13

1.2K 60 1
                                    

Memasuki bulan ke lima kehamilannya sikap hyo joo berubah. jika pada tiga bulan awal kehamilannya hyo teramat manja dengan suaminya, maka mulai bulan keempat hingga sekarang sikapnya lebih mandiri,dia lebih suka mengerjakan pekerjaan rumahnya. Mulai berusaha memperhatikan suaminya.
Menyiapkan sarapan memang menjadi kebisaannya di pagi hari, entah dia kan duduk dan makan atau tidak. Namun sejak kembali dari rumah sakit rutintasnya bertambah, menyiapkan baju yang akan dipakai suaminya, menemaninya sarapan, mengikatkan dasi dan mengantarkan suaminya berangkat kerja di pintu apartemen mereka. Intinya dia berusaha menjadi istrinya yang baik bagi jong suk.
Kondisi fisiknya pulih dengan cepat, lukanya mengering dan aktivitasnya di rumah sakit hampir normal. Hampir. Karena jadwal shif nya mulai berkurang, sehingga sebelum pukul tujuh hyo joo sudah ada di rumah.
Kehidupan rumah tangganya pun nyaris sempurna. Nyaris. Kita tidak pernah tahu angin akan bertiup ke mana.
"Baby.. Hari ini kita akan menemui appa di kantor, senang?" kata hyo pada janinnya didalam perut buncitnya sambil mengelusnya lembut.
Dugh.
Sebuah tendangan dirasakan jari lentik itu, di bibirnya mengalun sebuah senyuman bahagia. Di usia kehamilannya sekarang merasakan tendangan bayinya adalah hal yang wajar. Hyo joo memang belum memeriksakan jenis kelamin bayinya, namun hampir setiap pagi dia berusaha mengajak bicara bayinya, berharap sebuah tendangan dari dalam.
Saat ini han hyo joo atau tepatnya lee hyo joo sedang berjalan memasuki gedung Lee Corp., tempat suaminya bekerja. Dia bermaksud memberikan kejutan dengan membawa bekal makan siang masakannya. Setiap orang yang berpapasan dengannya membungkuk hormat. Ini membuatnya jengah. Tentu saja, seluruh pegawai perusahaan ini mengetahui siapa perempuan cantik yang tengah mengandung ini, istri CEO tampan mereka, lee jong suk.
" Selamat siang sekertaris Kim, apa jong suk ada di dalam? " tanya hyo joo pada sekertaris pribadi suaminya.
"Nyonya, ada,sajangnim ada di dalam, namun beliau sedang ada tamu.. " jawab sekertaris kim gugup.
"Oh.. Tamu penting? Klien bisnis?" tanya hyo penasaran.
"Tidak nyonya..tapi sajangnim berpesan tidak-.. jawab pria berkacamata itu gugup.
"Baiklah tak apa, saya akan menunggu di sini sampai mereka selesai. Bagaimana? Boleh? " tanya hyo sambil mendudukkan pinggulnya di sofa tepat di depan ruang bertuliskan Ruang CEO.
"Silahkan nyonya.. Mau saya ambilkan minum nyonya? " tawar sekertaris kim masih dalam mode gugup, sesekali hyo melihatnya mengelap keringat di dahinya. Apakah penampilan nya begitu menakutkan? Kenapa pria di depannya ini begitu gelisah.
"Tidak terima Kasih.. Lanjutkan saja pekerjaan anda"kata hyo joo.
Pria berkacamata di depan hyo itu tampak sibuk menghubungi seseorang. Mungkin klien bisnis suaminya.
Setengah jam lewat hyo joo berusaha menikmati mode santainya di sofa nyaman itu, sekilas dia melirik jam tangannya, tiga puluh menit lagi dia ada jadwal operasi. Dia harus memilih, menunggu atau pergi. Keinginan nya melihat suaminya begitu kuat. Maka mengesampingkan egonya di berdiri dan menemui pria yang masih duduk di belakang meja kerjanya tadi.
"Maaf sekertaris kim bisa kah anda mengatakan pada suamiku untuk keluar sebentar, saya ingin bertemu dengannya."pinta hyo
"Maaf, nyonya, tapi sajangnim tidak bisa diganggu sekarang. Maafkan saya" ucap sekertaris kim gugup.
"Baiklah, tak apa, tolong berikan bekal makan ini padanya saja ne, terima kasih.' pinta hyo dengan tersenyum.
"Ne, nyonya.. " jawab sekertaris kim membungkukkan badan.
Hyo melangkah kembali ke arah sofa untuk mengambil tas dan coat nya, namun saat dia memutar badan kearah pintu telinganya menangkap suara isak tangis seorang yeoja. Suaranya terdengar semakin keras. Hyo joo mengerutkan keningnya. Di ruangan ini hanya ada dirinya dan sekertaris kim, lalu siapa yang menangis? Suara tangis itu seperti berasal dari ruangan suaminya. Perlahan dia melangkah ke sana dan mendorong pintu kayu cokelat itu terbuka sebelum sekertaris kim sempat mencegahnya.
Pemandangan di depan mata hyo sulit dilukiskan dengan kata-kata. Suaminya sedang memeluk seorang yeoja yang sedang menangis. Yeoja cantik itu menangis dipundak jong suk. Dan perempuan itu juga tengah mengandung seperti dirinya. Jauh lebih besar dari ukuran perut hyo joo sekarang. Hyo hanya berdiri kaku melihat pemandangan di depannya. Mereka berdua tampak terkejut melihat hyo berdiri di sana. Namun keterkejutan hyo hanya berlangsung sebentar, seulas senyum mengalun di wajah cantik itu.
"Maaf sudah, mengganggu kebersamaan kalian, aku hanya bermaksud mampir mengunjungimu jong suk-ah, mian. Aku permisi." pamit hyo meninggalkan ruangan.
Jong suk baru kembali dari mode terkejut nya setelah hyo meninggalkan ruangan. Hatinya mencoles. Berusaha mengejar hyo namun yeoja tadi menarik tangannya kuat.
"Aku masih rindu padamu jong suk-ah.. Mau kemana? Siapa dia? " kata eun rae, mantan kekasih jong suk.
Jong suk melepaskan rangkulan itu kasar, dia berlari keluar berusaha mendapatkan sosok istrinya.
Damn!! Jong suk mengumpat.
Hari ini hari yang rumit baginya. Tiba-tiba Shin eun rae datang kembali kepadanya setelah setahun lebih meninggalkan dirinya, pergi bersama orang lain. Kemudian kembali padanya dalam keadaan hamil besar, setelah dicampakkan kekasihnya. Dan hyo melihatnya berpelukan dengan mantan kekasihnya.
Jong suk sempat melihat senyum getir di wajah istrinya,apakah hyo nya menangis? Jong suk mengumpat kasar saat panggilan pada ponsel hyo tidak terjawab, ditambah lagi penjelasan sekertaris kim bahwa istrinya itu sudah menunggu hampir satu jam di depan kantornya, membawa bekal makan siang untuknya. Jong suk sangat bisa memahami perasaan marah istrinya. Dia benar-benar bodoh melayani permainan.
"Sajangnim, investor dari Hong kong sudah menunggu anda."suara sekertaris pribadinya di ujung saluran ponselnya.
Dengan langkah kesal jong suk meninggalkan halaman parkir perusahaan kembali ke kantornya. Sial!.
.
Hyo joo melangkahkan kakinya cepat menuju ruang operasi. Seorang perawat membantunya memakaikan gown operasinya, membantunya memasang sarung tangan dan masker.
"Mari kita berkerja keras hari ini. Mohon bantuannya "kata hyo joo pada semua orang di dalam ruangan tersebut.
"Ne usanim"jawab merka serempak. Dan operasi mulai berjalan.
Dua jam setelah itu hyo joo melangkahkan kakinya menuju ruang istirahatnya. Merebahkan tubuhnya diatas sofa, mengusap perutnya lembut. Bayangan jong suk memeluk perempuan hamil selain dirinya membuat hatinya sakit. Namun hyo bukan tipe perempuan yang akan menagis meraung karena sakit hati, dia hanya akan diam dan mengumpulkan rasa sakit itu sampai tidak bisa ditahan lagi. Hatinya memang sakit tapi rasionalitas nya masih berjalan dengan baik. Sambil menunggu jadwal operasi dua jam lagi hyo memilih memutar sebuah lagu berirama klasik pada musicplayer di ponselnya. Merebahkan tubuh lelahnya, berusaha menikmati pergerakan bayinya yang lebih aktif saat mendengar alunan musik.
"Merasa senang baby? Eomma akan menjagamu, melindungimu sayang" ucap hyo membelai calon bayinya. Sementara pergerakan didalam sana semakin banyak. Perlahan mata cantik itu memberat.
Operasi ke dua kali ini jauh lebih cepat selesai, hanya satu jam. Setelah shif nya selesai hyo memutuskan pulang ke apartemen ji hyun malam ini. Entah mengapa dia tidak ingin pulang malam ini. Bukan ingin menghindari jong suk, tapi hati kecilnya mengatakan tidak.
Kling.
Pintu cafe terbuka. Tampak ji hyun berada di belakang meja kasir, tersenyum melihat siapa yang datang. Sejak menikah hyo joo memang jarang mampir ke sini. Waktunya habis di rumah sakit dan mengurus rumah tangganya.
"Unnie.. Bogoshipoyo.. " kata hyo joo memeluk ji hyun erat.
"Aigoo.. Nado bogoshipo. Urie baby sehat? Kau tampak lelah, duduklah akan kubuatkan secangkir cokelat panas dan wafel kesukaan mu ne.." kata ji hyun melepas pelukannya berjalan ke dapur.
Ji hyun adalah orang kepercayaan hye kyo yang selama ini menemani hyo joo saat tinggal di apartemen. Ji hyun seperti ibu ke dua dari hyo joo, dia menyayangi hyo melebihi nyawanya. Sangat keras sekaligus penyabar.
"Unnie.. Bolahkah aku menginap di sini malam ini? Aku ingin tidur di kamar lamaku.." tanya hyo joo meletakkan sendoknya. Mereka sudah di dalam apartemen sekarang, selesai makan malam.
"Wae? Ada masalah di rumah? Kau bertengkar dengan suamimu?" tanya ji hyun balik.
"Anni.. Kami baik-baik saja. Dia sedikit sibuk akhir-akhir ini. It's okey.. Boleh? Ayolah unnie.. Aegy ingin tidur di sini." pinta hyo joo sambil ber-aegyo.
"Baiklah.. Telpon suamimu, agar dia tidak cemas, ne.. " ji hyun mengalah, mungkin nanti saja dia akan mengorek lebih dalam alasan hyo tidak tidur dirumah malam ini. Sesuatu terjadi. Hyo bukan tipe gadis yang pandai berbohong atau menyembunyikan masalahnya, dia mudah terbaca bagi ji yuan.
Setelah hyo masuk ke kamar lamanya, ji hyun menelpon jong suk. Mengatakan hyo akan menginap malam ini di apartemen lamanya.
"Urie baby sehat? Kulihat kau begitu bahagia hyo. Aku senang jika kau senang, begitu juga sebaliknya. Jadi jujurlah padaku nona, kau tidak bisa menipuku? Hemm?" tanya ji hyun setelah mereka ada di atas ranjang.
"..."
"Ayolah.. Kalian bertengkar? "
"Anni.. "
"Merasa terabaikan?"
"Ani.. Aku sudah biasa ditinggal unnie.. Ayolah.. Aku baik-baik saja "
"No, kau menyimpan sesuatu, katakan padaku!" kata ji hyun tegas.
"Keinginanmu tak terpenuhi? "
"Ann-.. "
"Perempuan lain"
"...."
"Hh.. Geurae.. Nuguya? Kau melihat mereka? Kau bertemu dengan nya? Sudah mendapat penjelasan?" selidik ji yuan. Namun bibir tipis itu terkatup rapat.
"Menagislah, aku tidak akan memarahimu seperti biasa, lepaskan semuanya.. " tutur ji hyun lirih mengusap sayang kelapa doengsengnya.
"Maukah kau memelukku malam ini unnie.. "Pinta hyo joo seraya mengusapkan hidungnya di ceruk leher ji hyun. Suaranya tertekan.
"As you wish dear.. Kka kita tidur saja. Urie calon eomma ini mengantuk ne?? Baby tidur yang nyenyak ne?" kata ji hyun merebahkan tubuh hyo di kasur besarnya, menyelimuti tubuh keduanya.
Kali ini ji hyun mengalah, dia tidak ingin menekan hyo lebih lanjut. Tertekan bukan pilihan yang baik untuk kondisi hyo joo sekarang. Setelah beberapa saat terlelap, ji hyun menagkap suara bel pintu apartemen. Perlahan di lepaskannya pelukan hyo pada tubuhnya. Ji hyun melangkah turun untuk membukakan pintu orang yang akan menjawab semua pertanyaannya malam ini.
Ceklek.
Tampak jong suk memberikan ucapan selamat malam dan membungkukkan badan. Ji hyun mempersilahkan nya masuk.
"Ada apa jong suk-ah? Terjadi sesuatu pada kalian?" tanya ji hyun, meletakkan secangkir kopi dihadapan jong suk.
" mianhae nunna, merepotkan mu soal hyo joo.. " jawab hyo lirih.
"Kalian bertengkar? Kau mengabaikan permintaannya? Atau orang lain?" selidik ji hyun. Jong suk hanya diam menanggapi pertanyaan ji hyun.
"Aku tidak akan menghakimi mu jong suk-ah. Semakin dalam dia terluka justru semakin dalam dia menutup luka itu dari orang lain. Dia tidak akan mengeluarkannya sampai semua terlalu penuh. Lebih baik kau selesaikan masalah ini secepatnya."
"..."
"Beri dia waktu, ikuti saja permainan nya, turuti keinginan nya, persetan dengan perasaanmu pada orang lain, aku ingin kau menjaga perasaan istrimu. Kesehatannya lebih berharga dari apapun saat ini. Tidurlah, temani dia.. Aku akan coba bicarakan ini dengan hyo besok.. Ne? " tutur ji hyun meninggalkan jong suk di meja makan.
Jong suk hanya bisa mengangguk pelan. Kepalanya terasa sakit. Perlahan dia menuju kamar lama hyo. Jong suk merasa sangat bersalah pada istrinya.
Pintu kamar coklat tua itu terbuka, menampilkan sosok hyo yang terbaring damai, memeluk guling besar. Dilepaskan nya jas kantor dan dasinya, menyampirkannya di kursi kayu di depan meja rias. Meletakkan dompet, ponsel dan kunci mobil di atas nakas, berjalan pelan menuju ranjang. Di singkapnya selimut dan dibaringkan tubuhnya memeluk tubuh lelap istrinya.
Kedua mata hyo terpejam, bibirnya sedikit terbuka, nafasnya teratur. Tubuhnya terbaring menyamping. Sebelah tangannya berada di dekat pipi dan yang lainnya memegang perut buncitnya.
Jong suk mengusap pelan wajah lelap wanita yang sangat dicintainya ini. Di kecupnya kening indah itu perlahan, lalu turun ke mata, Puncak hidung dan bibir ranum hyo joo, sekilas. Diambilnya guling besar itu dan ditelusupkannya lengan kirinya sebagai ganti bantal kepala hyo joo. Di ciumnya kedua pipi gempil istrinya. Tangan yang bebas mengusap pelan perut buncit istrinya, tempat buah hatinya tumbuh. Sudah sering jong suk melakukan itu, hampir setiap malam, namun baru kali ini ada yang berbeda. Saat tangan itu bergerak, samar jong suk merasakan gerakan dari dalam perut istrinya.
Dugh!
Dugh!
Tendangan. Ya mirip tendangan dari dalam. Seiring tendangan tadi secara refleks tangan hyo menyentuh halus perutnya, seolah berusaha menenangkan calon bayinya yang bergerak aktif seperti sedang bermain di dalam sana. Lalu tangan mereka bertemu, dengan terkejut hyo menjauhkan tangannya dan matanya terbuka.
Hyo berusaha menarik tubuhnya lepas dari pelukan jong suk, namun jong suk lebih cepat. Lengannya melingkari tubuh hyo erat tanpa menyakiti janinnya.
"Tidur lah, aku akan memelukmu sayang... Maafkan aku, aku akan menjelaskan semuanya besok, sekarang tidurlah.. " bisik jong suk di telinga hyo joo.
Jika tidak sedang marah bisikan itu terdengar seksi di telinga hyo dan pasti semua akan berlanjut dengan permainan panas mereka ditempat tidur. Namun tidak kali ini, bisikan itu terasa menjijikkan bagi hyo joo. Lengan kekar yang selalu dia harapkan kehangatan nya di malam hari itu telah melingkari pinggang wanita lain yang hamil sama seperti dirinya. Kenyataan itu menyakiti hatinya. Ya, dia cemburu.
Jong suk mengecupi wajah cantik istrinya walau sang istri menolak. Namun jong suk tidak menyerah. Di kecupnya paksa bibir ranum hyo joo. Dilumatnya bibir ranum itu lembut.
Awalnya hyo meronta namun akhirnya membalas lumayan bibir suaminya. Lengannya melingkari leher jong suk. Suara lenguhan nya terdengar lirih saat bibir jong suk merambati leher jenjangnya. Memberikan kissmark cantik disana. Nafas keduanya memburu namun jong suk lebih dulu kembali pada rasionalitas nya,dia harus menahan hasratnya mengingat kondisi istrinya sekarang. Dikecupnya bibir ranum itu sekilas.
"Tidurlah.. Aku akan memelukmu sayang.. Hmm??" bisik jong suk lembut.
"Jong suk-ah... "
"Wae..? Kau menginginkan sesuatu sayang?" tanya jong suk, menatap perempuan yang tengah mengandung buah cintanya.
"Kau mencintai nya? " tanya hyo joo lirih.
"Anni.." jawab jong suk tegas.
Dia tahu kemana arah pembicaraan hyo joo.
"Apakah.. "
"No, itu bukan anak ku, itu anak joon hyung, dengarkan. Eun rae adalah sahabat ku saat kuliah. Kami memang pernah bersama, namun dia lebih memilih joon hyung yang lebih mapan dan dewasa saat itu. Meninggalkan ku. Sekarang joon hyung meninggalkan nya dan dia ingin kembali padaku. Sayang.. Aku hanya mencintaimu. Kaulah hidupku, seluruh duniaku, bagain terdalam dari jiwaku. Aku tidak bisa hidup tanpamu, percayalah padaku ne.."ucap jong suk perlahan, berusaha membuat istrinya mengerti.
"Jika kau ingin marah padaku, berteriak lah, tampar dan pukul aku, jangan memendam semuanya sendiri, ingat aegy kita sayang.. Dia juga akan tertekan, mianhaeyo.. Jeongmal mianhae.. "Pinta jong suk tulus.
Hati jong suk seperti di sinari ribuan matahari saat melihat istrinya tersenyum kepadanya.
"Ne arraseo, mianhae tidak pulang ke rumah, aku sedang tidak ingin di rumah, aku rindu pada ji hyun unnie.. " ucap hyo seraya mengusap wajah lelah suaminya.
"Gwaenchana, hmm.. Apakah aku dimaafkan?" tanya jong suk sambil menahan nafas.
"Anni..!" tiba-tiba saja bibir tipis itu merajuk.
"Wae?? Ayolah sayang maafkan aku.. "
"Ok, asalkan besok kau tidak ke kantor.. Tidak bekerja seharian, hanya menemaniku di rumah eomma Na, aku ingin masakan eomma Na." ucap hyo tenang.
Jong suk menyanggupi saja permintaan istrinya itu, asal dia dimaafkan. Persetan dengan pekerjaan.
"Sekarang tidur ne, urie baby juga tidur ne?Appa, eomma juga tidur.. " kata jong suk merapikan selimut mereka.
"Sayang.. Urie baby terus menendang perut ku, rasanya geli sekali.."adu hyo joo sambil mengusakkkan wajahnya di dada bidang suaminya. Tangannya memeluk pinggang suaminya erat.
"Aku tidak suka perempuan itu memeluk pinggang mu jong suk-ah.. "Kata hyo joo dengan mata terpejam dalam dekapan posesif jong suk. Sementara jong suk hanya tersenyum bahagia mendengar ucapan istrinya. Tangannya terus membelai perut buncit istrinya yang menanggapi usapanny dengan tendangan-tendangan kecil dari dalam sana. Buah hatinya sedang bahagia mungkin.
Hyo terus berbicara dengan mata terpejam di pelukkan nyaman suaminya yang hanya menggumam karena matanya juga mulai terpejam.
.
.
.
TBC
Maaf jika alurnya terlalu membosankan.
Berusaha seorisinil mungkin, mohon masukan, komentar, kritik dan sarannya.
Nuhun pisan sadayana.

My soul is You (COMPLETE)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora