ii - Bunga-bunga di Taman [YoonKook]

10.3K 471 11
                                    

Bunga-bunga di taman, katakanlah, siapa yang paling menawan diantara kalian?





Tapi bunga-bunga itu membisu; ah tentu saja, itu hanya kiasan apabila pertanyaan Yoongi bisa dijawab.

Sebab Yoongi pun memiliki jawaban sendiri dalam hatinya—





—Jungkook, lelaki menggemaskan dengan beani lucu itu, yang paling menawan diantara bunga-bunga di taman.

.

.

Sebenarnya Yoongi tidak hobi dalam dunia fotografi, tapi karena bebera sore ini ia luang—dan jelas jika hanya membusukkan diri atas tempat tidur menjadi bahan omelan Seokjin, Yoongi lebih memilih melarikan diri di taman di pinggir sungai Han.

Tidak terlalu ramai kok;

Nyatanya kegiatan motret memotret Yoongi juga sedikit menyenangkan. Hitung-hitung selingan dengan kegiatan basket.

Tadinya obyek Yoongi hanyalah ketenangan air, bunga-bunga yang diam. Bahkan batu. Seokjin pernah mempertanyakan, lalu berakhir dengan perdebatan. Jadi Seokjin diam saja dan membiarkan Yoongi bertindak sesuka hati. Orang swag bebas, katanya.

Hanya saja beberapa hari; ah tepatnya setelah Yoongi menemukan satu obyek hidup yang menggemaskan.

Seorang pemuda, acap kali menghabiskan sore di taman dengan teinga tersumpal earphone. Ia tampak lebih muda dari Yoongi, senyumnya seperti bulan sabit dan gigi kelinci yang mengintip lucu. Tadinya pemuda itu hanya menjadi photobomb—lho tapi Yoongi akhirnya tertarik.

.

.

"Sial,"

Reflek. Sebab pemuda tanpa nama itu datang lagi. Dengan hoodie hitam dan susu kotak dalam genggaman. Duduk tenang, sesekali kepala mengangguk-angguk mengikuti irama lagu. Bibir pemuda itu mengerucut lucu, bergerak-gerak ketika meminum susu kotaknya.

Membuat Yoongi mendenguk iri;

Kamera Yoongi menjepret pemuda itu berkali-kali. Rasanya begitu tepat, menemukan obyek indah yang pas ketika disatukan dengan keindahan senja. Yoongi menyukai senja, sebab itu batas waktunya untuk terjaga dan kembali tidur.

Yoongi menyukai langit senja yang kemerahan, kadang membingkai pemuda tanpa nama itu dalam siluet yang berestetika.

Yoongi menyukai bunga-bunga di taman yang terlihat menemukan keindahan lain yang ada dalam diri pemuda bergigi kelinci.

Yoongi menyukai bagaimana lensa kameranya seolah terarah begitu saja ketika melihat pemuda itu; menyukai bagaimana ia tersenyum sinting ketika memilah hasil jepretan.

.

.

"Dasar stalker," Seokjin mencibir kebiasaan Yoongi.

"Tolong bedakan antara stalker dan pengagum ciptaan Tuhan, Seokjin."

"Argumenmu palsu, ditolak. Kau memotretnya seperti seorang stalker,"

"Tidak menerima penolakan. Yang jelas aku bukan stalker,"

Yoongi menjawab seenak jidat dan tersenyum penuh kemenangan ketika Seokjin merengut.

"Hampiri, ajak kenalan."

Yoongi menggeleng. "Bukan tipeku,"

"Cupu."

"Sembarangan. Aku ini sedang mengagumi ciptaan Tuhan, jangan dicibir."





"Ya, kagumi terus sampai ia tiba-tiba datang dengan membawa pasangan."

"Seokjin!!"

Nyatanya pembicaraan sore itu membawa beban pada hati Yoongi.

.

.

Yoongi lupa; alibinya begitu, padahal ia memang tidak menghitung. Berapa sore yang dihabiskan untuk memoret. Memenuhi hardisknya dengan hasil jepretan sang pemuda tanpa nama. Bahkan kadang jika ada kelas yang molor sampai petang, Yoongi rasanya setengah mati kesal.

Tidak melihat si pemuda di taman.



Tapi Yoongi terlalu malu. Membayangkan ia mengulurkan tangan dan mengajak kenalan seperti cengunguk kasmaran. Belum lagi gambaran jika pemuda itu tidak merespon, Yoongi bisa mati bunuh diri (secara imajiner sih).

Sore ini; pemuda itu datang lagi. Sekali lagi dengan hoodie hitam yang tampaknya menjadi pakaian curingkai (cuci – kering – pakai). Kali ini ia membawa anjing kecil yang lucu, yang membuat Yoongi setengah iri. Pemuda itu menaikkan hoodienya, tampa seperti rambut hitam yang panjang sebahu.

Aih, manis sekali sialan.

Yoongi bersembunyi lagi dibalik lensa kameranya. Jemari Yoongi sudah lincah menggeser lensa agar hasilnya tidak blur—sesekali gummy smile Yoongi muncul ketika pemuda itu tersenyum.

.

.

Tapi—lho,





Ini bayangan Yoongi saja atau memang pemuda itu tengah menatapnya?





Dengan binar mata yang tampak geli dan senyum terkekeh yang terpasung di pipi.

Mampus, Yoongi malah tidak bisa lari. Jadi hanya duduk, sok cuek dan tetap bersembunyi hingga tiba-tiba itu datang menghampiri. Ada aroma cologne bayi yang tercium samar-samar. Yoongi menurunkan kamera, sedikit keringat dingin karena senyum pemuda itu tidak beranjak dari bibirnya yang merah muda.

"Halo,"

Suaranya halus sekali, disertai kekehan gemas.

"Namaku, Jeon Jungkook omong-omong," anjing di pelukan pemuda itu menyalak. Dan Yoongi membatu.







"—maaf tuan, hari ini kamu ketahuan."

.

.

Sore itu jadi saksi; omong-omong.

Usaha perkenalan Yoongi yang berakhir di salah satu sudut kafe sepi. Biarlah, sedikit malu tapi tidak bisa mengelak. Biar kali ini frappe yang diminum Jungkook itu menjadi tebusan kelancangan kaera Yoongi mengambil gambarnya.

Yang jelas Yoongi lega; sebab Jungkook tidak keberatan.

.

.

Benar-benar hal paling indah selain bunga-bunga di taman 'kan?

.

.







sebuah draft lama yang tersimpan. oke, aku gabisa menulis fluff, ini harusnya jadi fluff kenapa seperti romansa anak esempe wkwk

Tag penunggu setia oktaehyun

Wander-Lust [BangtanKook]Where stories live. Discover now