Aku belum sepenuhnya mengerti, yang kini aku rasakan tentang Athaya itu apa. Belum seluruhnya teraba, tapi yang pasti aku merasa sangat nyaman saat bersamanya. Dengan Athaya, aku bisa menjadi diriku sendiri. Tidak perlu lagi memakai topeng untuk menjaga image, seperti ketika aku harus menghadapi kolega ataupun karyawan-karyawanku. Rupanya Athaya mampu menarik keluar semua sifat asliku. Hampir sama seperti mama. Aku merasa lebih terbuka dan lebih ekspresif.
Dan kini hatiku dialiri rasa tidak puas saat aku sadar akan satu fakta, bahwa hubungan kami tidak seistimewa hubungan pasangan normal yang lain. Sekarang aku ingin sekali bisa merasakan kasih sayang dan juga cinta yang tulus dari Athaya. Dan bukan hanya sekedar pencintraan di bawah sorotan banyak orang. Aku ingin segalanya terjadi secara alami. Mungkin karena Athaya selalu bersikap apa adanya, kebiasaan itu pun menular padaku.
Selama satu bulan terakhir ini, jujur saja aku sangat menikmati hubunganku dengan Athaya. Walaupun kita berdua bukan pasangan yang sesungguhnya, dia selalu baik dan juga sangat memperhatikan aku. Athaya pun sudah begitu dekat dengan kedua orang tuaku. Terlihat sekali jika dia sangat menyayangi mama dan papa selayaknya orang tua kandungnya sendiri. Pembawaan Athaya yang manis dan juga tulus, membuat mereka berdua tulus dalam membalas kasih sayang Athaya - mama dan papa bahkan terang-terangan menunjukkan sikap bangganya padaku, karena aku tidak salah dalam memilih calon pendamping hidup. Sikap Athaya juga sangat santun. Bagi kedua orang tuaku, Athaya sudah resmi menjadi putri bagi mereka. Tapi itu saja ternyata tidak cukup bagiku. Aku membutuhkan yang lebih dari itu. Aku menginginkan hubungan yang nyata, dan bukan sekedar hubungan yang dibangun demi menyenangkan orang lain.
"Mas tahu, kalau kita memulai semuanya dengan cara yang salah. Tapi mas tidak mau mundur, apalagi mengulang semuanya dari awal lagi," ungkapku saat kami berdua sedang menikmati makan siang berdua di salah satu restoran keluarga langganan mamaku.
"Mas cuma ingin kita berdua mulai belajar, untuk membangun kasih sayang dan juga cinta seiring kita menjalin sebuah komitmen. Mas ingin belajar mencintaimu, Tha. Jadi tolong bantu, mas. Cintai dan sayangi, mas, dan tolong ajari mas bagaimana cara mencintai kamu."
Entah dari mana munculnya keinginan gilaku ini, tapi inilah yang aku mau sekarang. Aku ingin membuka hatiku kembali. Aku ingin merasakan kasih sayang dan cinta yang sesungguhnya. Aku salah, aku kira perjanjian pernikahan saja sudah cukup untukku. Tapi ternyata aku cemburu jika Athaya memberikan senyum dan perhatiannya pada yang lain. Dia milikku. Dan aku ingin Athaya juga merasakan yang sama. Aku ingin timbal balik yang seimbang dari gadis manisku ini.
"Maksud mas apa?" Gadisku yang polos ternyata tidak begitu paham dengan mauku. Aku memang aneh. Aku lah yang pertama kali mencetuskan perjanjian pernikahan ini, tapi aku sendiri juga yang ingin melanggarnya. Aku kira hatiku tidak ingin lagi merasakan cinta. Tapi lagi-lagi aku salah. Lagipula tidak adil rasanya jika aku membawa Athaya masuk ke dalam hubungan pernikahan yang kering dan hambar. Dia gadis manis yang mudah untuk disukai. Pasti tidaklah sulit untuk mulai mencintai dan menyayanginya.
"Maksud mas, mas ingin jatuh cinta sama kamu. Dan kamu juga harus cinta sama mas," jawabku lugas. Mungkin dengan begini, Athaya paham dengan apa yang aku inginkan.
"Kamu kok jelek banget sih, mas. Nggak romantis! Dasar makhluk pemakan kerupuk!" Aku meringis saja saat Athaya mendadak terlihat kesal. Bibirnya kembali mengerucut dengan pandangan mata yang menyorot kesal padaku.
"Mas salah ya? Maaf," ucapku membujuk. Aku tidak bermaksud untuk membuat Athaya kesal.
"Habisnya mas aneh sih. Cinta kok maksa," ketusnya masih sambil cemberut. Wajahnya memerah dan kembali membuatku gemas.
"Mas memang nggak bisa romantis, Tha. Maaf kalau mas kesannya memaksa. Tapi mas cuma mau kamu membantu mas. Mas ingin membuka hati untuk kamu," jujurku. Aku raih jemari Athaya lalu menggenggamnya. Dan betapa menyenangkannya karena lagi-lagi aku disuguhi semburat merah muda yang mempercantik wajah polos Athaya.

YOU ARE READING
Istri...365 Hari
General FictionAthaya Anggraini tidak pernah menyangka jika sang bos akan tertarik padanya. Padahal Athaya merasa jika penampilannya hanya sederhana dan jauh dari kata cantik ataupun seksi, serta tidak akan pernah membuat bos besar melirikkan matanya - bahkan untu...