7. Gara-Gara Seblak

14.6K 1.5K 63
                                    

"Salah siapa handphone lo jelek, kayak orangnya!" —tukang mancing emosi.

"Apa lo bilang? Jelek-jelek gini lo juga enggak punya." —si emosinya.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pikiran Arka masih melayang-melayang sejak dirinya mendengar Melodi memanggil Wira dengan sebutan Papa.

Dilihat dari cara Melodi yang memanggil Wira dengan sebutan Papa hingga gadis itu bersikap manja membuat Arka yakin keduanya sudah dekat sejak lama. Namun sejak kapan? Sebenarnya apa hubungan keduanya?

Sekali lagi Arka menatap lurus ayahnya yang duduk di hadapannya.

Wira meletakan kembali cangkir kopinya sembari mulai membuka percakapan. "Ayah tau di kepala kamu banyak pertanyaan."

Arka masih tetap diam. Memilih mendengarkan sebelum nantinya dia melempar pertanyaan.

"Wira Sanjaya adalah Ayah kamu, tapi di rumah sakit ini Wira Sanjaya juga menjadi Papa bagi Melodi." Wira memberi jeda. Tatapannya semakin serius. "Ayah menjadi Papa bagi Melodi sejak kali pertama gadis itu datang. Sejak Melodi masih berusia sepuluh tahun hingga kini berusia dua puluh tahun."

Wira seperti kembali ke masa lalu. Teringat pada bagaimana dia melihat mata bulat Melodi saat meminta izin ingin memanggilnya Papa. Saat gadis itu berteriak girang melihatnya menganggukan kepala sebagai persetujuan.

Wira tidak pernah lupa dengan momen itu. Dia senang bisa menjadi orang yang berarti bagi Melodi.

Arka masih mencerna perkataan ayahnya. Sejak umur sepuluh tahun? Bagaimana bisa? Hal apa yang sudah Melodi lewati hingga di umurnya yang masih kecil harus mendekam di rumah sakit jiwa?

Melodi seharusnya tidak bisa menerima ini dengan mudah, apalagi menjalaninya. Di usia semuda itu harusnya Melodi banyak menghabiskan waktunya untuk bermain. Bukan mendekam di sini.

Pada akhirnya Arka tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kenapa Melodi panggil Ayah jadi Papanya?"

Wira menghela napas sebelum menjawab. "Yang pasti untuk menggantikan figur Papanya yang tidak ada di samping dia."

Arka mendengarkan, tidak mencoba untuk menyela.

"Menjalani kehidupan di sini pasti berat untuk Melodi apalagi usianya waktu itu masih kecil. Dia seharusnya butuh bermain, butuh perhatian, butuh kasih sayang dari Papanya saat Mamanya saja sudah meninggal. Semua hal yang harusnya Melodi dapat, tidak didapat saat dia masuk rumah sakit ini."

Love in PsychiatricalWhere stories live. Discover now