12. He (s) Angry

2.3K 158 9
                                    

Revisi 080518

________

Shin Woo mengerang menahan sakit di kepalanya. Tangan kanannya mencengkeram erat pembatas balkon sedangkan tangan kirinya meremas rambutnya, mencoba menahan rasa sakit yang menderanya. Rasanya sangat sakit hingga untuk membuka mata pun ia tidak sanggup.

Air matanya keluar. Semakin deras seiring dengan rasa sakit yang dirasakannya. Ini sakit. Sungguh sangat sakit.

Saat kesadarannya semakin menghilang sebuah tangan halus merengkuh tubuhnya. Membawanya ke dalam pelukan tubuh rapuh itu.

Sempat Shin Woo berharap gadis yang memeluk tubuhnya adalah Harumi. Nyatanya ia harus menahan kekecewaan begitu mendengar suara khawatir Claudia yang mengalun lembut di telinganya.

"Ya Tuhan Shin Woo ada apa denganmu?" Claudia menatap Shin Woo khawatir.

"Obatku," ucap Shin Woo lirih tapi masih bisa di dengar Claudia. Ia melepaskan pelukannya dan berlari ke arah kamar. Membuka laci di nakas dan kembali lagi pada Shin Woo dengan segelas air di tangannya.

"Minumlah," Claudia membantu Shin Woo meminum obatnya sambil tetap memegang tubuh Shin Woo yang seolah tidak bertenaga, "Ayo kita ke kamar. Kau harus istirahat," Claudia membawa Shin Woo ke kamar dengan perlahan lalu menyelimutinya begitu Shin Woo berbaring di atasnya.

"Apa yang terjadi denganmu? Kau tidak pernah mengalami serangan ini selama bertahun-tahun."

Shin Woo menggeleng lemah. Ia juga tidak tahu. Sejak kecelakaan yang menimpanya dan pengobatan yang dilakukannya ia tidak pernah terkena serangan lagi. Tapi tadi untuk pertama kalinya ia mengalami serangan itu dan semua karena satu nama yang terus terngiang di kepalanya.

Sebenarnya ada apa dengan dirinya? Apa hubungannya dengan Harumi?kenapa melihat gadis itu menangis membuat hatinya terasa sakit? Apa gadis itu sangat berarti baginya hingga membuatnya merasa begitu terluka hanya karena melihatnya menangis?

Shin Woo menggeleng. Semakin ia memikirkannya, semakin tebal kabut hitam menyelubungi kepalanya. Tangannya refleks memegang kepalanya yang kembali berdenyut sakit.

"Kau baik-baik saja?" Claudia menatap Shin Woo khawatir.

Shin Woo membuka matanya dan mengangguk pelan. Ia tidak baik. Tapi ia tidak mungkin mengatakan hal itu karena tidak ingin membuat Claudia khawatir padanya.

Sebuah senyum ia usahakan untuk gadis yang dicintainya itu, "Aku tidak apa-apa percayalah."

"Kau yakin? Kau terlihat pucat sayang."

Shin Woo mengelus pipi Claudia, "Percayalah padaku. Aku baik-baik saja."

Claudia menghela napas, "Sebaiknya kau jangan terlalu memporsir pikiranmu sayang. Aku tidak mau kau terkena serangan seperti ini lagi. Bagaimana kalau tadi aku tidak datang?"

"Terima kasih sayang. Tapi sekarang aku baik-baik saja," Shin Woo meraih tangan Claudia yang sejak tadi mengelus kepalanya dan mengecupnya, "Apa kau jadi pergi besok pagi?" tanyanya. Mencoba mengalihkan pembicaraan.

Claudia yang menyadari maksud Shin Woo hanya bisa menggeleng. Tapi tak ayal menjawab pertanyaan pria itu karena ia memang ke penthouse Shin Woo untuk memberitahu pria itu sekaligus menghabiskan malam bersama.

Tapi melihat kondisi Shin Woo saat ini, rasanya tidak mungkin ia mewujudkan rencananya.

"Bagaimana aku bisa pergi kalau kau seperti ini? Aku tidak akan tega meninggalkanmu sendiri," Claudia menggenggam tangan Shin Woo dengan erat, "Apa kau mau kupanggilkan dokter Tommy? Kau sudah lama tidak ke sana bukan? Mungkin itu penyebab kau terkena serangan."

Thief of My Heart (Sequel #2 GMAB) (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang