Chapter 1 : Let's Begin

189 16 4
                                    

"Leonora apakah kau sudah siap untuk besok?" ujar Profesor Igo

"aku tak pernah merasa sesiap ini" seru Leonora dengan tatapan yang mantap.

Jam terus berputar, terbesit dipikirannya apakah misinya besok akan berjalan dengan lancar?

Seperti diketahui, The Red Humanity adalah misi kemanusiaan yang sudah gagal sebanyak 4 kali dan Leonora akan menjadi tim ke-5 yang akan diutus NASA untuk melakukan misi ini.

Wilbur rekan Leonora pun berharap harap cemas, apakah misinya akan berhasil dan bisa kembali ke Bumi dengan selamat? Wilbur memiliki tanggung jawab yang besar karena ia calon seorang ayah, ia baru saja menikah 8 bulan yang lalu dengan seorang perempuan California bernama Halley, namun pekerjaan menuntutnya untuk menjalankan misi The Red Humanity. Dengan berat hati, Wilbur mengikuti perintah Professor Igo, padahal sang istri sedang mengandung anak pertamanya.

***

Hari yang ditunggu telah tiba. Seluruh kru The Red Humanity Mission sudah siap untuk memantau dan memastikan titik koordinat lepas landas Roket Thunder-XXII yang diciptakan SpaceZ (Perusahaan Transportasi Luar Angkasa).

Roket Thunder-XXII merupakan penemuan terhebat dari SpaceZ. Walaupun Thunder-XXII sudah berumur, tapi kemampuannya menjelajah angakasa tak diragukan lagi. Thunder-XXII merupakan metamorfosis sempurna dari Thunder-YSR. Sebelumnya, Thunder-YSR pernah tiga kali mengorbit di mars. Namun selalu gagal karena kendala pada tangki bahan bakar. Tetapi prof. Igo berhasil memecahkan masalah dengan penemuan barunya, yaitu tangki R1 yang dapat membatasi penggunaan bahan bakar dan dapat bertahan pada suhu maksimal 100.000° celcius.

Wilbur sudah duduk di kokpit serta Leonora sudah duduk di kabin belakang. Wilbur tak henti hentinya melihat ke kaca sebelah kanan, dari situ ia melihat Halley dan Malaikat kecilnya yang seakan tersenyum padanya.

"sudah Wil jangan bersedih, kita akan kembali ke Bumi, jika seandainya kita gugur, anakmu akan bangga karena mempunyai ayah seorang Astronot tangguh sepertimu.'' Ucap Leonora dari kabin belakang.

Air mata sudah tak terbantahkan, Wilbur seketika menangis.

"Aku berjanji akan pulang melihat malaikat kecilku yang sudah tumbuh besar, aku akan mengajaknya bermain sepanjang hari dan melihat pemandangan di Mount Lee." Ujar Wilbur dengan penuh keyakinan.

Leonora tersenyum. Ia bangga memiliki rekan seperti Wilbur. Ia juga bangga kepada dirinya sendiri. "Lihatlah semua orang mengakuimu. Kau harus yakin" batin Leonora. Senyumnya semakin mengembang ketika dia melihat orang-orang antusias meneriaki namanya. Sesaat kemudian, senyum itu luntur, matanya menangkap sesosok lelaki sederhana yang tampak kontras. Ketika semua orang bersuka cita, ia lebih memilih diam dengan ekspresi enggan melepaskan. Sekelebat memori hinggap di pikirannya.

*flashback*

kau yakin? Bukankah ini terlalu terburu-buru? Bagaimana jika nanti kau menyesal?" cicit seorang lelaki yang sedari tadi masih asik memperhatikan gadis disampingnya, menatapnya penuh keraguan.

"hei! Kau meragukanku? Yang benar saja?! Bagaimana mungkin aku ragu dengan cita-citaku sendiri?!" balasnya menentang, rahangnya mengeras.

"baiklah, baiklah, aku kalah."

"memang harusnya begitu." Jawabnya ketus. Senyum kemenangan terukir sempurna.

"Leonora?"

"hmm...?" tak mengalihkan atensinya dari deretan kata yang sedari tadi ia baca.

"berjanjilah." jeda sesaat, hempasan nafas terdengar jelas "berjanjilah untuk kembali." Sambungnya.

Degg! Mata gadis itu berhenti menelusuri kata. Sesak. Itu yang ia rasakan. Seakan itu sebuah kata perpisahan yang pasti. Gadis itu menunduk, menahan air matanya.

***


"Leon.... Wilbur.... Roket kalian akan lepas landas sekitar satu menit lagi, apakah kalian sudah siap?" Ujar Klee melalui VHF (Very High Frequency).

Dengan penuh ambisi mereka berdua langsung menjawab "We are Ready!!!!!!!''

"Aku yakin kalian akan mengukir sejarah terbesar bagi peradaban manusia, akan kutunggu kalian 2 tahun lagi dan setelah itu kita akan melakukan ekspansi yang sebenarnya.'' Ujar Prof. Igo melaui VHF dengan nada yang sedikit terharu.

Semangat Leonora dan Wilbur semakin berapi api karena mendengar ke yakinan Prof. Igo pada mereka berdua, tak pernah Prof. Igo sepercaya itu pada anak buahnya.

"Okay, Ready... Roket Thunder-XXII akan lepas landas dalam hitungan 10 detik" seru Klee dengan ambisius.

"10......9....."

"apakah aku bisa?"

"8.....7.....6....."

"bagaimana jika nanti aku tak bisa kembali?"

"5.......4......."

"bagaimana kalau aku mati?"

"3........"

"Omong kosong!!!!!!"

"2........"

"Aku pasti bisa, aku yakin!"

"1.................."

"Terimakasih Kent"

Joy menekan tombol FLY yang ada di mejanya. Roket Thunder-XXII lepas landas dengan indah, bagai peluru pistol yang ditembakkan ke angkasa, ekor Roket Thunder-XXII seolah melambaikan salam perpisahan pada bumi.

Profesor Igo terkagum melihat lesatan indah Roket Thunder-XXII ke langit, namun dibalik itu dia cemas akan nasib 2 anak buahnya yang diambang kematian, seolah teringat cerita lalu dimana tidak ada seorangpun yang kembali ke Bumi setelah mejalankan misi The Red Humanity.

Suasana di ruang kru The Reds Humanity ramai dengan tepukan tangan, mereka berhasil melepas landaskan Roket Thunder-XXII dengan sempurna.

Di sisi lain Halley tertegun melihat suaminya terhempas ke angkasa, namun dia juga bangga memiliki suami yang berani seperti Wilbur. Kent berdiri gagah di radius 9 km dari tempat lepas landas memberi hormat kepada Leonora seperti komandan yang memberi penghormatan kepada prajuritnya yang hendak menjalankan misi penyelamatan.

***

Roket Thunder-XXII berhasil menyelusup masuk ke lapisan bumi dan mengorbit dengan mulus di Bumi. Tubuh Leonora dan Wilbur menggelembung di dalam Roket, baru pertama kali mereka merasakan tubuhnya mengambang tak karuan.





to be continued

Last DimensionWhere stories live. Discover now