chapter 3 Pertemuan kedua

119 13 7
                                    

# Flash black on

Dosen itu adalah Vino Aditya Ramasya, ia bekerja menjadi dosen itu hanyalah pekerjaan sampingan, sebenarnya ia adalah ceo dari perusahan Ramasya Grup. Seorang pemimpin rahasia yang tidak dikenali oleh para karyawannya. Ia akan ke kantor menggunakan topi dan kacamata hitam. Ia juga mengenakan lift rahasia bagi para petinggi perusahaan.

Sebut saja Asya, ia memiliki tubuh atletis, tinggi tegap, kulit putih dan memiliki mata tajam disertai bulu mata yang lentik. Wajah yang sangat tampan idaman para wanita.

Ia juga memiliki seorang adik bernama Andika Putra Ramasya,  sifatnya jauh berbeda dengan kakaknya Asya, ia sangat cerewet, humoris, romantis dan lain-lain, sedangkan Asya memiliki image dingin, kalau ngomong gak ada intonasinya, cool, irit ngomong. Tapi jangan salah sangka dulu, karena ketampanan Asya di atas adiknya dan memiliki pesona sendiri untuk meluluhkan hati para wanita.

Asya adalah tipe cowok anti perempuan, ia juga tidak percaya akan adanya cinta, jika cinta ada maka akan membuat orang itu bodoh, sakit hati, tidak percaya dengan sahababat-sahabatnya. Akan membawa petaka dalam hidup damainya itu. Jadi ia lebih baik sendiri daripada merasakan kembali pahitnya patah hati.

Asya adalah tergolong orang jenius, diusianya yang ke 25 tahun ia sudah menjadi dosen dan meminpin perusahaan Ramasya Grup, tidak ada satu pun karyawannya yang tahu wajah asli ceo mereka, karena apa?Asya sendirilah yang merahasiakannya kecuali orang-orang terdekatnya dan keluarganya.

Itu lah sebabnya ia tidak menampilkan wajahnya di media sosial. Tapi seakan media tidak gentar dan putus asa ingin mencari tahu siapa sosok pemimpin rahasia itu. Media terus mencari wajah ceo perusahaan ternama di tanah air, mereka ingin mendapatkan fakta itu alasannya gaji mereka akan naik ketika dapat membongkar fakta itu. Oleh karena itu, Asya tidak ingin menjadi sorotan publik. Ke mana ia akan pergi pasti di situ ada para wartawan.

Ternyata waktu cepat berlalu hingga jam menunjukan pukul 18.30, Asya pun mengambil air wudhu untuk menunaikan kewajiban seorang muslim yaitu salat 5 waktu.

****

Ketika tugas Syifa telah selesai, dia memutuskan untuk pergi tidur awal, jangan lupakan, kalau Syifa sudah salat isya. Malam yang sunyi ini hanya ada bulan bersinar, beribu bintang telah tergantikan matahari, cahayanya yang masuk melalui celah-celah jendela, mengenai  wajah sang pemilik kamar.

Syifa mengumpulkan makalah yang di buatnya  pukul  08.00 wib, dia ingin mengumpulkan tugasnya lebih awal. Syifa mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

"Asalamualaikum pak" ucapnya dengan mengetuk pintu ruangan dosen itu, namun belum kunjung di buka dan ia sudah mengucapkan salam sebanyak 3 kali, saat dia akan pergi dari situ ada yang memanggilnya.

"Syifa " teriak seorang pemuda dari kejauhan, ia adalah Dika yang kemarin menyenggolnya dengan mobil. Syifa pun berbalik dan memfokuskan penglihatannya yang sedikit mengabur.

"Syifa.... " ulangnya lagi dan mendekatinya. Ketika telah sampai di hadapan Syifa.

"Loe lagi apa di sini" tanya
Syifa ingin tahu.

"Gue mau ke temu sama abang gue, loe sendiri ngapain di depan ruangan abang gue tadi, " ucapnya dengan berjalan menuju ruangan dosen itu.

"Gue tadi mau ngumpul makalah tapi kayaknya gak ada orangnya, jadi gue pergi aja ini juga masih jam delapan," ucapnya melirik jam digital di tangan kiri.

"Kenapa gak masuk aja tadi" ucap Dika dengan membuka pintu itu.

"Ya itu gak sopan, masa langsung masuk aja, loe aneh tahu " ucapnya dengan tertawa kecil.

"Eh, benar juga ya... " ucap Dika dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dika pun mendesak Syifa untuk mengikuti nya masuk ke dalam ruangan itu dengan menunggu pemilik ruangan, Syifa pun hanya menurut saja jika ada yang memarahinya dia akan bilang didesak oleh Dika, toh dia benar gak bohong.

Asya pun berjalan menuju ruangannya sehabis ia dari kamar mandi, ia telah sampai di depan pintu dan langsung membukanya tanpa mengetuknya.  Kan percuma kalau mengetuk hanya Ia yang menempati ruangan itu, tidak ada yang lain.

Ia pun masuk dan mendapatkan dua orang yang memunggunginya, mereka masih belum menyadari kehadirannya. Asya hanya diam membisu memperhatikan orang yang masuk tanpa izinnya. Asya mengenali laki-laki yang berada diruangannya itu.

Dika menengok ke belakang, dan melihat kakak kejamnya yang sedang menatapnya dengan tatapan yang akan mengkulitinya hidup-hidup, ia hanya menampilkan senyum terbaik tanpa dosa. Berharap kakaknya akan melunak tanpa memandangnya dengan tatapan dingin Sedingin gunung es.

Syifa pun hanya melihat Dika menengok ke belakang, dan mengikutinya, betapa terkejutnya dia telah melihat pemilik ruangan.

Asya hanya menatap keduanya bergantian dengan tatapan datar,  tapi bagi yang melihatnya susah sekali mengeluarkan suara dikarenakan, Asya seperti akan menerkam orang yang akan mengeluarkan suara detik ini juga.

Syifa  merasa gugup sedikit dikarenakan dia ditatap oleh dosen yang mengajarnya, Syifa  berpikir apa dia akan mendapatkan nilai E, mengingat dia terlambat kemarin dan tidak membawa buku pelajarannya.

"Eh abang, kapan datang kok gue gak dengar abang masuk. " basa-basi Dika berharap tidak kena amukan Asya.

"Abang udah dari tadi disini, loe nya aja yang gak peka" ucap Asya sangat datar menatap mereka berdua lagi.

"Dan kamu ngapain di ruangan saya?" tanya Asya yang dibilang sangat santai baginya, tapi tidak bagi Syifa dia merasa panas dingin.

"Anu pak, saya cuma mau ngumpul catatan yang tertinggal kemarin  yang tidak sempat mencatat, " Syifa menjawab dengan terbata-bata ditambah dirinya panas dingin.Ya Allah semoga dosen ini nggak bakal marah-marah batinya bersuara.

Cieileh loe Fa panas dingin kalau jawab

"Ya udah taruh di atas meja " jawab Asya sama sekali tidak ada intonasi. Syifa menaruh di atas meja dan langsung jalan menuju pintu.

"Asalamualaikum... " ucapnya kemudian menutup pintu ruangan dan beranjak pergi ke kelasnya.

"Waalaikumsalam" jawab mereka berdua serempak.

"Ya udah bang, gue juga mau cabut" Dika beranjak pergi untuk tidak kena semprot abangnya yang super dingin kaya musim dingin di Korea.

"Loe mau kemana, adikku tersayang urusan kita belum selesai." Asya bersuara naik satu tingkat volumenya. Mampus gue, kenapa gue tadi gak ikut Syifa pergi bareng dia aja, batinnya bersuara. 

****

Drtz...

Drtz....

Getar handphone Syifa,

"Asalamualaikum"salam  Syifa

"Waalaikumsalam"jawab bunda Syifa

"Halo Bun, ada apa telepon?"

"Bunda cuma mau bilang nanti kalau udah pulang kuliahnya langsung aja pulang, jangan kemana-kemana"

"Iya Bun, Syifa nanti langsung pulang insyaallah"

"Ya udah Bunda tutup teleponnya, asalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

****

Tbc

TERIMAKASIH SEMUANYA SUDAH MEMBACA CERITA SAYA

Cahaya Cintaku Untuk MuWhere stories live. Discover now