruanganku. Aku jadi ingat, terakhir Mas Haikal masuk ke dalam ruangan ini ketika aku memasakkannya nasi goreng.

Drrtt.. Drrtt..

Baru saja aku mendudukan diri di kursi, ponsel yang ada di tas selempangku bergetar, mendadakan ada sebuah pesan masuk.

Ketika kulihat, ternyata itu sebuah pesan dari Mas Arif. Oh, ada apa dia mengirimiku pesan?

From : Mas Arif
Halin, apakah malam tadi Haikal pulang?

Rasanya aku ingin tertawa melihat pesan yang dikirim Mas Arif. Bukannya dia tahu kalau Mas Haikal tidak akan pulang dan lebih menjaga Mbak Tissa.

To : Mas Arif
Tidak.

Tak sampai 5 menit Mas Arif sudah membalas lagi pesanku.

From : Mas Arif
Ya sudah, mungkin Haikal sedang sibuk dengan pekerjaan.

Sibuk dengan mantannya lebih tepatnya.

Aku tak membalas lagi pesan Mas Arif. Aku membawa buku harian dan bolpoin yang aku simpan di tas selempangku.

Dear Pendamping Hidupku...
Di sini aku merindu,
Di sini aku mencinta,
Dan di sini aku menunggu.

Dear Pendamping Hidupku...
Rasa rindu ini tak salah,
Tapi yang jadi salah,
Rindu padamu yang tak merindu.

Dear Pendamping Hidupku...
Beginikah rasanya?
Merindu seorang diri,
Dan rindu tak terbalas.

Aku menatap tulisanku. Aku benar-benar merindukan Mas Haikal yang manis, Mas Haikal yang perhatian, dan Mas Haikal yang selalu membuat pipiku merona. Oh, akankah Mas Haikal bersikap seperti itu lagi padaku?

Pendamping HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang