Epilog

965 25 1
                                    

Assalamu'alaikum Ayara, apa kabar? Gue harap lo baik-baik aja di sana. Jangan tanya kabar gue di sini, karena gue nggak yakin kalo gue bakal bisa jawab baik-baik aja.

Gimana, luka-luka di hati lo yang dulu? Semoga luka-luka itu sembuh seiring berjalannya waktu.

Sorry Yar, gue nggak bisa nepatin janji buat selalu stay di sisi lo. Karena saat ini, gue malah pergi ngejauh dari lo.

Jujur, gue nggak maksud buat pergi jauh. Tapi, semakin lama gue stay di kota ini, semakin sesak juga rasa di hati.

Sorry juga Yar, karena gue udah bohong sama lo. Bohong soal perasaan gue selama ini ke lo, bukan maksud gue buat bohongin lo, tapi keadaan yang memaksa gue buat bohong.

Gue nggak nyalahin lo karena sikap lo ke gue selama ini, mungkin, emang gue nya yang salah karena selalu nunjukkin sikap dingin, cuek, juga nyebelin ke lo sampe-sampe lo nggak sadar akan perasaan gue yang sejujurnya.

Bukan maksud gue buat selalu bersikap se NYEBELIN itu ke lo, percayalah, jauh di lubuk hati gue, gue nyimpen perasaan sayang yang besar ke lo.

Sorry Yar, ketika gue nerima undangan pernikahan lo sama dia tempo hari, bukan maksud gue untuk bilang ke lo kalo gue nggak bisa dateng ke acara itu.

Jujur Yar, gue ngerasa kalo dunia itu hancur seketika pas lo dateng ke rumah gue dengan senyum lo yang kayak biasa, tapi bawa kabar yang luar biasa bagi gue.

Di satu sisi gue bahagia, karena lo udah berhasil nemuin cinta sejati lo. Tapi di sisi lain, gue ngerasa sakit, karena ternyata bukan gue orang itu.

Tapi, yaudah lah, mau gimana lagi. Mungkin, emang begini dan harus begini jalannya.

Maaf, kalo ternyata gue sering bikin lo kesel, bikin lo marah, atau bikin lo sakit hati karena kata-kata gue.

Gue turut bahagia atas pernikahan lo sama dia, gue harap, dia bener-bener laki-laki pertama dan terakhir yang akan selalu bimbing lo juga keluarga kecil lo ke surga nanti.

Jangan pikirin gue, gue mungkin akan baik-baik aja di sini, menyimpan luka di hati, yang entah kapan akan pergi.

Gue harap, lo selalu bahagia sama dia yang sekarang udah jadi suami lo. Dan tolong, jangan pernah bilang ke gue kalo dia nyakitin lo. Karena gue nggak akan sanggup buat nahan diri biar nggak ngehajar dia karena udah berani nyakitin lo.

Gue pamit ya Yar, nggak usah cari gue, nggak usah khawatir juga sama keadaan gue. Biarin gue pergi bersama luka ini, dan biar takdir yang menuntun gue kembali bila memang kita akan kembali dipertemukan di lain hari.

Makasih, karena pernah menjadi bagian penting di hidup ini.

Assalamualaikum Ayara Zameena, gue pamit untuk pergi.

Aku melipat kembali surat itu, surat dari laki-laki baik yang selalu menjaga ku waktu dulu, surat yang sudah lama ku simpan rapih di lemari dan tak sengaja ku temukan lagi ketika aku merapihkan lemari tersebut.

Dulu, ketika aku menikah dengan suamiku, ku kira Radit tak akan datang di hari bahagia ku.

Aku masih ingat betul perkataannya yang bilang bahwa dirinya tak janji akan bisa hadir di hari itu, makanya, aku sedikit terkejut begitu melihat dirinya berdiri tepat di sebelah suamiku ketika aku berjalan menghampiri meja tempat suami ku mengucapkan janji suci bagi kami.

Aku melihatnya berdiri di sana, tepat di depan sana. Senyum di wajah ku pun semakin mengembang, dan laki-laki itu menatap ku lembut. Tatapan yang membuat ku selalu merasa aman dan nyaman setiap kali aku menatap nya, "Radit." panggil ku sambil tersenyum ke arah laki-laki itu.

DILAMAR(?) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang