Chapter 6 : Mars? #1

61 5 0
                                    

Kedua lelaki itu masih asik dengan busur panahnya sambil berjalan menyurusi hutan. Bukan tanpa alasan, mereka sedang berburu cion, mamalia berkaki pendek yang hidup ditengah hutan. Walaupun berkaki pendek, cion juga dikenal sebagai hewan yang gesit. Tentu saja mereka harus jeli mencari, bersiap jika sewaktu-waktu cion melintas di depan mereka.

"Haruskah kita menangkap beberapa cion untuk makan malam?" ucap salah satu dari mereka dengan nada berbisik. Ingat mereka sedang berburu.
"Tentu saja, Nyx bilang kita akan makan besar, jadi...... sstttttt..... lihat" ucap lelaki satunya sambil menunjuk ke arah semak begerak yang sudah pasti ada cion disana.

"Bersiaplah, aku akan memanahnya terlebih dulu, kau berjaga-jaga jika panahku meleset." Sambungnya sambil menarik busur panah, mengarahkannya menuju semak yang sedari tadi bergoyang-goyang. Erebus hanya menjawab dengan anggukan.

Tyrone mulai menarik anak panah, mata kanannya yang mengatup menandakan Tyrone sedang fokus pada cion yang ada dibalik semak belukar 5 meter dihadapannya.

Syuuttt.......

Anak panah dilepaskan.
Tak lama, bunyi ringikan hewan terdengar. Sepertinya mereka berhasil.

"Ayo cepat, sebelum dia kabur." Ucap Tyrone.
Segera saja mereka menuju tempat dimana anak panah menancap -seingat mereka. Dan ya, benar saja, seekor cion sedang terkapar, di kaki kiri belakang bagian atasnya menancap sebuah anak panah.

"Whoaaaa..." Erebus tampak terperangah.
"Sudah kubilang, aku jagonya memanah" Tyrone menyombongkan dirinya, seolah ia atlet pemanah yang berhasil menjuarai olimpiade.
"Sombong" Erebus mendengus kesal.

"sudahlah, ayo bereskan, kita pulang, cion ini cukup besar, kita tak perlu berburu lagi." Tyrone akhirnya mengalah.

Baru saja Tyrone ingin meraih tali untuk mengikat cion, mendadak cion kembali bangkit dan bersiap untuk kabur. Erebus berusaha menahan dengan memegang salah satu kaki cion. Karena memang cion yang berukuran lumayan besar, tubuh Erebus ikut terseret.

"Heiii... bantu aku!!!" teriak Erebus sambil memejamkan mata.

"Aku akan memanahnya lagi! Bertahanlah!!" seru Tyrone sambil mempersiapkan busurnya.

"Jangan sampai mengenaiku!!" suara Erebus bergetar, karena cion sepertinya mulai mengamuk, ia brutal-bergerak seperti mainan banteng yang biasanya ada di taman hiburan.
Tyrone mulai melepaskan beberapa anak panahnya kearah cion

Syuutt...

Syuutt...

"Arghh.."

"suara apa itu?" batin Tyrone. Ia tahu itu bukan suara cion ataupun Erebus. Yang benar saja, cion kan hanya bisa meringik sedangkan Erebus, dia laki-laki. Oh, ayolah, itu suara perempuan. Tyrone pernah mendengar kabarnya hutan tempat sekarang ia berburu itu angker.

"Tyrone!!! Cepat!!! sebelum cion ini lepas" teriak Erebus yang sedari tadi memeluk cion yang ukurannya lebih besar-mungkin 2 kali lipat-dari badannya.

Tyrone masih terdiam dan berusaha mencari asal suara perempuan yang ia dengar tadi. Ia mencurigai sebuah gua yang lumayan gelap, yang letaknya tidak jauh dari tempat ia berdiri.
"TYRONE!!!!!" Erebus mulai kesal karena sedari tadi Tyrone melamun, tanpa mempedulikannya.

"Bruggg"

Seketika Erebus terpental ke arah kubangan lumpur, dan cion-yang sedari tadi ia pertahankan sambil berharap semoga tidak kabur-pun berhasil kabur.

