Sesampainya di rumah sakit, Anna langsung mendorong ranjang yang di tempati oleh sahabatnya itu di bantu dengan beberapa suster dan juga Bryan.
"El, tolong bertahanlah." teriak Anna setelah sudah sampai di depan UGD.
"Maaf tidak boleh masuk selain petugas rumah sakit. Silahkan tunggu diluar." ujar suster menghalangi Anna untuk masuk ke dalam ruangan UGD.
Anna langsung duduk di kursi yang berada di tepi lorong UGD. Memijit pelipisnya pelan, peristiwa beruntun yang terjadi hari ini membuat kepalanya sakit.
Bryan memberikan air mineral yang baru saja dia beli tadi, "Minumlah dulu."
Anna meraih air mineral yang diberikan oleh Bryan, "Terima kasih." ujarnya dengan senyumnya.
"Percayalah El pasti akan baik-baik saja."
"Amin.. Semoga saja." balas Anna mengaminkan perkataan sahabatnya El itu.
******
Anna mengeluarkan ponsel El dari sakunya, menghubungi nomor dengan nama kontak 'Ka Nathan' di ponsel sahabatnya.
"Iya hallo, El. Kamu dimana? Kakak dan mama sudah sampai di bandara ini."
"Hallo, kak Nathan. Ini Anna."
"Loh kenapa kamu yang jawab, Anna? El nya dimana?"
"Ah iya kak maaf. Anna mau mengabari kalau El sedang ada di rumah sakit sekarang."
"Rumah sakit? Kenapa bisa dia ada di rumah sakit? Apa terjadi sesuatu kepadanya?"
"Dia pingsan kak, jadi aku bawa ke rumah sakit deh tadi."
"Pingsan? Ya sudah sekarang tolong share lokasi kamu. Aku jalan kesana sekarang."
"Baik kak."
Pip!
Panggilan itu pun terputus. Anna langsung membuka aplikasi pesan yang ada di ponselnya El. Mengirim lokasinya sekarang ke Nathan, kakak dari Eileen. Setelah selesai mengirim pesan, Anna menghempaskan nafasnya pelan lalu menyimpan kembali ponsel El disakunya.
"Mereka baru bertemu, baru memulai juga tapi kenapa sudah dipisahkan saja?" gumam Anna dengan tatapan kosongnya.
Bryan menoleh ke sampingnya sejenak, "Aku juga memikirkan hal yang sama. Kenapa mereka harus dipisahkan ketika mereka sudah saling tidak ingin kehilangan?"
"Kamu tau ini pertama kalinya aku melihat El sehisteris tadi, sepertinya dia benar-benar sudah sangat menyanyangi sahabatmu itu." gumam Anna berbagi cerita.
Yap, dia butuh teman berbagi saat ini. Anna butuh teman untuk membuatnya kuat menopang Eileen. Bryan merangkul bahu Anna, menyandarkan kepala gadis itu di dada bidangnya.
"Tuhan pasti memiliki rencana yang indah untuk mereka." ujar Bryan mengusap puncak kepala milik Anna.
Anna mendengus, "Rencana indah katamu? Tragedi kecelakaan ini bahkan membuat tubuhku lemas, apalagi El? Ini sama sekali tidak indah dan aku yakin kamu pun pasti tau itu."
"Iya memang tapi setelah hujan pasti ada pelangi bukan? Kita tidak bisa menebak yang terjadi ke depannya akan seperti apa jadi percaya saja semua hal yang terjadi di dunia ini pasti maksud dan tujuannya baik pada akhirnya."
Anna menatap lurus ke depannya dengan tatapan kosongnya, "Tidak tau, yang aku tau El pasti akan kembali down lagi setelah dia kembali sadar nanti."
Anna sudah tidak ingin berpikiran jauh ke depan, dia hanya berharap semoga sahabatnya bisa lebih menerima takdirnya dengan ikhlas setelah sadar nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain!
Teen FictionBerawal dari perjodohan, berujung pada ketidakingin kehilangan.~