Chapter 3 | Perjanjian Hati

508 60 3
                                    

Kadang cinta hadir dengan cara yang tak terduga 
Dan mungkin saja yang salah menurutmu adalah pilihan terbaik bagimu

~~~~

Laki-laki tinggi, tampan dan mengenakan stelan jas mahal rancangan disainer terkenal itu, melangkah dengan angkuhnya memasuki gedung perusahaan terbesar di Jakarta.

Tatapan dinginnya dan wajah flatnya membuat siapapun yang melihatnya harus menunduk hormat. Dia bukan laki-laki yang gemar menebar senyum, bukan juga laki-laki yang suka membuang-buang waktu.

Jika didunia ini ada kontes laki-laki tercuek dan tertidak berperasaan, semua pasti akan memilih Nathan sebagai juaranya. Dia adalah seorang pewaris tunggal yang sah dari keluarga Bagaskara. Kakeknya mewariskan seluruh harta kekayaannya  kepada dirinya seorang, sebelum kakek dari ibunya itu meninggal.

Nathan tinggal seorang diri di sebuah  rumah megah yang ditemani dengan kemewahan dan harta berlimpah. Baginya harta itulah keluarganya. Dia tidak pernah mengenal keluarga, cinta dan kasih sayang. Untuk Nathan semua itu hanya perasaan bodoh yang melemahkan seseorang.

Nathan menjatuhkan tubuhnya pada kursi kebesarannya, meletakkan jasnya di sandaran kursi sembari membuka laptopnya. Dia menatap serius benda itu, membaca dan memeriksa setiap laporan yang datang padanya. Sesekali dia membuka beberapa dokumen yang menumpuk di mejanya dan mencocokannya dengan data yang ads di laptopnya.

Tokkkk.....tokkk....tokkkk..


"Masuk." dia berdecak kesal

Tak lama kemudian dari balik pintu muncul seorang perempuan muda dengan tampilan menarik bak model. Perempuan itu membawa sebuah ipad ditangannya dan melangkah masuk dengan langkah hati-hati.

"Berapa kali saya harus bilang sama kamu, jangan mengganggu saya saat saya sedang bekerja." Nathan menahan kekesalannya

Perempuan itu menunduk takut, "maaf pak,"

Nathan menghela nafas jengah, "ada apa?" tanyanya dingin

"Saya hanya ingin memberitahukan jadwal anda, pak." takut-takut perempuan itu mengeluarkan suaranya

Braakkkkk...

Nathan menggebrak meja, membuat perempuan itu tersentak terkejut. Rona ketakutan terbaca jelas di balik paras cantiknya. Dia hampir saja menangis karena takut tapi, sebisa mungkin perempuan itu menahannya.

Bukan hal baru lagi jika Nathan membentak para pegawainya yang menurutnya tidak becus dalam bekerja. Itu adalah kebiasaannya.

"Kamu itu punya otak kan? Bisa mengingatkan? Saya kan sudah bilang, letakkan jadwal saya dimeja  sebelum saya datang! Begitu saja harus diajarkan! Saya tidak menyangka kakek saya mempekerjakan sekretaris bodoh seperti kamu.!!"

Kata-kata pedas itu langsung tertancap dihati sekretaris itu. Matanya berkaca-kaca hampir menangis, tapi ditahannya. Mungkin perempuan itu malu menangis didadapan bosnya yang sama sekali tidak memikirkan perasaannya 

Sekretaris itu hanya bisa menunduk. Boss sebelumnya tidak pernah memarahinya dan selalu memuji kinerjanya, sangat berbeda jauh dengan Nathan. Jika bukan karena menjadi tulang punggung keluarganya, perempuan itu perempuan itu sudah memilih memundurkan diri.

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora