Bab 2

908 64 4
                                    

Pagi hari di aula utama, Chris dan Alma sedang duduk di pojok berduaan saja sambil memperhatikan lalu lalang para murid senior dari berbagai sekolah sihir memasukan kertas nama mereka kedalam  cawan api. Beberapa Auror berdiri di sisi ruangan, mengawasi setiap gerak gerik orang-orang yang lalu lalang disekitar cawan api.

"Apa kita akan diam saja memperhatikan atau kita ikut memasukan nama kita ke cawan api?" Alma akhirnya berkomentar, rasa bosan mulai meremas jiwanya yang dinamis.

"Entahlah, aku mulai ragu dengan semua ini. Maksudku, lawan kita adalah murid sekolah-sekolah terkenal! Kita tidak mungkin menang melawan mereka." Ucap Chris pesimis, kertas nama yang sedari dia pegang kembali dia masukan lagi kedalam kantung jubahnya.

"Apa sekolah terkenal menjanjikan muridnya pintar semua? Orang bodoh ada dimana-mana Chris dan masalah menang atau kalah, kita tidak akan pernah tahu kalau kau tidak mencobanya." Alma mengayunkan tongkatnya lalu menyihir kertas namanya. Kertas nama itu melipat dirinya sendiri menjadi bentuk origami burung bangau dan terbang mengitari aula sebelum masuk kedalam cawan api.

"Bagaimana kau-"

"Aku mempelajarinya dari seorang murid Mahoutokoro dan aku ada janji temu dengannya dalam 15 menit. Ada banyak hal yang bisa aku pelajari tentang sihir Jepang sebelum pertandingan." Alma bangkit dari duduknya dan bersiap pergi.

"Jadi kau mencampakanku?" Chris pura-pura sakit hati.

Alma tersenyum sambil memutar matanya "Sebaiknya kau memasukan namamu Chris, atau aku akan sangat marah." Ucap Alma sebelum dia pergi meninggalkan aula.

Chris merogoh lagi kantung jubahnya dan menimbang perkataan Alma. "Alma benar, apa salahnya mencoba. Lagipula hampir semua murid Ilvermorny ikut, jadi kemungkinan aku terpilih juga cenderung kecil."

Berjalan mendekati cawan api Chris melemparkan kertas namanya dan berharap yang terbaik (cawan api tidak akan memilihnya). Mundur beberapa langkah, Chris tidak sengaja menabrak seseorang atau mungkin sebuah tembok (?) karena apa yang Chris tabrak cukup kokoh.

"Hei, hati-hati." Suara beraksen khas yang keluar dari siswa Durmstrang itu membuat Chris terintimidasi.

"Uh urm... maaf maaf. Aku benar-benar tidak sengaja!" Chris berusaha tidak menatap matanya terlalu lama dan segera pergi, tapi tangan besar siswa itu segera menangkap tangan Chris dan menahannya di tempat. Pucat langsung mendominasi wajah Chris.

"Kau tidak apa-apa kan?" tanya si siswa Durmstrang itu ramah. Hal itu membuat Chris tertegun sejenak, tidak mengira mendapatkan jawaban seperti ini dari siswa Durmstrang yang terkenal kasar, barbar, dan keras. Chris memberanikan diri untuk melihat kewajah siswa itu dan Chris harus mengakui kalau wajahnya cukup tampan (koreksi, sangat!).

"Y-ya.. tentu. Tidak ada luka tidak ada masalah." Chris menjawab gugup dan siswa Durmstrang itu melemparkan kertas namanya ke dalam cawan api. Selagi dia melakukan itu, matanya tidak lepas memperhatikan Chris dan siswa Durmstrang itu mengangkat sebelah bibirnya memberikan apa yang Chris sadar sebagai senyuman keren. Jenis senyuman yang dikeluarkan laki-laki ketika dia ingin membuat lawan sosialnya terpikat. Senyuman yang secara naifnya Chris pikir hanya untuknya.

"Hector! Ayo cepat! Kita akan terlambat latihan!" Ucap siswa Durmstrang yang tiba-tiba merangkul Hector dan mengalihkan pandangannya dari Chris. Chris menggunakan kesempatan itu untuk segera pergi dari hadapannya, kembali ke sisi ruangan dimana tadi dia duduk

Chris segera membuka buku tebalnya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah sekaligus pandangan Hector yang digiring pergi bersama teman-temannya. Beberapa saat menenangkan pikirannya, Chris mendengar obrolan murid Hogwarts tentang Hector. Murid Durmstrang bernama Hector itu ternyata adalah Hector Ulrik Magnus. Pemenang turnamen duel sihir tahun lalu dan dia yang disebut Durmstrang's Jack. Duelist terkenal yang terkenal "membantai" lawannya tanpa ampun.

Perlombaan Akademi Sihir: Kebangkitan si UlarWhere stories live. Discover now