Chapter : Prolog

684 41 0
                                    

Lonceng-lonceng berdentangan nyaring bertanda angin malam mulai menyapa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lonceng-lonceng berdentangan nyaring bertanda angin malam mulai menyapa. Suasana pondok terpencil di daerah hutan ini begitu sunyi seperti tidak ada kehidupan.

Perlahan ranting-ranting saling terbentur hingga menghasilkan suara-suara khas alam. Begitu juga beberapa suara hewan malam yang mulai terdengar. Sangat menyeramkan. Itulah yang tergambar keadaan pondok itu.

Terlihat seorang gadis berambut panjang berjalan membawa lilin untuk menyalakan beberapa pelita yang terpasang di setiap sudut guna untuk menerangi tempat tinggal mereka. Ia berjalan dalam diam dengan pandangan datar seperti biasa.

Suara burung liar dari hutan terdengar di sekitar pondok itu membuat wajah datar gadis itu terkesiap. Tangannya yang membawa lilin bergetar hebat, tatapannya meredup dengan sekali kedipan tubuh gadis itu luruh begitu saja ke tanah.

Brukk

"LAVINA?!" Teriak seorang gadis yang lain menghampiri gadis yang pingsan itu dengan wajah penuh kekhawatiran dan cemas.

Ia segera mengangkat tubuh adiknya itu kemudian ia bawa ke kamar. Setelah meletakkan tubuh lavina ke ranjang ia segera mengusap sebelah tangan lavina berharap adiknya itu dapat sadar, kemudian gadis itu pun beranjak dari duduknya lalu berlari ke dapur mengambil sebuah ramuan serta menambahkan beberapa dedaunan kemudian ia berjalan lagi dengan panik menuju kamarnya, ia menyuapkan sesendok air ramuan itu ke bibir pucat lavina.

"Lavina bangunlah..." gumam gadis itu sambil mengusap air mata yang terus saja menuruni pipinya. Ia sangat mencemaskan keadaan adiknya.

Apakah penyakitnya kambuh lagi? Apakah ingatan pahitnya itu kembali? Apakah ada sesuatu yang membuat adiknya panik tak terkendali?

Pertanyaan-pertanyaan itu membuat gadis itu sangat khawatir, ia tidak bisa lagi membendung air matanya. Ia sangat menyayangi adiknya yang malang ini.

Uhuk uhuk

Lavina terbatuk-batuk hingga beranjak dari berbaringnya. Ia mengeluarkan kembali ramuan itu, pertanda bahwa tidak ada penyakit maupun racun yang berada di tubuh lavina.

"Alen..." Panggil lirih adiknya dengan mata yang berkaca-kaca.

Kakak beradik itu saling berpelukan, alena memeluk lavina erat sambil menangis tersedu-sedu. Alena sangat lega bahwa adiknya baik-baik saja.

Semua pertahanan, perlarian dan pengorbanan mereka tidak akan sia-sia. Mereka harus merebut kembali hak mereka. Setidaknya mereka memiliki hak untuk menjalani hidup dengan bahagia, setidaknya mereka memiliki hak atas semua usaha-usaha keras mereka, setidaknya mereka dapat hidup tenang tanpa tekanan dari siapapun.

Setidaknya...

Mereka berdua melarikan diri dari musuh-musuh mereka yang mengincar nyawa mereka berdua. Di hutan ini para musuh itu tidak dapat melacak alat yang sengaja dipasang oleh musuh di leher belakang mereka sepuluh tahun yang lalu di sana tertanda sebuah tattoo yang menyerupai kepala kijang.

"Aku...aku mendengar suara burung itu, " Cerita lavina Pada kakaknya dengan ekspresi ketakutan.

Suara burung liar di hutan yang memang sangat langka pertanda bahwa akan ada orang asing yang mengunjungi. Itulah alasan kenapa lavina sangat ketakutan karena sudah sepuluh tahun lamanya hidup mereka di bawah tekanan para musuh.

Sejujurnya tidak hanya lavina, alena juga merasa ketakutan. Ia takut mereka berdua akan mati tanpa bisa mewujudkan keinginan ayahnya. Mereka bertahun-tahun menelusuri dari hutan ke hutan bukan hanya untuk menghindar tetapi juga mencari seseorang yang mengenal kedua orang tua mereka yang dapat membantu mengeluarkan alat pelacak itu.

"Kita harus segera menemukkan tuan rougless agar dapat terbebas, " ucap alena sambil mengusap bahu lavina dengan lembut.

Lavina melepaskan pelukan mereka lalu memandang alena cemas, "Kita harus segera pergi dari sini..." ucapnya.

Alena tersenyum mengangguk.

-••-

Dua gadis cantik itu telah bersembunyi selama 10 tahun lamanya. Di sudut tempat yang sama sekali tak terjangkau oleh manusia. Keluarga mereka berpikir bahwa mereka telah mati, tetangga mereka berpikir demikian, bahkan musuh mereka juga berpikir begitu dan dunia pikir mereka mati.

Pencarian dua kakak beradik itu telah dihentikan empat tahun yang lalu. Keluarga mereka, ah tidak, musuh mereka lebih tepatnya telah percaya bahwa dua gadis malang itu telah menghilang dan mati.

"Aku ingin kau melanjutkan penyelidikan secara rahasia."

"Tetapi perintah anda menyalahi aturan, tuan."

"Mereka tidak boleh mati begitu saja."

"Mustahil jika mereka masih ada-"

"Di dunia ini tidak ada yang mustahil."

"Bagaimana saya bisa mengenal mereka, tuan? Saya bahkan tidak memiliki petunjuk apapun."

"Aku akan memberikan data yang kau butuhkan."

"Baiklah tuan."

- TO BE CONTINUED -

NEW STORY IS COMING!!

Semoga suka

Selamat membaca

Jangan lupa vommentnya~

Behind The Secret✔Where stories live. Discover now