10. Dancing in The Dark

10.7K 1K 57
                                    




Dan sisa malam itu, mulai dari dua pertiga malam hingga fajar, Yoora sama sekali tak bisa memejamkan mata walau hanya sedetik.

Tak hanya pizza dan lagu sebagai hadiah malam itu, Jimin memberi Yoora satu lagi hadiah lain.

Selembar foto usang mereka berdua. Dengan berbalut seragam sekolah. Wajah yang masih begitu polos, senyum yang masih begitu murni, dan perasaan yang masih begitu malu-malu. Jimin masih menyimpannya, dengan rapih.

"Aku selalu menyimpannya, Yoo."

Satu ungkapan yang lagi-lagi membuat wajah Yoora tak berhenti merona. Satu pelukan hangat didapatkan Jimin saat Yoora tak bisa lagi menutupi perasaannya.

"Terima kasih, Jim." Satu dekapan hangat yang hanya Yoora miliki.

"Hei, mau berdansa?"

Yoora melepas pelukannya, menatap Jimin yang melirik ke arah jendela.

"Salju masih turun, kurasa dansa di bawah salju akan begitu menyenangkan."

Dan tak ada alasan untuk Yoora menolak, saat Jimin meraih tangannya dan membawanya keluar. Bersama sebuah lentera sebagai sumber cahaya mereka.

Meski diluar tidak terlalu gelap nyatanya. Dan Jimin hanya meletakan lentera itu di bangku depan pondok.

"Tak ada musik, Jim." Keluh Yoora saat keduanya telah berada di halaman, dibawah salju yang masih dengan anggunnya turun satu per satu.

"Kau tidak lupa 'kan jika aku bisa bernyanyi? Dan suara ku akan terdengar hanya untukmu, Yoo."

Jimin mendekat, meraih tangan Yoora, meletakkannya di bahunya, sebelum tangannya meraih pinggang Yoora untuk lebih mendekat padanya.

Dan perlahan, lantunan lagu Jimin tadi kembali terdengar. Begitu jelas dan merdu di tengah heningnya malam.



'Cause we were just kids when we fell in love
Not knowing what it was
I will not give you up this time

But darling, just kiss me slow,
your heart is all I own
And in your eyes you're holding mine


Jimin menjauhkan tangannya dari lingkaran pinggang Yoora, memutar tubuh Yoora sebelum kembali menarik dan menubruk tubuhnya. Kembali bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan lagunya.

Baby, I'm dancing in the dark with you between my arms
Barefoot on the grass, listening to our favorite song
When you said you looked a mess,
I whispered underneath my breath
But you heard it, darling, you look perfect tonight

Keduanya bersamaan memandang ke atas, menikmati langit malam yang bertabur bintang. Pemandangan dari puncak ini terasa lebih jelas. Lebih indah dan lebih sempurna. Membuat keduanya mensyukuri perasaan yang melambung tinggi sejauh langit malam yang ditatapnya.


We are still kids, but we're so in love
Fighting against all odds
I know we'll be alright this time

Darling, just hold my hand
Be my girl, I'll be your man
I see my future in your eyes

Yoora tertawa lepas, saat Jimin melepas lagi pelukannya, berputar dihadapan Yoora layaknya penari profesional. Dan menjatuhkan tubuhnya dengan berlutut dihadapan Yoora. Dan dengan senang hati Yoora menerima kembali uluran tangan Jimin, kembal menikmati lantunan nyanyian Jimin dengan gerakan tubuh keduanya.



Baby, I'm dancing in the dark, with you between my arms
Barefoot on the grass, listening to our favorite song
I have faith in what I see
Now I know I have met an angel in person
And she looks perfect
I don't deserve this
You look perfect tonight

Lantunan Jimin berhenti, berakhir dengan Jimin yang mendekap Yoora. Begitu erat dan tak ingin sedikitpun terlepas.

Kedua dahinya melekat, saling menghembuskan nafas hangat yang menerpa wajah masing-masing. Mata Yoora memejam, sekali lagi menerima kehangatan Jimin yang mendekapnya. Hatinya mendadak berdebar saat Jimin mulai mengatakan sesuatu yang dinantinya.

"Yoora, aku ingin mengatakan sesuatu."

Perlahan mata Yoora terbuka, menatap Jimin yang begitu dekat dengannya, tengah menatapnya dalam.

"Aku ingin mengatakannya semenjak dulu, namun aku tak pernah bisa. Dan kali ini aku tak akan melewatkannya."

Mendadak detak jantung Yoora menghentak kencang, aliran nafas yang tadinya membaik, kini semakin berdetak kuat. Yoora mencengkeram kain di bahu Jimin saat Jimin mulai mengungkapkan perasaannya.

"Aku mencintaimu, Yoo. Sangat. Semenjak dulu. Semenjak kita pertama kali mengenal. Dulu aku masih tidak punya keberanian untuk mengungkapkannya. Namun kali ini, aku akan mengatakannya dengan sepenuh hatiku. Aku mencintaimu, Yoora."

Sesuatu dalam hati Yoora meledak, Jimin telah menerbangkan semua kupu-kupu dalam perutnya di setiap kata yang diucapkannya. Jimin telah melepas semua halangan dalam hatinya untuk menahan perasaannya selama ini. Senyum Yoora merekah, menatap dalam mata Jimin yang selalu menenggelamkannya. Dan kali ini, sekali lagi Yoora terhanyut dalam tatapan mata Jimin. Tersenyum bahagia saat memberikan Jimin jawaban untuk hatinya.

"Jim, kau telah memiliki hatiku. Semenjak dulu. Dan tak pernah berubah."

Dan semuanya terasa nyata. Disaat perasaannya telah terbalas, Jimin mengeratkan pelukannya. Mendekatkan bibirnya untuk menyentuh bibir lembut Yoora. Mengklaim kepemilikan yang mereka jaga semenjak dulu. Memberikan tanda bahwa hati mereka telah bersama. Semenjak dulu dan tak pernah berubah.

Jimin mencumbu bibir Yoora, mendaratkan ciuman penuh kasih yang tak mampu Yoora tolak sedikitpun. Begitu lembut dan menuntut. Begitu hangat dan menggairahkan. Semua terasa sempurna. Dengan berlatar puncak gunung Pyeongchang yang begitu indah. Dan berlangit gemerlap bintang di musim dingin yang anggun dan tenang.

"Yoora, aku sungguh mencintaimu."


Dan sisa malam itu dihabiskan keduanya dengan melanjutkan dansanya, ditambah satu dua kecupan curian dari Jimin di seluruh wajah Yoora.

Hingga fajar tiba, Jimin memeluk Yoora dari belakang. Duduk di tepi bukit, menghadap sudut matahari yang akan bangun dari tidurnya. Entah harus berapa kali lagi berkata, semuanya benar-benar terasa indah.

Langit malam dengan bintangnya, langit fajar dengan mataharinya, salju dengan udara dingin yang menyengat. Semuanya menjadi saksi bagaimana Jimin dan Yoora menyatukan perasaannya. Semuanya sempurna, sesempurna perasaan mereka untuk saling menemukan hatinya.




- P E R F E C T -
F I N

Perfect ✔️Where stories live. Discover now