Masih Ada Cinta

25.3K 1.8K 29
                                    

Untukmu yang sedang berjuang melupakan, mulailah proses itu tanpa perlu memaksakan. Jalani semua dan bekali hati dengan keikhlasan. Jadikanlah Allah sebagai tempat untuk menumpukkan harapan. Kendalikan dirimu, agar tidak tenggelam dalam perasaan kecewa yang berkepanjangan.

Sejatinya hidup adalah proses untuk kita belajar; belajar menerima apapun yang memang tidak Allah takdirkan untuk kita; belajar untuk menerima setiap kehilangan dengan hati yang ikhlas, yakinlah jika Allah tahu apa dan siapa yang terbaik untuk semua hamba-Nya.

Untukmu yang sedang berjuang selepas kehilangan, beranjaklah. Hapus semua keraguan dalam hatimu dan yakinkan dirimu, bahwa kamu tidak sendiri, ada Allah yang senantiasa membersamai.

***

Mama mendadak harus pergi ke Surabaya. Nenek dari pihak Papa jatuh sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit.

"Kamu urus kafe, ya. Mama belum tahu kapan pulang. Doakan nenekmu baik-baik saja."

Wanita itu berlalu begitu saja, setelah berpamitan. Aku menatap kepergiannya. Dalam situasi seperti ini aku tidak ingin pergi ke mana pun, termasuk ke kafe. Lekas aku menghubungi Siti dan mengalihkan tanggung jawabku padanya. Dia adalah karyawan kepercayaan Mama dan aku juga percaya dia bisa mengurus semua.

Tidak terasa langit sudah berubah gelap. Seharian aku berada dalam kamar. Jarum jam terus berputar dan malam pun semakin larut. Tubuh ini pun berbaring, mencoba pejamkan mata. Namun, beberapa detik kemudian netraku kembali terbuka. Perasaan gelisah lagi-lagi menghantui. Kupeluk erat guling dengan tangan yang mengepal dan dipenuhi keringat. Bayangan Reno menyelinap begitu saja dalam ingatan dan memenuhi seluruh isi kepala. Tentang dia yang akan menikah dengan Melisa, hatiku kembali tercabik.

Perpisahan itu telah terjadi cukup lama. Bertahun-tahun tak pernah saling mengabari, tak juga aku mencari. Kupikir rasa ini telah pergi. Nyatanya masih saja dia memiliki ruang dalam hati ini.

Oh, Allah, aku pernah menggantungkan harap selain pada-Mu. Aku pernah jatuh cinta pada seseorang hingga melupakan-Mu. Sampai akhirnya Kau patahkan hati ini, membuat diriku hancur dan terpuruk dalam waktu yang sangat panjang.

Sampai hari ini luka itu masih belum mengering. Aku tahu, segala yang terjadi telah Engkau tulis dalam lembaran catatan takdir setiap hamba-Mu. Namun, bisakah aku meminta, jangan lagi berikan luka dalam hati ini.

Butir bening itu kembali berjatuhan. Aku menghela napas dalam-dalam. Tubuh ini pun beranjak dan pergi untuk mengambil wudu; mencari ketenangan dengan melakukan salat. Usai semua terlaksana, kubuka Alquran merah jambu, hadiah pemberian Papa.

Perlahan kubaca ayat demi ayat sembari memaknai isinya. Bacaan tiba-tiba terhenti pada satu ayat yang saat membacanya membuatku merasa tertampar. Mulut ini pun tak sanggup lagi berkata. Lagi, cairan bening merambah turun, bersamaan dengan sesak di dalam dada.

"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri."

(QS. Yunus 10: Ayat 44)

Secara otomatis kedua pipiku basah kembali. Ingatan berputar dan terhenti pada fase saat aku menjadi manusia paling bodoh, karena sempat begitu marah kepada-Nya; saat semua ketentuan-Nya tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan.

Aku terdiam. Tidak mudah untuk bisa sampai di titik ini. Perjalanan penuh liku telah aku lalui. Bersyukur Allah berikanku kesempatan untuk berbenah, karena tidak semua orang diberikan kesempatan itu.

***

"Zi ...."

Aku menoleh mendengar suara lembut itu. Kak Prita—kakak iparku tiba-tiba saja datang. Perempuan berjilbab motif abstrak itu langsung memeluk erat tubuh ini. Seketika hatiku menghangat. Rasa tenang mampu kurasakan, sama rasanya seperti saat dalam pelukan Mama.

Setelah Masa Lalu (Selesai)Место, где живут истории. Откройте их для себя