"Dasar bodoh! kenapa kau dari tadi diam saja?!?!" Erebus berusaha bangkit dari kubangan lumpur, wajahnya berubah merah, ia sangat kesal.

"Hei Erebus kemarilah, aku seperti mendengar suara perempuan dari dalam goa sana" Tyrone menunjukkan telunjuknya ke arah Gua.

Wajah Erebus yang tadinya memerah, sekarang mulai normal kembali bahkan tak kelihatan bekasnya.

"Hahhhh?? Yang benar saja kau!" Erebus tersentak.

"Ayo kita cek"

Tanpa persetujuan Erebus, Tyrone sudah melenggang pergi menuju gua. Dan mau tidak mau Erebus harus ikut.

"Greekkkk" Tyrone tak sengaja menginjak daun kering.
"Suara apa itu?" Erebus reflek memeluk Tyrone, ia mulai panik sambil menengok ke arah kanan dan kirinya.
"Dasar penakut, aku tak sengaja menginjak daun kering, bodoh!" dengan segera Tyrone mendorong Erebus agar melepaskan pelukannya.
"Ohh... hehe maaf, aku hanya sedikit gugup" ucap Erebus disertai cengiran yang-menurut Tyron-sangat menyebalkan.

Mereka terus mencari sumber suara, menelurusi gua dengan langkah yang hati-hati.

"Bluggg"

Langkah mereka terhenti.
"eh, sepertinya aku menginjak sesuatu." Ucap Erebus, nada bicaranya seperti ketakutan,
"mungkin itu daun kering." Acuh Tyrone.
"Tidaak, aku yakin ini bukan daun kering, ini kenyal" Erebus berusaha meyakinkan Tyrone, "padat seperti daging" lanjutnya.
"daun kering macam apa yang bertekstur kenyal dan padat seperti daging? Dasar bodoh!!" Tyrone berusaha acuh-lagi.
"eh? Daging?" Tyrone baru tersadar,
Mereka seketika menoleh ke bawah.
"Akkhh tangan siapa itu?!?!"
Spontan Erebus lari ketakutan menuju luar gua setelah menyadari bahwa ia menginjak tangan seseorang. Berbeda dengan Tyrone, ia penasaran tangan siapa yg diinjak Erebus tadi.

"Erebus!!!! Kesini cepat!!" teriak Tyrone

Erebus pun kembali dengan raut muka yang ketakutan.

"si...si...siapa dia?" tanya nya pada Tyrone.

"entahlah, aku juga tidak tahu"

Tyrone mengambil ranting kayu yang lumayan panjang. Ia mencocok cocok lengan gadis itu menggunakan ranting. Dan ya, tak ada respon. Dia masih diam.
"apa dia masih hidup?" tanya Tyrone.
"entahlah, coba kau cek" ucap Erebus takut-takut. Mungkin lebih tepatnya cari aman. Erebus udah membayangkan betapa ngerinya ketika ia sedang mendekat, mengecek detak jantung gadis itu tiba-tiba ia terbangun dengan mata merah menyeramkan dan siap mencekiknya kapan saja.
"kau saja" perintah Tyrone.
"TI.DAK" ucap Erebus penuh penekanan.

Tyrone mendekati gadis bergaun putih itu. Ia menatap lama, "hmm tidak ada yang aneh" batinnya. "hanya tampak sedikit mengerikan" batinnya-lagi. Gadis pucat, bergaun putih yang terkena bercak noda tanah dan ada beberapa luka cakar diwajahnya sudah bisa dikategorikan ke dalam 'mengerikan' ditambah ia tertidur-atau mati, entahlah yang jelas ia memejamkan matanya-di dalam gua yang gelap ditengah hutan.

Tyrone meraih pergelangan gadis itu, mencoba mengecek nadinya. "masih ada" batinnya. Kemudian ia menempelkan jari telunjuknya di bawah hidung gadis itu. Ia masih bisa merasakan hembusan nafas, sangat pelan dan hangat.
"dia masih hidup" ucap Tyrone pasti.

Hening, Erebus tak merespon. Ia hanya menatap ngeri ke arah sahabatnya itu, bagaimanapun ia masih takut.

"ayo kita bawa dia ke rumah."
















to be continued

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 21, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Last DimensionWhere stories live. Discover now