CHAPTER 11 : I'm a Liar

394 55 3
                                    

Ps. bacanya pelan-pelan ya. Karena ini part yang agak ribet dari biasanya.



Menjadi seorang pembohong dan pemberontak bukanlah keinginanku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menjadi seorang pembohong dan pemberontak bukanlah keinginanku. Tetapi keadaan yang memaksaku menjalankan peran itu.



🎬 🎬 🎬



Baju-baju telah siap di dalam beberapa tas besar beroda pada bagian bawahnya. Sebagian isi lemari menyusut, berpindah tempat ke dalam tas. Pernak-pernik yang menurutnya berharga pun tak luput masuk ke dalam kotak terpisah agar tidak rusak dan bertumpuk.

Hal terakhir yang perlu dilakukan adalah membersihkan ruangan yang telah menjadi sangkar dirinya selama berapa belas tahun belakangan. Walaupun mungkin ia tak yakin apa ia akan kembali ke rumah ini lagi atau tidak. Keputusannya telah bulat. Tekad untuk meninggalkan kamarnya dalam keadaan 'terbaik' adalah kesan terakhir yang perlu ia tinggalkan.

Tangannya masih sibuk menyibak beberapa debu yang beterbangan dan tertangkap cahaya matahari, ketika pintu ruangannya terbuka. Sosok wanita yang selama ini juga menemani hari-harinya muncul. Duduk di ranjang yang telah lebih dulu ia rapihkan.

"Yuju menunggu di luar." Eomma memberikan informasi yang rasanya tak sebegitu penting baginya. Karena sebenarnya bisa saja ia pergi ke dorm barunya itu sendiri. Tapi gadis itu tetap bersikukuh ingin mengantarnya sebagai perpisahan mereka.

Ucapan wanita yang duduk mengamati aktivitasnya itu dihiraukan hanya dengan sebuah dehaman halus. Dadanya masih mencelos setiap kali mendengar suara dari orang-orang belakangan ini.

"Kau benar-benar akan pindah?"

Melalui suaranya, wanita itu mencurahkan keputusannya untuk mencegah anak semata- wayangnya itu pergi. Ditambah lagi, Dokyeom yang sering menghindari kontak mata dengannya.

Ia sadar dengan kesalahan terbesar yang ia lakukan pada Dokyeom. Pantas jika lelaki itu kecewa. Pantas jika lelaki itu marah. Ia selalu mengukuhkan kata 'wajar' di setiap tingkah Dokyeom padanya, sekalipun ia enggan.

Aku tidak bisa berlama-lama di tempat ini lagi.

"Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang datang."

"Kau akan berkunjung tiap liburan kan?"

Kurasa tidak.

"Mungkin, jika mereka memberi waktu liburan."

"Kau harus pulang, Dokyeom-ah."

Ya, benar. Aku memang harus pulang. Tapi kurasa bukan ke tempat ini.

PRELUDIUM | DK x YJWhere stories live. Discover now