Unspoken ( 03 )

414 28 8
                                    

Hai-hai XD *datang dengan wajah innocent* maafkan author yang menghilang bak ditelan bumi #eaa haha abaikan, sebelumnya author minta maaf karna keterlambatan pengupdatean karna author sibuk dan nge stuck sebenernya, makasih buat vote dan komennya di part sebelumnya, sorry buat yang nggak kejawab komennya kadang author nggak liat, kalian mood boster sekali :') Selamat membaca

================================================================================

Gaby

Kalian kira setelah adegan heroik ‘pengantaran pulang dengan selamat’ kemarin Sean akan merubah sikapnya dari cuek menjadi pangeran berkuda putih baik hati? Sayangnya kalian harus menelan kembali imajinasi-imajinasi kalian. Sean menjadi jauh lebih cuek dan menyebalkan, tadi saat aku baru sampai disekolah aku berpapasan dengannya di koridor sekolah dan dia hanya berjalan melewatiku tanpa menyapa bahkan tersenyum, padahal aku sudah tersenyum kearahnya walaupun sedikit, maksudku bukankah harusnya ia yang menyapaku duluan, mungkin kemarin bukan dia, tapi seseorang menyerupai dia dengan sifat yang jauh berbeda.

“By... mukamu kenapa sih? Pagi-pagi udah merengut aja.” Kata Poppy yang kini sudah duduk disebelahku,

“nggak papa ‘kok, Cuma lagi bete aja,” kataku mencoba tersenyum dan malah terlihat seperti meringis,

“kalau nggak iklas senyum, nggak usah senyum, bikin sepet pagi-pagi,” katanya sambil mendorong kepalaku pelan,

“diem deh, udah tau orang lagi bete, malah jengkelin,” kataku sambil menenggelamkan kepalaku ke lipatan tangan diatas meja,

“canda, udah ahh... nggak usah bete mulu, udah ngerjain pr sejarah belum?” katanya sambil mengeluarkan bukunya dari dalam tas,

“BELUM” kataku sambil mengangkat wajahku dan langsung mengeluarkan bukuku dan lari kearah temanku, untuk apalagi selain meminta jawaban. Setelah meminta jawaban dengan tulisan cakar ayam, aku kembali ketempat dudukku ketika mendengar suara langkah kaki mendekat.

Tak terasa 3 jam berlalu penuh siksaan, bel istirahat telah bebunyi. Aku dan Poppy segera berjalan menuju ruang theater, karena akan ada rapat anggota, dan aku sebagai ketua harus tiba lebih awal dari yang lainnya, sedangkan Poppy yang merupakan sekertaris harus meng-absen siapa yang datang atau tidak datang.

Aku melangkahkan kakiku kedalam ruang theater yang masih sepi hanya Bu Lia yang merupakan pembimbing dan pengajar eskul theater sedang menulis sesuatu diatas meja, aku segera mendatangi meja tersebut untuk meminta data yang akan dirapat-kan hari ini.

“Gaby, hari ini kita akan rapat mengenai penampilan eskul theater saat pentas seni sehabis ulangan tengah semester, hari ini kita akan menentukan tema dan pemainnya, harus kita pastikan bahwa penampilan kita tahun ini harus sukses.” Jelasnya panjang lebar.

“Baik Bu, lalu apa tema utama yang diusung tahun ini?” tanyaku,

“Ibu ingin tahun ini lebih modern namun tidak melupakan nilai moral,” jawabnya “...dan jangan lupa kita tetap mengusung tema musikal.” Sambungnya,

“baik bu, saya permisi,” kataku lalu menuju meja lingkaran yang terletak di ujung ruangan, kini theater sudah ramai dengan para anggota.

“Selamat siang teman-teman,” sapaku sambil duduk dikursi kosong disamping Poppy, mereka langsung menjawab sapaanku dan memusatkan perhatian kearahku. Aku memulai rapat langsung menuju topik utama, aku bukan tipe orang yang suka bertele-tele, tak lama kemudian kami telah menentukan tema sejenis cinderella dengan sentuhan modern dan musical, sekarang kami masih bingung menentukan pemainnya, karena anggota theater yang banyak terdiri dari perempuan kami kekurangan pemain laki-laki, karena seperti kalian tau tak ada cinderella tanpa pangerannya, Husein dan Virgo yang merupakan satu-satunya anggota laki-laki theater telah mendapat peran menjadi Raja dan ajudannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNSPOKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang