Chapter ~ 53 | Harapan

266 45 13
                                    

Seandainya kisah kita bisa terulang kembali...

_______________
________

Tepat pukul sepuluh pagi, Nathan dan anggota keluarganya dengan menggunakan pesawat pribadi meninggalkan Indonesia menuju Swiss.

Di pesawat, Dimas tak henti-hentinya mengoceh, menanyakan berbagai hal yang dia lihat dari atas pesawat. Anak sepuluh tahun itu memilih duduk di dekat jendela, katanya supaya bisa melihat awan-awan dengan jelas.

Ini adalah pernerbangan pertama Dimas ke luar negeri, sebelumnya Nathan hanya mengajaknya liburan ke luar kota. Karena itu Ayah satu anak itu sedikit khawatir dengan putranya, takut jika cuaca di sana tidak cocok dengan Dimas.

"Dimas jangan berdiri. Duduk yang baik." tegas Nathan ketika  putranya menengokkan kepala ke kaca jendela

Dimas hanya tersenyum polos, dia terlihat sangat bahagia dan kembali duduk dikursinya.

"Apa saja agenda kita?"

Nathan menoleh ke belakang di mana Mario dan Anastasya tengah merebahkan badannya.

"Ke hotel dulu terus nanti ada beberapa acara undangan Natal dan tahun baru  abis itu kita bakal camping di pedesan..." ujar Mario sumringah

"Tapi, inget ya tidak boleh ada yang mengerjakan tugas kantor di sini." ancam Anastasya yang diikuti gelak tawa kakak-kakaknya.

"Terus si Roy gimana?"

"Katanya dia mau nyusul kita ke Swiss setelah urusannya di Italia selesai."

Nathan mengangguk mengerti setelah itu kembali fokus menatap putranya. Di kursi pesawat, Dimas sudah tertidur lelap, begitu damainya. Nathan tersenyum tipis, dia bisa melihat guratan wajah Dimas sangat mirip dengannya.

Kamu melahirkan putra yang sangat tampan, Sahara.

Tangan kekarnya kemudian mengambil tubuh mungil Dimas ke pangkuannya. Meletakan kepala Dimas dalam lindungan dada bidangnya sembari sebelah tangan Nathan mengelus lembut rambut hitam lekat putranya.

Begitulah Nathan sekarang, dia sudah berubah menjadi laki-laki yang sangat penyayang. Sedetik pun Nathan tidak pernah membiarkan putranya merasa kecewa. Setiap kali dia memandang Dimas, wajah Sahara dan Silvia silih berganti berputar dalam pikirannya.

"Sini, biar Papa aja yang pangku." Ayah Nathan kemudian menghampiri putranya.

Dengan gerakan perlahan Nathan menyerahkan Dimas, sebisa mungkin tidak mengganggu tidur lelapnya.

Kini dibangku paling depan hanya tersisa Nathan seorang diri yang sibuk memandangi udara yang berhembus di luar jendela.

Apa kabar wanita mungil?

Nathan tersenyum kecut, menertawakan kebodohannya sendiri. Seharusnya dia tidak melakukan itu, seharusnya dia bisa melupakan semuanya seperti dulu dia mengiklaskan Sahara.

Anastasya menyerobot masuk ke bangku sebelah Nathan. Ia duduk dengan riangnya di sana membuyarkan semua lamunan yang sendari tadi laki-laki itu lakukan.

"Ayo kak Nathan lagi mikirin apa?"

"Tidak sedang memikirkan apa-apa." jawabnya datar

"Bohong."

"Anastasya, kalau kamu hanya ingin mengganggu kakak lebih baik kembali ke kursi mu. Perjalanan kita masih panjang."

Anastasya menatap kakaknya lekat, membuat Nathan sangat tidak nyaman.

"Apa sampai sekarang kakak masih mikirin dia?"

Nathan tidak bergeming.

"Jawab dong kak, jangan diam aja."

You're My Heartstrings [SUDAH TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora