2

294 39 3
                                    


.
.
.

Setelah pemakaman berakhir mereka pun kembali ke rumah. Sejak pemakaman berlangsung hingga tiba dirumah, ibu mark tak kuasa menghentikan tangisannya.

"Hiks... hiks... Mark... kenapa kamu pergi secepat ini sayang..."kata ibu mark dengan suara tangisan yang semakin lirih,nampaknya beliau sudah mulai lelah menangis.

Sementara di sebelahnya ayah mark sedari tadi nampak diam dengan ekspresi yang sulit diartikan. Sedang joy hanya menenangkan ibunya yang terus menangis dari tadi.

"Sudahlah bu... relakan saja,mungkin ini memang sudah takdir" kata joy sambil mengelus punggung ibunya. Jika dilihat baik-baik mata joy nampak mengbengkak,kenapa? Tentu saja karena dia lelah menangisi kakaknya.

"Aku ke kamar dulu" kata joy sambil beranjak dari sofa. Ketika sampai di kamarnya ia membuka tirai setelah itu ia langsung berbaring dikasur,nampaknya dia benar-benar kelelahan. Selama berbaring matanya menyapu setiap sudut kamarnya. Ya hanya untuk mengingat kenangan apa saja dulu yg pernah ia dan kakak buat di kamar ini,sampai matanya beralih pada sebuah figura berisi fotonya bersama sang kakak.

"Ck... dasar bodoh... kenapa kau bodoh sekali hyung? Kenapa kau merelakan nyawamu yang berharga hanya untuk orang yang bahkan tidak mengenalmu?" Kata joy dengan nada yg datar,namun dihiasi dengan air yang perlahan menetes sudut matanya.

"Dan kenapa juga di saat-saat terakhirmu kau malah menyuruhku untuk tetap melindunginya?... hiks"
Tak lama joy pun mulai terisak.

Flashback

"Mark hyung... kumohon bertahanlah..." kata joy sambil menggenggam tangan mark dengan erat,dia benar sangat khawatir melihat keadaan mark yg sekarang dengan kepala yg nampak mengeluarkan banyak darah dan luka yg memenuhi wajah tampannya.

"J-joy... uhuk..ssshhh kurasa aku sudah tidak kuat lgi"

"Jangan bicara seperti itu hyung... aku yakin kau pasti akan selamat..."kata joy sambil menahan air matanya,dia benar-benar tidak ingin menangis didepan kakaknya sekarang.

"Joy... k-kalau pada akhirnya aku tidak b-bisa diselamatkan... ku mohon jaga dia untukku..."

"Tapi kenapa hyung? Kenapa aku harus menjaga orang yg menyebabkan kau jadi seperti ini?"

"Jangan m-menyalahkan dia joy... i-ini s-semua kulakukan atas kemauanku sendiri,jdi kumohon j-joy t-tolong uhuk... jaga dia untukku..."

Setelah mengucapkan kalimat terakhir itu pada joy,perawat membawa mark ke UGD untuk segera ditangani. Sementara joy menunggu diluar dengan sangat khawatir namun ia tetap terus berdoa agar kakaknya baik-baik saja. Tak beberapa lama dokter yang menangani kakaknya keluar dari ruangan tersebut.  Dengan tergesa gesa ia menanyakan keadaan kakaknya,namun apa yang dia dengarkan membuat detak jantungnya melemah.

"Maaf... kami sudah berusaha semampu kami... tapi nampaknya Tuhan berkehendak lain..."

Joy benar-benar terpukul,tatapan matanya kosong, badannya mendadak melemah bahkan kakinya tak sanggup untuk menopang berat tubuhnya hingga dia jatuh berlutut dilantai.

"MARK HYUNG!!!" Teriak joy dengan frustasi... tangis yg ditahan sedari tadi pun pecah.

Flashback end
.
.
.
.
.

Ditempat lain.

Disebuah ruangan serba putih nampak seorang namja manis yang sedang terbaring lemah.

"Eunghh"
Perlahan ia mulai membuka matanya. Hal pertama yang ia liat adalah seorang suster yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

"Oh kau sudah sadar? Syukurlah kalau begitu"

"Bagaimana aku bisa berada disini?"

"Hhhh begini jinyoung-ssi,dua hari yang lalu kau hampir kecelakaan. Untungnya ada seorang pria yang menyelamatkanmu. Jadi kau hanya terbentur sedikit saja"
Jinyoung berusaha mengingat kejadian itu tapi hasilnya nihil. Dia tak dapat mengingat apapun.

"Bagaimana keadaan orang yang menyelamatkanku itu?"

"Hhhh... Dia meninggal dua hari yang lalu karena pendarahan di kepala"

Deg

jinyoung benar-benar merasa bersalah pada orang baik yang sudah menyelamatkannya. Bahkan ekspresi wajahnya sangat menggambar rasa bersalah yang ia rasakan saat ini.

"Gwaenchana... jangan terlalu dipikirkan... mungkin itu memang sudah takdir" kata suster itu karena melihat wajah jinyoung yang nampak sangat merasa bersalah.

Tak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka dan menampakan seorang pria tampan bermata sipit dengan wajah khawatirnya. Dengan tergesa ia berjalan kearah ranjang dan langsung memeluk namja manis itu sambil mengecup puncak kepalanya berkali-kali.

"Syukurlah kau sudah sadar jinyoung-ah... sudah dua hari ini kau membuatku tidak bisa tidur"
Jinyoung hanya tersenyum sambil membalas pelukan erat namja itu.

"Aku baik-baik saja jaebum hyung..."

"Ekhem-nampaknya aku sudah tidak dibutuhkan lagi disini. Lebih baik aku pergi sebelum benar-benar mengganggu sepasang kekasih ini" kata suster itu dan menyempatkan mengedipkan sebelah matanya sebelum keluar.

Jinyoung yang melihat itu pun bingung dan bertanya dengan wajah polosnya.
"Kenapa dia bisa tau kau adalah kekasihku hyung?"
Jaebum hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku juga tidak tau.. mungkin karena kita nampak serasi"

Plak

"Aduh sakit jinyoung..."

"Makanya hyung jangan menggodaku"

"Hehehe... mian-tapi tunggu kenapa kau nampak sedih begitu?"

"Orang yang menyelamatku dari kecelakaan meninggal hyung"

"J-jinjja? Hhhh padahal kalau dia selamat aku ingin berterimakasih karena sudah menyelamatkan pacarku yang manis ini... semoga kebaikannya bisa membawa ia menuju  tempat peristirahatan yang lebih baik"

"Amin"
.
.
.
Namun sejak hari itu,jinyoung tidak pernah berhenti memikirkan namja malaikat (menurut jinyoung) yang menyelamatkannya itu. Bahkan setiap ia berdoa ia selalu menyempatkan berdoa untuk namja itu.

                          TBC

H E A V E N   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang