Unspoken ( 04 )

300 23 3
                                    

Hai guys, kini setelah hilangg selama 4 bulan saya kembali, maaf ya ilang tanpa jejak gitu, jujur aja sekarang aku udah nggak sempet banget nulis terlalu banyak halangan melintang dari kurikulum sampai hati #plak

Cerita ini ku dedikasiin buat @LuthfiTalitha yang udah hampir pengen nimpuk aku gara-gara nggak update-update hahah, tapi udah update ya sekarang

oke dari pada lama-lama, happy reading guys :))

================================================================================

Gaby

“Kenapa kamu tiba-tiba mau ikut main drama?” Kataku sembari menoleh kearah lelaki yang kini berjalan disebelahku, dia hanya menjawab dengan senyum tipis tanpa menoleh kearahku, dan fyi rangkulannya pada bahuku sudah lepas, hingga kini kami hanya berjalan bersisian,

“Sebenernya aku nggak bisa main drama.” Kata Sean,

“terus tadi kenapa mau aja pas disuruh ibunya, nanti kamu malah ngacauin ceritanya Sean,” kataku terkejut, kukira dia menyanggupi karena memang dia bisa bermain drama,

“makanya aku mau minta tolong, jadi pelatih dramaku, aku bakal menuhin apapun yang kamu mau.”

“kalau aku suruh kamu lompat dari gedung cuma pake kolor sambil nyanyi ‘sakitnya tuh disini’ mau?” kataku menaikan sebelah alis

“Gab… nggak lucu,” katanya menarik pelan ujung rambutku

“katamu apa aja, ya lakuin lah.”

“ya tapi nggak lompat pake kolor juga kali.”

“hahaha canda, oke nanti aku pikir dulu.”

“aku ikut drama karena kamu Gaby,” kata Sean lirih sebelum pergi meninggalkanku dan masuk ke kelasnya, aku berjalan pelan menuju kelasku, aku mengacuhkan pikiranku tentang kalimatnya, mungkin dia cuma asal ngomong.

 

=-=-=-=-=-=

“Gaby, kamu dipanggil sama Bu Ophi,” panggil Erik lelaki kurus bermata sipit dari depan pintu,

“buat apa?” tanyaku bingung

“Tau, paling dimarahin,” jawabnya acuh sembari meninggalkan kelasku,

---//---

“Iya Bu, ada perlu apa sama saya?” kataku sopan ketika sudah berdiri di depan meja Bu Ophi

“Gaby duduk dulu, Ibu perlu bicara sama kamu.”

“Iya bu,” kataku sembari menarik kursi dan duduk didepannya

“Gaby, kalau ibu lagi ngejelasin di depan kelas, kamu mengerti atau tidak?”

“Sebenarnya agak kurang Bu.”

“Kenapa?”

“Saya emang gak bisa Matematika dari kecil Bu.”

“Nggak ada orang yang nggak bisa Gaby, asalkan orang itu mau berusaha, pasti bisa.”

Aku hanya menundukan kepalaku, aku memang menyadari nilai matematika yang tidak pernah lebih dari 5, orang tuaku sudah geleng-geleng kepala setiap melihat hasil ulangan Matematikaku

“Nilai Metik, menentukan kenaikan kelas Gaby, kalau nilaimu yang lain bagus tapi Metikmu kepala 3, sia-sia Gaby, kamu tetap nggak naik kelas”

“Kalau ibu jelasinnya masih kurang, kamu bisa belajar sama temanmu Gaby.”

“Iya bu, nanti saya cari teman yang bisa ngajarin saya, ada rekomendasi nggak Bu?” tanyaku

“Ini daftar 10 peringkat terbaik dalam pelajaran saya, kamu cari siapa tau ada yang kamu kenal,” kata Bu Ophi memberikan kertas yang berisi daftar nilai siswa.

Mataku membulat melihat nama itu, nama yang kini sering terdengar di telingaku, nama yang membuatku tersenyum bahkan hanya membayangkannya, nama yang kini menempati posisi pertama dalam daftar nilai itu,

SEAN ARKHA IVANDER

{---------------------------------------} 

Sean

“aku ikut drama karena kamu Gaby.”

            Ada yang bisa bunuh aku di rawa-rawa, shit tadi keceplosan, ya memang alasan utamaku ikut drama karena Gaby, tapi bukan berarti aku suka dengannya, ya aku hanya se-mungkin banyak-dikit tertarik dengannya, mata bulat dan senyum manisnya membuat mataku tak bisa mengalihkan pandangan darinya, paling tidak aku ingin dekat dengannya dan mungkin aku bisa memulainya dengan ikut bermain drama bersamanya.

            Usai pelajaran aku berjalan keluar dan duduk diatas rooftop ruang perpustakan, hingga hawa dingin kembali mengahampiriku,

            Bro, aku ada info terbaru

“apaan?”

Si cewe yang waktu itu kita kerjain, dia bakal nyariin kamu dalam 1 menit, tadi aku nggak sengaja liat dia nyariin situ cuma nggak ketemu-ketemu

“nggapain”

Nggak tau juga, minta uang kali

“Kamu udah mati masih nyebelin ya”

“Sean, aku bakal ngajarin kamu main drama” percakapan kami terhenti, karena suara Gaby yang terdengar seperti sehabis berlari, dan hantu suiside tersebut telah menghilang kembali

“ha?” balasku singkat, Gaby berjalan mendekatiku dan duduk disebelahku

“aku butuh bantuan kamu, dan itu bakal jadi balasan aku bantuin kamu latihan drama, deal?” katanya memandangku, memandangku dengan mata bulat itu,

“bantuan apa?”

“bantu aku belajar Matematika sampai ulangan kenaikan kelas, kalau nilai Matematikaku kurang dari 75 aku nggak bakal naik kelas Sean, please ajarin.” Jawabnya sembari menarik-narik jaket yang kini kukenakan,

in one condition,” balasku sambil tersenyum tipis

“lah kan perjanjiannya aku bantu kamu, dan kamu bakal ngelakuin apapun yang kumau,” katanya mengerucutkan bibirnya, aih unyu

“kan perjanjiannya melakukan sesuatu dan itu dilakukan sekali, tapi aku harus membantumu secara berkala”

“Oke, kamu maunya apa?”

“McD yuk”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sorry guys aku tau ini pendek cuma ya....

aku sih rencananya pengen update sedikit-sedikit kaya gini cuma agak cepet biar nggak ilang idenya, jadi ya maaf kalau dikit banget

aku juga mau ngasih tau, cerita ini alurnya nanti ku cepetin karena rencananya aku cuma bakal bikin cerita ini antara 10-15 part aja, jadi kalau ngerasa alurnya kecepatan, ya..yaudah

hahhaha

jangan lupa vote+comment guys

tbh makin cepet votenya makin cepet update

kisskiss

26 November 2014 

10:48

NabillaAmalia

UNSPOKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang