40. Sandaran hati

1.1K 161 6
                                    

Di Sekolah Merdeka semua siswa sudah datang tinggal hitungan detik bell masuk akan berbunyi tapi Sefia belum juga datang.

"Semoga Sefia gak kenapa-kenapa." Harap Duta dalam hatinya yang entah kenapa berasa begitu gelisah mengingat tentang Sefia. Sambil terus melihat ke arah pintu dengan harapan Sefia akan segera muncul di pintu itu.

"Sefia kenapa belum datang ya?" Tanya Anas tetiba entah bertanya pada siapa.

Mendengar pertanyaan Anas itu Luna dan Sakti yang sedang mengobrol pun berpaling dan menyautinya.

"Apa Sefia gak masuk ya, hari ini?" Tanya Luna ikutan mikir juga pada akhirnya.

"Apa mungkin Sefia sakit?" Sakti nambahin.

Sementara Duta hanya diam menerka - nerka sendiri dalam benaknya.

"Apa jangan - jangan ada masalah dalam adaptasinya sama keluarga barunya?"
Sefia benar - benar membuat Duta khawatir kali ini.

Dan bell masuk Sekolah pun berdering dan Sefia bener - bener gak datang tanpa kabar.

Sementara di Jaya Jakarta school. Putra hanya bengong dalam kelasnya tanpa memperhatikan sedikit pun pelajaran. Airin pun hanya diam - diam memperhatikan tingkah aneh Putra yang duduk di sampingnya dan datang ke sekolah terlambat pagi ini. Sangat tidak biasanya dan sangat aneh. Tapi Airin berencana menanyakannya nanti. Karena sekarang tidak mungkin karena pelajaran sedang berlangsung.

Dan beberapa bangku berselang dari tempat duduk Airin dan Putra nampak satu bangku kosong. Dan itu adalah bangku Ruby hari ini Ruby ijin tidak masuk karena sakit perut mendadak.

Sedangkan Papah dan Tante Putri tengah kebingungan setelah mengantar Endan ke Sekolahnya. Entah kemana mereka harus mencari kedua anaknya. Karena setidaknya Tante Putri sudah tahu kalau Putra masuk Sekolah.

Sementara Sefia dan Arief belum ada kabar. Bahkan kedua orang tua itu tidak tahu siapa saja teman - teman kedua anaknya, sehingga tidak tahu harus mencari info tentang Sefia dan Arief kemana?

*****

Ketika istirahat tiba, Luna, Sakti, Anas kembali membahas ketidak hadiran Sefia hari ini. Sementara Duta terus saja diam dalam bimbang dan rasa cemas yang berlebihan.

"Kira - kira Sefia kenapa ya? Kok gak ngabarin sama sekali? Padahal biasanya kang Arief ngabarin gue kalo ada apa - apa sama Sefia." Keluh Luna, lalu Luna pun mencoba menghubungi kang Arief. Tapi hapenya juga gak aktif.

"Kok, aneh ya? Enggak tau juga ya, cuman gue ngerasa aneh aja." Ungkap Sakti mulai sok detektif.

Sementara Duta yang sudah mulai menduga merasa bingung antara harus atau tidak bercerita tentang Sefia yang diketahuinya. Tapi ketika Duta sibuk mikir.

Luna udah keburu gercep telepon rumah Sefia. Dan di angkat oleh mbok Yem.

"Hallo, assalamualaikum."

"Waallaikum salam, ini Luna mbok. Aku mau tanya, Sefia kenapa gak masuk sekolah ya mbok?"

"Iya, neng. Tadi pagi di rumah ada ribut - ribut. Setelah itu Jang Arief, Jang Putra, dan Neng Sefia pergi. Ibu sama bapak aja sekarang sedang bingung cari mereka ke mana. Udah dulu ya, Neng. Mbok mau masak buat makan siang Jang Endan bentar lagi mau dianterin ke sekolahnya."

Toooooooont..............

Setelah telepon terputus Luna beneran ngerasa bingung dan ekspresi wajahnya bikin Sakti panik.

"Beb, kamu kenapa? Ada apa sama Sefia?"

"Aku bingung beb. Tadi aku bener kok telepon ke rumah Sefia. Yang angkat juga mbok Yem. Tapi banyak banget orang yang di sebut mbok Yem. Padahal setahu aku di rumah Sefia hanya ada papah, dan kakaknya doang." Akhirnya mereka semakin bingung. Dan akhirnya Duta pun menceritakan apa yang dirinya ketahui.

kisah baper tingkat galauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang