Harus kah aku bahagia?

3.8K 229 6
                                    

Jam makan malam..

Sakura sedang berkutat dengan berbagai macam olahan masakan di dapur.

Wanita itu melamun

Di pikiran nya saat ini adalah tentang Hinata. Saat makan siang tadi di Cafe, Hinata dengan wajah yang ceria mengatakan bahwa ia hamil. Hm.. Kalau di pikir pikir, itu wajar karena baik Naruto maupun Hinata saling mencintai. Tak seperti dirinya dan Sasuke, ya.. Pernikahan sepihak

'Kenapa aku mersa iri saat tau Hinata hamil? Bukan kah harusnya aku bahagia karena teman baik ku akan segera menjadi ibu? Tck! Saku... Apa yang terjadi pada mu?'

"Nyonya! Hati hati!" Sakura langsung menghentikan pergerakan nya saat ada yang berteriak di samping nya, gadis —ralat wanita itu menatap heran maid nya yang meraih tangan nya dan menatap tangan nya seakan tangan nya tidak baik baik saja

"Jangan melamun saat memasak, hampir saja Nyonya mengiris jari Nyonya sendiri"

Akh! Sekarang Sakura tau apa sebab nya. Sakura tersenyum tipis, "Aku hanya melamun, tidak apa apa kok"

"Dari pada anda melamun Nyonya, lebih baik anda duduk di kursi. Aku akan melanjutkan masakan anda"

"Tidak tidak kak Ayame, aku bisa memasak sendiri" Sakura menolak tawaran Ayame —maid nya yang berpaut dua tahun dari nya sambil mengambil buah merah —tomat dan memakan nya. Tentu saja Ayame mengernyit melihat Nyonya nya memakan Tomat mentah mentah, tidak biasa nya

"Tidak, Nyonya lebih baik duduk dan istirahat. Nyonya tampak pucat akhir akhir ini, dan... Sejak kapan Nyonya suka Tomat"

Sakura terdiam menatap Tomat yang berada di dalam genggaman tangan nya. Ia juga, kenapa Sakura bisa begitu menyukai Tomat akhir akhir ini? Ada apa dengan dirinya?

*
*
*

"Hei Teme, kau tau tidak? Hinata-hime hamil lho. Sebentar lagi aku akan menjadi ayah!"

Sasuke menghela nafas lelah. Sudah lebih dari 5 kali sahabat Dobe nya itu mengulang perkataan yang sama. Apakah ia akan terus mengulangi kalimat yang sama sampai mulutnya berbusa?

"Aku tau Dobe. Berhentilah mengoceh, apa kau sudah selesai dengan tugas mu?"

Naruto menatap malas sahabat Raven nya itu, "Hei Teme, bersemangat lah sedikit! Kau harus nya bahagia karena sahabat mu ini akan menjadi Ayah. Senyum lah sedikit!" Naruto jadi kesal sekarang. Meski ia akui bahwa tugas nya sebagai Kepala Bagian di Uchiha crop sangatlah menumpuk, tapi berbagi berita bahagia tidak masalah kan?

"Aku tidak peduli. Kau yang akan menjadi Ayah, kenapa aku harus bahagia?"

"Oh begitu.." Naruto terdiam sejenak, ia ingin memancing Sasuke untuk mengatakan sesuatu. "Kalau kau yang menjadi Ayah, apa kau akan bahagia?"

Sasuke terdiam sebentar saat sedang Mengetik beberapa laporan di Komputer. Pria itu Termanggu sejenak mendengar pertanyaan Naruto, apa dia akan bahagia kalau menjadi ayah?

"Hn" dua aksen terdengar mengerikan

"Berhentilah menggunakan aksen mengerikan itu Teme! Ayo jawab, apa kau akan bahagia?"

Terdiam sebentar, entah kenapa ia merasa aneh saat Naruto bertanya hal seperti itu pada nya. Menjadi Ayah ya? tanpa di sadari, tersemat senyum kecil di bibir tipisnya. Membuat wajah nya yang tampan bak Adonis itu terlihat jauh lebih tampan

"Menurut mu?"

"Akh sudahlah!" Naruto menyerah, pria itu terlalu malas menebak apa yang ada di pikiran sahabat nya itu. "Oh ya.. Kalau kau punya anak perempuan, nama apa yang akan kau berikan pada anak mu itu nanti?"

Kau adalah Dia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang