Bagian 32

2.9K 154 4
                                    

Selamat pagi..
Selamat menunaikan ibadah puasa kalian semua 😇

And happy reading 😊

📖📖📖

Setelah bersiap-siap, awalnya Ruby berencana hendak mengunjungi desa kecil yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Namun ketika ia akan menuruni tangga, tiba-tiba saja perut besarnya terasa sakit seakan-akan di robek dari dalam hingga entah bagaimana ia pun terpeleset dan berguling-guling di tangga seraya melindungi perut besarnya dengan tangannya. Ya! bagaimanapun keadaannya, calon ibu akan dengan repleks melindungi calon anaknya dari bahaya. Bukan?

"A-aiden..", lirihnya. Tampak sekali, tidak ada satu pun kata yang dapat menjelaskan bagaimana perasaanya sekarang. Ia menangis dalam keheningan. Tubuhnya bahkan tidak biaa ia gerakkan barang sedikitpun. Bukankah itu terlihat begitu menyakitkan? Seseorang yang hendak melahirkan malah jatuh berguling-guling di tangga yang tingginya bahkan.. Sudahlah, lagi-lagi tidak ada kata yang bisa mendeskripsikanya .

"Queen, Apa kau su- .. Queen!", Aiden berlari secepat yang ia bisa. "Apa yang terjadi padamu?", gumamnya dengan bibir yang bergetar. Lalu dengan sigap ia pun membawa Ruby ke ruang pengobatan yang ada di packnya. Dalam gendongan Aiden, Ruby yang masih sedikit tersadarpun malah sempat-sempatnya merutuki dirinya sendiri. Padahal pada hakikatnya, nyawanya sendiri kini sedang ada di ujung tanduk. Kenapa tadi ia memaksa Aiden menunggunya diluar kalau akhirnya ia merasa menyesal?

Aiden mendengus kesal. "Kenapa ruang pengobatan itu jauh sekali?".

"A-iden..". Hingga satu kata itulah yang menjadi akhir kalimat Ruby sebelum pingsan. Sedang Aiden sendiri, ketika mendengar gumaman Ruby malah mempercepat langkahnya.

👶👶👶

Aiden pov

"Bagaimana keadaannya, Dokter? Istriku baik-baik saja bukan? bagaimana dengan kandungannya?".

"Akan aku jelaskan nanti, Alpha. Sekarang masuklah, Luna terus memanggil nama anda di setiap tarikan napasnya". Dengan segera, aku pun memasuki ruangan itu. Di luar dugaanku, sepertinya Queen-ku akan melahirkan.

Aku lemas, melihat keadaan Ruby yang tampak kacau dimataku. Aku pun memegang erat kedua tangannya, berharap pegangan itu dapat dijadikan kekuatan tersendiri bagi istriku ini. Teriakkan kesakitannya, ikut-ikut menari dalam pikiranku, membuat telingaku sendiri merasa ngilu saat mendengarnya.

Aku berpikir. "Apa rasanya sesakit itu?".

Ku lihat Ruby tampak berkeringat, membuatku repleks mengelap keringatnya dengan sapu tangan yang ada di saku ku.

Setelah sekian lama istriku menjerit-jerit atau apalah itu. Akhirnya, suara tangisan merdu pun terdengar di telingaku. Repleks, tatapanku beralih pada dokter yang tengah memegang bayi cantik.
"Cantik sekali bayi ini". Setelah lama memperhatikannya, aku pun tersadar bahwa ada sesuatu yang berbeda.

Seketika mataku pun membulat. "Ekor!".

Bagaimana mungkin dia menjadi mermaid sejak dari dalam perut, bukan? jika seorang mermaid terlahir pun mereka tidak akan terlahir seperti ini. Bahkan mereka terlahir ke dunia ini pun dari dalam telur, tentu saja jika ibunya adalah seorang mermaid. Lalu bag-

"Aiden.. Bagaimana anak kita?". Aku menoleh lalu tersenyum padanya.

"Anak kita benar-benar cantik". Ia pun hanya tersenyum. Namun, seketika ekspresi leganya hilang lalu di ikuti dengan jeritan kesakitannya, membuatku kembali dilanda kepanikan. Dengan tergesa-gesa dokter pun langsung memeriksanya kembali. Alangkah terkejutnya aku, ternyata istriku akan kembali melahirkan . Dan dokter bilang, anak kami kembar empat. E-empat? Apa ia tidak salah memeriksanya?

Alpha's mateWhere stories live. Discover now