30. Berjarak

1.2K 149 12
                                    

Besoknya Sefia, Luna, dan Sakti ketika istirahat kedua, mereka masih didalam kelasnya. Tetiba Anas datang menghampiri Sefia dengan ramah. Dia juga nyapa Luna dan Sakti sekedarnya. Dan langsung tertuju hanya pada Sefia. Karena emang niat Anas kesini untuk nyamperin Sefia.

"Sefia, gue traktir Lo di kantin yuk! Anggap aja sebagai tanda terima kasih gue karena Lo udah ngajarin gue kemaren."

"Eheeem... Kayaknya gue nyium bau - bau apa gitu?...." Sakti langsung nyamber godain sampe Sefia gak jadi ngomong padahal udah mangap mau jawab.

"Ciyeeee......." Luna nimpalin.

"Apaan sih berdua....." Anas tersipu dibuatnya karena merasa ke tahuan sedang usaha mepet. Tapi biar begitu Anas berusaha sok cool.

Sementara Duta yang emang harus selalu ribet kalo mau keluar kelas karena cewek - ceweknya selalu pada nyari kesempatan buat deketin pada akhirnya kalah start sama Anas.

Duta yang pada saat itu hendak menghampiri Sefia, Luna, dan Sakti seperti biasa. Malah merasa harus mengurungkan niatnya begitu melihat Anas yang sudah lebih dulu bersenda gurau dengan Sefia.

Duta sebenarnya gak rela, pengen rasanya Duta langsung menghampiri mereka dan mengusir Anas agar menjauh dari mereka. Tapi logika Duta memperingatkannya. Bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk itu. Lagian Sefia berhak dicintai dan wajar di kejar banyak lelaki.
Walaupun Duta menginginkan menjadi bagian dari lelaki yang beruntung bisa mendekati Sefia tapi Duta harus sadar diri. Ada Airin yang membuatnya tidak pantas bersaing dengan Anas atau lelaki manapun.
Karena itu Duta juga gak boleh jadi penghalang untuk lelaki lain yang ingin dekat Sefia. Karena Sefia juga berhak di bahagiakan.
Tapi jujur nyesek banget rasanya Duta harus berpikir demikian.
Kini Duta pun hanya tertegun di ambang pintu kelas dengan ekspresi wajah yang super tidak bisa diartikan. Antara kesal, tulus, tapi gak rela melihat Sefia dan yang lainnya terutama Anas sedang bergurau.

Eh, hape Duta tetiba bergetar menyadarkannya dari kehampaan hatinya. Duta pun akhirnya menjauh dari kelas itu tanpa sempat disadari keberadaannya oleh siapapun.

Akhirnya di sebuah bangku Santai yang terdapat di koridor sekolah, Duta duduk dan mengangkat telepon itu yang ternyata video call. Yang sudah pasti dari Airin.

"Hallo, Yang! Aku seneng banget kamu angkat telepon aku. Padahal tadi aku cuman coba - coba." Ucap Airin riang dari ujung telepon yang jauh disana.

Biasanya emang Duta gak pernah pegang hape kalo di Sekolah. Karena menurut Duta ribet harus keluar masukin hape ke loker setiap waktu istirahat usai. Cuman kebetulan tadi ada satu cewek yang rempong minta no hp. Dan karena Duta gak hapal no nya sendiri maka Duta keluarin hapenya dari loker. Eh, refleks di kantongi setelahnya.

Airin juga tahu biasanya Duta gak pegang hape makannya Airin lebih suka aktif sosmed ketimbang kepoin Duta via telepon atau chat. Tapi itu dulu sekarang Airin sedang menjalankan misinya mengikat pohon besar.
Maka Airin pun mau lebih perhatian sama Duta entah itu by phone atau chat. Gak peduli ditanggapi atau tidak. Pokoknya Airin mau nunjukin kalo dirinya ada dan jadi bagian dari hidup Duta. Dan buat supaya Duta tidak melupakannya.

Eh, tapi Airin cukup beruntung di percobaan pertama call. Duta langsung angkat.

Akhirnya siang itu Sefia melewati istiranya bersama Anas, Luna, dan Sakti. Jujur Sefia juga merasa aneh karena Duta gak nampak, tapi Sefia menyadarkan diri memang begini harapannya. Lagian bersama Anas juga santai kok. Ngapain harus nyariin Duta Mulu.

"Tapi tetep aja penasaran belum liat Duta hari ini" ungkap Sefia jujur dalam hatinya yang tidak bisa memungkiri perasaannya.

"Tapi tidak! Gak boleh terus mikirin Duta." Sefia berusaha melawan hatinya. Dia berusaha berbaur dengan yang lain. Pada akhirnya Sefia makan dan mengobrol santai bersama Anas, Luna, dan Sakti. Semuanya baik - baik saja meski tanpa Duta.

kisah baper tingkat galauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang