15. His Sadness

4.1K 539 43
                                    

"Hyung, tidak bisakah kau memberitahuku sekarang? Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaan Ibuku dan Kakakku."

Entah untuk ke berapa kalinya, Kim Taehyung memohon seperti pengemis pada Seokjin. Pemuda yang lebih tua hanya diam seribu bahasa, lebih memilih melanjutkan membaca bukunya.

"Hyung! Oke, baik. Jika tidak bisa keduanya, setidaknya beritahu aku dimana Ibu." Taehyung masih belum menyerah. "Mereka tinggal bersama, kan?"

Seokjin menghela napas. "Tidak, mereka tidak tinggal bersama."

"Lalu?"

"Tunggu waktu yang tepat."

"HYUNG!" Taehyung berteriak marah. Untung saja orang lain di rumah sedang pergi keluar. "Aku sudah menunggu selama bertahun-tahun. Aku bahkan selalu mencarimu di sela-sela waktu bermainku setiap malam. Aku mencari dan terus mencari. Lalu sekarang, saat kau bahkan sudah ada di depan mataku, apakah aku bahkan tidak diperbolehkan mengetahui keadaan dua perempuan kesayanganku?"

Taehyung mendesah pasrah. Percuma saja semua ini. Penantian dan pencariannya sia-sia.

Seokjin menatap iba ke arah adik sepupunya ini. "Tae," panggilnya. Taehyung menoleh dengan gerakan lambat. "Sebenarnya, Ibumu... beliau sudah tiada."

Dan satu kalimat itu, telak membuat Taehyung merasa rohnya dicabut dengan paksa. "A-apa?" tanyanya masih tidak percaya.

"Bibi Bae terkena penyakit jantung, beliau meninggal setahun yang lalu," jelas Seokjin.

Kim Taehyung masih tidak mempercayai semua ini. Ibunya yang cantik, baik, dan begitu sehat, sudah meninggal?

"Hyung, jangan melucu. Aku sedang tidak ingin bergurau." Taehyung mengepalkan tangannya menahan sesak.

"Ini kebenaran. Jika bisa, aku pun ingin kalau semua ini adalah mimpi. Kalau perpecahan keluarga kita adalah mimpi. Tapi ini nyata, Tae. Kenyataan yang begitu menyakitkan," Seokjin tertunduk lesu.

"Kalau begitu bawa aku ke tempat Ibu. Dimana pemakamannya?"

Seokjin diam. "Tidak bisa. Kau tidak boleh pergi kesana. Mungkin saja ada pengawal ayahmu yang masih berkeliaran di sekitar rumah. Kau mau menjawab apa jika ditanya oleh mereka?"

"Persetan, toh aku sudah biasa menyelinap. Aku sudah biasa kabur," jawab Taehyung acuh.

"Jangan begitu, itu bisa membuat para juniorku terkena masalah. Ayahmu pasti akan murka pada mereka."

Taehyung terdiam. Ia jelas tidak ingin Hyemi mendapat masalah. "Lalu aku harus bagaimana, Hyung?"

"Bersabarlah. Nanti malam aku akan mengusahakan kepergian kita. Aku bisa berdalih ini sebagai hadiah karena kau sudah mulai berubah. Kita bisa bilang bahwa kita akan pergi makan malam di luar."

"Oke."

***

Hyemi sedikit kaget saat meraskaan pintu kamarnya yang coba dibuka dari luar. Hyemi menghela napas, ia sengaja mengunci pintu kamarnya supaya Taehyung tidak sembarangan masuk.

"Siapa?" tanyanya.

"Noona, buka pintunya," jawab suara berat di sebrang sana.

Hyemi berdecak. "Tidak mau. Kau pasti akan berbuat macam-macam lagi!"

"Noona, buka pintunya."

"Tidak. Pergi, Kim!"

"Noona,"

Hyemi menuliskan telinganya. Ia tidak bisa terus seperti ini. Ck, apa maksudnya si Kim itu selalu masuk ke kamarnya. Memangnya Taehyung tidak punya kamar sendiri? Menyebalkan.

Boy Meets EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang