Chapter ~ 41 | Dua Garis Merah

318 43 7
                                    


Silvia memandangi benda kecil pipih yang menunjukan garis dua di tangannya. Tatapannya kosong, ada keterkejutan dan kebingungan yang bercampur jadi satu terpancar di wajahnya.

Satu minggu sudah dia pergi dari rumah Nathan dan memutuskan tinggal seorang diri di sebuah rumah kontrakan kumuh di pinggiran kota. Silvia tidak mungkin pulang ke rumah orang tuanya dalam keadaan seperti ini, dan perempuan itu juga takut kalau nanti Nathan mencarinya ke rumah dan orang tuanya malah bekerja sama dengan laki-laki itu.

Selama seminggu ini dia bekerja di sebuah florist teman lamanya, beruntung dia bertemu dengan Ayu teman kampusnya dan mempekerjakannya di toko bunga milik ibunya. Silvia merasa hidup yang sekarang dia jalani lebih baik meskipun hidupnya sederhana, jauh dari kemewahan.

"Kamu harus memberitahunya." Ayu tiba-tiba muncul mengejutkan Silvia yang masih setia dengan pikirannya sendiri.

Silvia hanya diam. Dia tidak tau harus menjawab apa, apa dia harus memberi tahu Nathan soal ini atau tidak. Silvia bingung, hidupnya terlalu rumit, dia seharusnya bahagia dengan kabar bahagia itu. Tapi, semuanya terjadi di waktu yang salah.

Silvia kemudian menggeleng lemah sembari menunduk dengan wajah sendunya.

Ayu berdiri menghadap Silvia, memegang pundah perempuan itu dengan kuat.

"Tidak Silvia. Dia harus tau, kamu tidak berhak menyembunyikannya, biar bagaimanapun dia Ayah dari bayimu." ujar Ayu meyakinkan Silvia

Silvia mendongakkan kepalanya, mata nya mulai berkaca-kaca, "tidak Yu, aku tidak mau kejadian kakak ku terulang lagi. Bagaimana aku dengan lancangnya menikahi orang yang almarhum kakak ku cintai. Lagi pula aku tidak mau hal yang sama terjadi pada anakku."

Ayu berdecak tidak habis pikir dengan cara pikir Silvia, "Silvia, aku yakin sekali dia tidak mungkin melakukan kesalahan itu untuk kedua kalinya."

"Kamu tidak mengenal dia Ayu karena itu kamu bisa bicara begitu." Silvia tetap bersikeras

Ayu kemudian hanya bisa memeluk sahabatnya, dia merasa ikut prihatin dengan keadaan Silvia saat ini. Ayu tau betul bagaimana sulitnya Silvia menjalani hidupnya selama ini, ditambah lagi dengan kehadiran Nathan membuat semuanya semakin sulit untuk Silvia yang sejak kecil sudah hidup seorang diri.

Silvia membalas pelukan sahabatnya, saat ini hanya dukungan dari orang terdekatnya yang dia butuhkan. Setidaknya itu yang bisa menguatkannya dan semangat menjalani hari-harinya.

Siangnya seperti biasa Silvia berangkat ke tempat kerjanya, dengan penuh semangat dan senyum lebar Silvia mengayuh sepedanya menuju Florist tempatnya bekerja. Dia sangat berterimakasi sekali Ayu mau meminjamkan sepedanya untuknya, hingga dia tidak perlu jalan kaki atau mengeluarkan uangnya setiap kali berangkat kerja. Sepeda keranjang itu Yang juga dia gunakan untuk mengirimkan bunga ke pelanggan-pelanggannya. Sepeda sederhana cukup membantu pekerjaannya.

Florist milik ibu sahabatnya itu berada di pinggir jalan yang cukup ramai. Toko nya pun cukup besar dan luas, dibagian depannya dipenuhi oleh berbagai macam bunga-bungaan yang Silvia masih berusaha menghafal namanya. Ada berbagai macam warna yang membuat toko itu sangat indah dan harum oleh semerbak kelopak bunga-bunga itu.

"Siang buk?" sapa Silvia pada Ibu Rika pemilik florist.

Dengan senyum ramah Ibu Rika menyambut kedatangan karyawan barunya. Sebelumnya Mereka sudah saling mengenal dan itu bukan pertemuan pertama mereka. Karena itu tidak perlu waktu lama untuk mereka saling akrab satu sama lain.

"Silvia tolong layani tamu yang di sebelah sana ya, sepertinya dia bingung mau pilih bunga apa?"

Silvia mengangguk dan berjalan mendekat ke arah customer yang tengah asik memilih bunga-bunga. Dia terlihat seperti seorang pria yang berkelas, dilihat dari penampilannya. Dari baju dan aksesoris yang dia kenakan seolah tidak asing bagi Silvia.

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now