4

6.6K 1.1K 40
                                    

23/06/18

.

.

Taeyong membawaku kerumahnya. Mungkin dia tahu kalau aku sedang punya masalah.

Sampai di rumahnya aku hanya bisa melongo seperti orang bodoh. Rumahnya sangat mewah dan besar. Beda dengan rumahku yang kecil dan sederhana.

Mendadak aku merasa tidak pantas menjalin hubungan dengan Taeyong.

"Ayo. Kenapa diam?"

Aku tersentak dan mencengkram ujung jaket kulit Taeyong. Aku takut hilang di rumah sebesar ini.

Pintu rumah itu terbuka saat Taeyong berdiri di depan pintu itu. Aku hanya bisa takjub dan terus mengokori belakang Taeyong dengan terus mencengkram ujung jaketnya.

"Taeyong, kau kemana saja, nak? Ibu khawatir kau tiba tiba berlari keluar."

Suara lembut seseorang membuatku bersembunyi di belakang Taeyong.

"Aku menemui pacarku."

Aku menunduk dan merasa pipiku memanas. Entah perasaan apa ini, aku tidak ingin merasakannya lagi.

"Mana dia?"

Taeyong yang bergeser membuatku terkejut. Kini aku terlihat sepenuhnya oleh wanita parubaya. Wanita itu tersenyum ramah padaku. Aura keibuannya benar benar terasa.

Aku menyukai aura itu.

"Siapa namamu?"

Aku membungkuk singkat lalu tersenyum. "Namaku Lee yn."

Wanita itu menoleh pada Taeyong dengan tatapan protes.

"Kenapa baru membawanya sekarang, Taeyong? Dia sangat manis. Ibu menyukainya."

Lagi lagi pipiku terasa panas. Perasaan senang muncul karena ibu Taeyong menyukaiku.

"Aku baru saja berpacaran dengannya, ibu." Taeyong membalas kalem.

Ibu Taeyong mangut mangut dan kembali menatapku sambil tersenyum hangat.

Andai saja aku punya ibu seperti ini..

"Yn? Ada apa?"

Aku tersentak. Aku menggeleng dan tersenyum paksa pada ibu Taeyong. Memikirkan sifat ibuku saja membuatku pusing. Mungkin dia tidak pantas kusebut ibu.

"Kalian sudah makan? Nanti ibu suruh chef di dapur memasak sesuatu untuk kalian." Ucap ibu Taeyong.

Taeyong mengangguk kemudian menarikku ke lantai atas. Kami masuk ke salah satu ruangan yang berada di dekat tangga. Ternyata kamar Taeyong.

Kamar itu begitu luas, mengalahkan ruang tengah di rumahku. Di kamarnya ada sofa, lemari besar, dan ranjang king size. Selimutnya juga terlihat lembut. Oh, kamar ini di desain dengan warna putih hitam.

Aku menyukai selerahnya.

"Duduklah."

Aku menurut dan duduk di sofa.

"Apa saking tidak pedulinya, kau tidak mengganti pakaianmu?"

Aku mengerjap. Aku bahkan baru sadar jika aku masih memakai seragam sekolah.

Taeyong menghela nafas. Taeyong menggengam gagang pintu, ingin keluar.

"Aku akan mencari baju untukmu. Tunggu disini."

Aku mengangguk dan bersandar di sandaran sofa.

Suasana kamar Taeyong membuatku nyaman. Apalagi karena desain warnanya. Aku suka warna putih.

[1] chain ; taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang