Pemanasan

16K 2.2K 827
                                    

"Mrs. Douglas akan melahirkan! Panggil dokter di Rumah Putih cepat dan hati-hati!" Pinta seorang wanita paruh baya kepada seorang anak laki-laki dengan sedikit berbisik.

Anak laki-laki itu mengangguk paham. Segera ia keluar dari kapal dengan sangat hati-hati. Ia mengetahui secara rinci letak gletser yang rawan retak dan licin. Ia melangkah perlahan dengan langkah yang lebar, namun cepat. Rumah Putih berada di samping kapal karam yang saat ini ia tinggali; sebuah rumah Igloo yang tersusun atas balok salju dan es, yang di tumpuk sedemikian rupa hingga membentuk ruangan kecil. Mereka menyebutnya Rumah Putih, tempat para medis ada di sana.

 Mereka menyebutnya Rumah Putih, tempat para medis ada di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Rumah Igloo).

Anak itu berusaha secepat mungkin, agar nyawa Mrs. Douglas bisa diselamatkan. Melahirkan di tempat dan saat-saat seperti ini adalah ide buruk.

Karena panik, anak itu salah melangkah, menyebabkan kaki kanannya tergelincir. Dengan sigap ia berpegangan pada besi kapal yang mencuat keluar; seperti pagar pembatas kapal yang telah roboh. Anak itu bernafas lega, namun ketika kaki kirinya melangkah ke gletser yang menurutnya aman,

KRAK!!

"Ah!" Anak itu terkejut kala mendengar suara retakan dari es yang dipijaknya.

BYURRR!!!

Dan saat itu juga terdengar suara tangisan bayi yang baru saja lahir, namun mulut si bayi segera di bekap oleh ibunya.

14.000

"Seharusnya manusia tidak bisa hidup di tempat dingin seperti ini. Aku bahkan tidak bisa membedakan apakah ini kutub utara atau selatan." Dua orang berpakaian seperti petugas hotel duduk di ujung kapal.

"Namun anehnya, tak kutemukan satupun hewan kutub disini. Apa kau melihat penguin, atau beruang kutub selama 2 minggu ini,?" Tanya salah satu dari mereka.

"Apakah hanya semua orang ini yang tersisa?"

"Kita beruntung termasuk salah satunya." Orang satunya menghisap rokok hingga asap memenuhi wajahnya.

"Aku tidak bisa menyebutnya keberuntungan. Aku lebih iri pada mereka yang sudah lebih dulu mati."

Ada 3 region kapal yang terdampar sebagai pembagian "desa" bagi warga yang masih hidup. Kapal pertama, berada di wilayah yang menguntungkan. Es berketebalan setengah meter menyelamatkan mereka. Mereka bisa bergerak bebas menjalani aktivitas normal lainnya. Namun tetap saja, mereka harus tetap berhati-hati. Kapal ini berisi orang-orang penting seperti pejabat negara. Kapal mereka lebih dulu mendarat di tempat ini, otomatis mereka resmi memilikinya.

 Kapal mereka lebih dulu mendarat di tempat ini, otomatis mereka resmi memilikinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kapal kedua, Hanya berjarak tak lebih dari 400 meter dari kapal pertama. Kapal ini berisi rakyat campuran. Kapal mereka mendarat di tempat gletser yang berketabalan 30 senti. Gletser yang sedikit rawan untuk pecah.

Sedangkan kapal terakhir, kapal ketiga. Kapal ini jauh lebih besar dari dua kapal lainnya. Walau begitu, mereka mendapat tempat dengan ketebalan gletser dibawah 30 sentimeter. Sedangkan populasi di kapal itu sangat banyak. Dan itu terlalu berbahaya. Daerah mereka sangat rawan, mereka harus melangkah dengan ekstra hati-hati. Untuk meminimalisir terjadinya retakan, beberapa kelompok pria membangun sebuah rumah igloo dari es yang di tambang dari daerah tempat kapal pertama berada. Rumah itu berisi para medis dan para penjaga yang berpatroli setiap malam. Setidaknya itu sedikit mengurangi beban kapal.

Ini sangat mengerikan.

Kalian pasti bertanya bagaimana mereka bertahan hidup? Bagaimana dengan makanannya?

3 kapal tidak hanya mengangkut manusia. Namun hewan yang sempat diselamatkan dari margasatwa. Kebanyakan mereka bertahan hidup dengan memakan hewan yang tak lazim seperti jerapah dan gajah, sebagai pengurang beban kapal agar gletser yang mereka pijak tidak retak. Beberapa orang lain, memilih untuk memakan ikan yang di dapat oleh kelompok pemburu di kapal kedua. Mereka terpaksa membuat lubang diantara es itu sebagai tempat pemancingan. Tidak semua tempat terdapat air, otomatis ikan-ikan itu akan berkumpul disana.

Namun tetap saja, semua itu tidak cukup.

Beberapa orang menderita Hipotermia dan selalu berakibat kematian.

Laporan saat ini, dari kapal tiga, 1 orang dinyatakan tewas karena Hipotermia, 3 orang mati kelaparan. Dan 1 anak menghilang.

Mereka terlalu takut dengan apa yang mereka pijak. Padahal, pijakan mereka hanyalah sebuah kertas bagi dunia yang ada di bawah mereka.

 Padahal, pijakan mereka hanyalah sebuah kertas bagi dunia yang ada di bawah mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

14.000

gue update karena selain seri ketiganya belum selesai dan bab ini masih terasa "abu-abu", ada beberapa pembaca yang ga tanggung-tanggung neror aing buat cepet2 update cerita ini di private message.  karena gue merakyat #eaa jadilah bab ini AJA dulu, sama gue bonusin tadi bab KUTUB. sisanya nunggu TARDIGRADA selesai, mohon pengertiannya😭

pembaca dari masa depannn jangan spoiler tulung. beberapa komentar yang spoil bakal gue hapus jg wkwk.

684 words.

14.000 Under The Feet (4)Where stories live. Discover now