Remember me - Daniel x Jaehwan

390 48 59
                                    

Jaehwan tersenyum saat Daniel menghampirinya setelah selesai dengan latihan basketnya. Keduanya saling melempar senyum lalu tertawa pelan. Manis sekali.

"Minumlah"Jaehwan menyodorkan sebotol air mineral pada Daniel.
"Gomawo~"
"Eummm~"
"Kau lapar? Kita bisa makan dulu setelah ini"tanya Daniel.
"Latihan mu? Sudah selesai?"
"Sudah, aku akan mandi sebentar"
"Baiklah, cepat mandi. Aku akan menunggu disini"
"Jangan. Tunggu aku di depan gerbang, disini panas"

Jaehwan menatap teman baiknya itu lalu mengangguk setuju.

"Anak manis. Aku akan segera kembali"ucap Daniel sebelum berlari menuju teman-teman nya.

Jaehwan berdiri, membawa tas sekolah Daniel lalu berjalan menuju gerbang sekolah mereka.

"Menunggu kekasihmu lagi?"goda paman Han, satpam sekolah mereka saat Jaehwan duduk di depan pos satpam.
"Ah, paman. Sudah ku bilang kami hanya teman"jawab Jaehwan.
"Teman yang selalu bersama meskipun kalian namja dan yeoja? Hei, anak manis. Paman juga pernah muda dan paman sangat tau apa nama hubungan kalian"terang paman Han.
"Memangnya apa, paman?"tanya Jaehwan.
"Hubungan tanpa status. Kalian seperti saling memiliki tapi juga tidak. Kalian saling memperhatikan, peduli dan saling mencari padahal kalian tak memiliki status yang jelas"

Jaehwan terdiam sebentar, dia dan Daniel memang sudah berteman sejak lama. Sejak keduanya masih sekolah dasar, tapi apa yang dikatakan paman Han baru saja tak sepenuhnya salah. Jaehwan jadi bingung.

"Tapi kami teman, paman"elak Jaehwan masih tak mau kalah.
"Teman yang terasa seperti kekasih? Itu hubungan tanpa status namanya"
"Benarkah?"tanya Jaehwan bingung.
"Kau masih belum mengerti. Sudah cepat pulang, lihat namja yang kau anggap teman sudah datang"

Jaehwan menoleh dan melihat Daniel berlari kecil ke arahnya dengan senyum yang lebar. Senyum kekanakan. Kesukaan Jaehwan.

"Ayo pulang"ajak Daniel.
"Paman, kami pulang dulu"pamit Jaehwan dan Daniel bersamaan.
"Eum, hati-hati. Sudah mendung, sepertinya akan hujan"
"Tenang saja, aku membawa payung"kata Jaehwan senang.

Keduanya segera berjalan menuju penjual tteokbokki langganan mereka yang berjualan tak jauh dari sekolah mereka.

"Sepertinya benar-benar akan hujan, Jae"kata Daniel.
"Sudah kubilang aku bawa payung"balas Jaehwan.
"Baiklah, kau mau makan apa?"
"Tteokbokki"
"Itu saja?"tanya Daniel yang dijawab anggukan manis oleh Jaehwan.
.
.
.
"Jae, Daniel sudah datang"panggil nyonya Kim.
"Iya, eomma. Sebentar lagi, Jae sedang mencari karet rambut"

Tak lama Jaehwan keluar dari kamarnya dengan celana jeans, hoodie putih kebesaran, dan tas kecil yang ia selempangkan di pundaknya.

"Kalian mau kemana? Rapi sekali, ini kan hari libur"tanya tuan Kim.
"Bermain skateboard!! Daniel akan mengajari Jaehwan"jawab Jaehwan penuh semangat.

Daniel tersenyum geli kala Jaehwan menceritakan bagaimana mereka akan bermain skateboard hari ini pada ayahnya.

"Bawa bekal ini, jangan jajan sembarangan. Daniel, tolong jaga bayi eomma ini ya"canda nyonya Kim membuat Jaehwan kembali merajuk.
"Pasti, eomma. Bayi ini akan selalu Daniel jaga"
"Ah berangkat sekarang saja! Bayi ini akan meledak sebentar lagi"omel Jaehwan lalu berlari keluar rumahnya diiringi tawa kedua orang tuanya dan Daniel.
"Ya! Tunggu aku!"seru Daniel.

Jaehwan tak menjawab dan tetap berjalan hingga akhirnya Daniel mampu mensejajarkan langkah keduanya dengan mudah.

"Jangan marah"ucap Daniel.
"Tidak"
"Kau tidak lihat aku sudah bawa 2 skateboard?"

Jaehwan menatap Daniel lalu tersenyum setelah sadar jika namja itu memang membawa 2 skateboard di punggungnya.

"Kau memang yang terbaik"ucap Daniel.
"Aku tau"
.
.
.
"Hei, apa kau sudah dengar?"bisik Daehwi pada Jaehwan saat keduanya tengah berada di toilet.
"Mwoga?"
"Daniel"
"Ada apa dengan Daniel?"
"Dia akan pindah, ke Amerika. Kau tidak tau?"

Jaehwan mematung. Berita macam apa itu? Mereka bahkan masih pergi membeli ice cream bersama semalam dan Daniel tak mengatakan apapun.

"Jadi kau belum tau"gumam Daehwi.
"Daehwi-ya, aku pergi dulu"pamit Jaehwan lalu berlari menuju lapangan outdoor dan langsung menghampiri Daniel.
"Ya! Kau bisa terkena bola!"seru Daniel marah karna Jaehwan langsung menerobos masuk ke dalam permainan nya.
"Kenapa tak bilang padaku?"tanya Jaehwan.
"Bilang apa?"
"Masih tak ingin mengatakannya? Mau sampai kapan kau berbohong?"
"Siapa yang berbohong?"
"Kau akan pindah ke Amerika!"seru Jaehwan marah.

Para anggota tim basket yang semula menonton pun memilih membubarkan diri menjauhi dua sejoli yang masih saling tatap dengan nafas yang memburu.

"Kau-"
"Aku tau, baru saja"potong Jaehwan.
"Aku-"
"Apa kita bukan teman? Kau anggap aku ini apa?!"seru Jaehwan marah.

Beruntung karna sekolah sudah bubar dan hanya menyisakan beberapa siswa yang melihat kejadian langka itu.

"Jaehwan-ah, dengarkan aku dulu"

Jaehwan diam, namun air matanya sudah lebih dulu membasahi pipinya. Daniel panik, dia paling tidak bisa melihat yeoja menangis apalagi Jaehwan dan alasannya adalah dirinya sendiri.

"Aku tak tau jika kau sejahat ini"ucap Jaehwan.
"Bukan begitu, aku hanya belum siap mengatakannya padamu"
"Kenapa? Kenapa aku harus tau dari orang lain? Kau bilang kita ini teman"kata Jaehwan lalu kembali terisak.

Daniel meraih tubuh Jaehwan lalu memeluk gadis itu, berharap jika pelukannya dapat menghentikan tangisan gadis itu.

"Bagaimana aku nanti? Kenapa kau pergi? Siapa yang akan bermain bersamaku nanti?"racau Jaehwan dalam pelukan Daniel.
"Maafkan aku, tapi aku harus pergi. Aku masih terlalu kecil untuk tinggal sendiri, Jae. Appa tidak bisa melepaskan aku disini"

Tangis Jaehwan semakin keras, tangannya kini sudah melingkari pinggang Daniel dengan erat. Dia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti jika tak ada Daniel.

"Bagaimana dengan aku?"gumam Jaehwan.
.
.
.
Ini sudah hari kedelapan tanpa Daniel tapi Jaehwan masih saja murung. Gadis itu tak pernah lagi duduk di pinggir lapangan basket, tak lagi berbincang lama dengan paman Han, tak lagi bermain di taman saat hari libur, semuanya terasa berbeda. Bagi orang disekitar Jaehwan, bahkan bagi Jaehwan sendiri.

"Ayo makan, Jaehwan-ah. Kau kurus sekarang"ajak Daehwi.
"Kau saja, aku tak lapar"
"Bagaimana dengan Daniel? Ada kabar?"

Jaehwan menggelengkan kepalanya lalu memilih merebahkan separuh tubuhnya pada mejanya, menatap keluar jendela, berharap menemukan apa yang ia cari.

"Memangnya Daniel tak meninggalkan kontak apapun padamu?"tanya Daehwi lagi.
"Tidak"
"Hhhh, aku akan membelikan roti dan susu nanti. Aku pergi dulu"
"Eummmm"

Jaehwan membuang nafas lelah, masih ia ingat hari dimana Daniel pergi, ia menangis keras di bandara hinggan paman Kang terus mengusap kepalanya. Jaehwan tak punya pilihan lain selain melepaskan Daniel karna Daniel tak memiliki siapapun selain ayahnya. Orang tuanya bercerai, ibunya sudah memiliki keluarga baru dan Daniel ikut bersama ayahnya sejak SMP.

"Harusnya aku tak berharap banyak sejak hari itu. Kim Jaehwan bodoh"
.
.
.
"Bagaimana sekolahmu?"tanya tuan Kang pada anak semata wayangnya saat Daniel baru pulang dari sekolah.
"Biasa saja, appa. Belajar"
"Kau rindu Korea?"
"Eum, sedikit. Aku sudah mulai terbiasa"
"Maafkan appa, karna pekerjaan appa, kau harus ikut pindah"
"Tak apa, appa"
"Kau bisa kembali setelah kau bisa hidup sendiri. Kau bisa memiliki cafe yang ada di Gangnam nanti, setelah kau cukup umur, setelah kau dewasa"

Daniel menatap ayahnya dengan mata berbinar lalu mengangguk semangat.

"Cepat mandi, appa harus pergi. Kau tak apa kan makan sendiri?"
"Ya, appa"

Daniel memasuki kamarnya setelah ayahnya benar-benar keluar dari rumah. Ia rebahkan tubuhnya di atas ranjang lalu tanpa sengaja matanya menatap foto di meja nakasnya. Senyumnya merekah namun sarat akan kesedihan.

"Tanpa sadar duniaku hanya berputar padamu. Kau sudah menjadi hidupku sejak lama"gumam Daniel sembari menatap foto Jaehwan yang tengah tersenyum manis pada kamera.

Tunggu aku
Aku akan segera pulang setelah appa mengijinkan
Aku akan kembali menemanimu lagi
Jangan lupakan aku, ku mohon
Jangan pernah lupakan aku

END

Ini apaan sih? Gajeeeeee

Wanna One//JBJ//MXM Short FanficWhere stories live. Discover now