Chapter 4 : Goodbye

75 6 4
                                    

Last Previous

Alarm tanda bahaya berbunyi. Suasana didalam roket semakin tegang.

"Wilbur, arahkan roket menuju timur, gunakan kecepatan maksimum." Titah Leonora.

"gaya gravitasinya terlalu kuat, kita tidak bisa bergerak."

"sial!!!"

"LIHAT!!!!" seru Wilbur.

"pusaran merah?? Apa ini??" batin Leonora. Tubuhnya mematung, masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi. "apakah ini sebuah akhir?"

***

"Leonora! apa yang harus kita lakukan?" suara Wilbur mebuyarkan lamunan Leonora.

Terdiam sejenak, Leonora mencoba berpikir keras, mencari jalan keluar. Ia melihat pusaran merah semakin mendekat. Putus asa. Itu yang kini ia rasakan. Seolah kejadian 5 tahun silam kembali terulang. Bedanya, sekarang tidak ada lagi malaikat yang akan menolongnya. Tak ada lagi lentera yang menjadi petunjuk kemana ia harus pergi.

"oh.... God, apa yang harus kulakukan?" batin Leonora getir. Ia takut, sangat takut.

"aku juga akan berjuang, tenanglah kau tidak sendirian." Wilbur yang melihat raut wajah putus asa Leonora mencoba untuk menghiburnya. Walaupun tampak sia-sia, setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.

Leonora tersenyum paksa. Ya, ia malah semakin ragu. Bukan kah seharusnya ia percaya dengan Wilbur? Entahlah hati kecilnya menolak.

"fokuslah, kirimkan sinyal bantuan, aku akan berusaha membalikkan arah." Perintah Wilbur.

Leonora hanya menganggukkan kepalanya dan kembali terfokus pada komputernya.

"satelit menghilang, sinyal tidak bisa dikirimkan ke bumi." Leonora panik "gravitasi meningkat 6 kali lebih cepat dari sebelumnya, dan akan bertambah setiap detiknya." Sambungnya.

Wilbur terdiam. Ia terlalu kalut. Mencoba menetralkan pikirannya, ia mulai mengambil keputusan.

"semoga keputusanku tidak salah." Batin Wilbur.

Wilbur mulai mengambil alih seluruh kendali roket. Ia melihat jarak menuju pusaran merah semakin dekat. Ia menambah kecepatan roket, mencoba membalikkan arah. Bunyi alarm tanda bahaya semakin menggema. Sedikit demi sedikit posisi roket mulai berubah walapun kecepatannya berbanding terbalik dengan gravitasi ynag bekerja.

Sekilas Wilbur melirik Leonora. Dilihatnya gadis itu tengah tersenyum kepadanya seolah mengatakan "hey, kau berhasil". Wilbur ikut tersenyum. Ya, Wilbur akui cukup lega memang.

Hanya beberapa saat, detik berikutnya, suara dentuman keras terdengar jelas.

"apa itu?" tanya Wilbur kebingungan.

Leonora buru-buru mengecek komputernya. "sepertinya..." suaranya tercekat, raut wajahnya berubah panik.

Wilbur yang paham dengan apa yang terjadi batinnya mulai meronta. Mati. Itu hanya yang terbesit didalam pikirannya.

"Wilbur... Bagian ekor roket tertabrak Asteroid! Cepat stabilkan lagi posisi roket!" seru Leonora

Wilbur yang saat itu sedang kacau pikirannya, tiba-tiba terperanjat ketika Leonora memerintah.

"Semangat Wilbur! Malaikat kecilmu pasti sedang merindukanmu." Ucap Leonora memberi semangat.

Seakan ingat dengan janjinya pada dirinya sendiri, tatkala jika anaknya sudah besar nanti, ia akan mengajaknya bermain sepanjang hari dan melihat pemandangan di Mount Lee. Harapan yang indah.

Last DimensionWhere stories live. Discover now