Chapter 7 Canggung

95 8 4
                                    


Aku menerimamu karena Allah telah memberikan jodoh untukku, walaupun tak pernah kubayangkan akan menjadi istrimu.

***

Acara resepsi yang diselenggarakan dihotel Ramasya Group. Kini telah menjadi acara sejarah bagi keduanya untuk memulai hidup baru. Hanya sebagian besar adalah sahabat dari Asya dan juga rekan-rekan kerjanya di kantor tak lupa sahabat dari kedua orangtua mereka.

Asya dan Syifa terlihat sangat memukau pada malam ini, mereka terlihat sangat serasi satu sama lain. Mereka menampilkan sebuah senyum manis ketika ada tamu yang memberikannya ucapan selamat. Walaupun didalam hati mereka merasakan canggung yang luar biasa.

Viola datang bersama ayahnya. Viola terkejut ketika ingin mengucapkan selamat kepada sang mempelai. Ia sebenarnya dari kejauhan melihat sahabat yang di sayanginya, viola berpikir.

Mungkin aku salah lihat. Masa Syfa yang nikah, setahu gue dia itu nggak ada hubungan sama siapa saja. Mungkin dia orang lain yang mirip dengan sahabatku.

Semakin dekat, Viola membulatkan matanya lebar-lebar. Giliran ia yang mengucapkan selamat, ia hanya menatap takjub dengan Syifa yang terlihat seperti bintang yang tak bisa diraih. Cantik dengan gaun panjang serta hijab panjang yang menutupi dadanya, dan dimodel dengan secantik mungkin.

"Gue nggak percaya loe bohongin sahabat loe sendiri. Tapi gue bersyukur banget loe udah nikah, nggak pernah yang ngalami jomblo. Dan terhindar dari dosa. Pokoknya loe punya utang penjelasan sama gue. Kayaknya gue harus buru-buru deh, dibelakang banyak yang ngantri buat ucapin selamat pernikahan buat loe. Hm...gue kok kayaknya kenal sama suami loe? " tanya Viola dengan melirik suami Syfa.

"Masa loe nggak tahu, dia ini dosen kita sendiri." bisik Syfa disamping Viola. Viola nampaknya tidak percaya sama sekali kalau yang menjadi suami Syfa adalah dosen kaku yang mengajarnya di kampus. Asya hanya menatap datar Viola, kemudian mengeluarkan suara.

"Hm... katanya mau turun" ucap Asya sedatar mungkin dan melirik matanya di belakang Viola. Viola juga paham apa yang di maksud dengan dosennya, ia hanya tersenyum tipis dan berpamitan menuju di mana tempat ayahnya berada.

Berjam-jam berdiri untuk menyambut para tamu yang tak ada habisnya. Asya dan Syifa merasakan badannya sangat pegal, belum lagi rasa lapar yang menyerang perut mereka. Satu kata buat mereka sekarang ini adalah canggung, karena apa? Seorang fotografer yang disewa oleh keluarga mereka untuk mengabdikan momen yang berharga ini. Ketika sang fotografer mengintruksikan untuk berpose seperti layaknya pasangan yang berbahagia. Mereka berdua bingung harus ngapain, akhirnya Asya merangkul pinggang Syifa dengan senyum tipis nyaris tidak terlihat.

Tidak hanya itu, pose selanjutnya adalah makan sepiring berdua. Yang mana saling suap menyuapi, Entah sejak kapan wajah Syifa merona dan ada bulir nasi di ujung bibirnya. Itu  terlihat sangat menggemaskan bagi Asya, tangannya terulur untuk membersihkan nasi di ujung bibir Syifa. Deg– jantung Syifa seakan-akan mau copot belum lagi darahnya berdesir dan suhu badannya panas dingin. Hal yang sangat kecil bagi seluruh pasangan, tapi tidak bagi Syifa . Ini adalah kali pertamanya seorang pria menyentuh bibirnya, Syifa menunduk dan memainkan jari-jarinya lantaran malu telah menguasai dirinya.

Kejadian itu tidak luput dari pengawasan orangtua mereka, sikap mereka yang sangat lucu membuat para tamu undangan sebagian tertawa mengira bahwa mereka adalah pasangan yang serasi dengan segala keunikannya.
Seorang perempuan dengan gaun merah terangnya dengan Surai rambut hitamnya menghampiri sang pengantin. Dia adalah Adora Celine Bagaskara. Yang biasa dipanggil dengan Celin–merupakan seorang masalalu di kehidupan Asya.

Celin berjalan dengan anggunnya, senyum yang terukir di bibirnya tak luput dari pandangan Asya. Wajah cantiknya yang meneduhkan dan juga mengalami banyak perubahan dalam soal pakaian. Syifa yang menyadari raut wajah suaminya yang tak lepas memandang wanita yang ada didepannya ini, merasakan hawa yang tak enak. Hatinya seakan di remas begitu kuatnya, entah mengapa dengan dirinya sekarang ini. Perasaan semacam ini tak pernah Syifa rasakan sebelumnya, dia sangat tidak suka ketika wanita itu memeluk suaminya posesif seakan enggan melepaskannya.

Beruntung Dion datang sebelum Syifa mengeluarkan unek-unek yang akan di lancarkan pada wanita di depannya ini. Wajahnya ditekuk kedalam tak ada senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

Huuh dasar cewek kegatelan nggak tahu apa yang ia lakuin ke suami gue ini! Loe itu harusnya nyadar diri kalau dia itu udah punya istri. Dasar pelakor sangking nggak ada laki-laki lagi yang mau sama dia. Sumpah serapah Syifa dalam hati.

"Syifa loe nggak papa?" Tanya Dion melambaikan tangannya di depan wajah Syifa. Beberapa detik Syifa masih bergulat dengan hatinya, dia masih belum sadar ketika temannya menyapa kembali.

"Loe Dion, kan!" Pekik Syifa kencang dan langsung berdiri. Sangking senangnya ia tak menyadari bahwa sepatunya telah menginjak gaun yang dikenakan. Keseimbangan badannya goyah ia hampir terjerambab ke lantai jika saja lengan kokoh tak memegangi pinggang rampingnya. Matanya terpaku pada satu titik, badannya tak bisa digerakkan seolah-olah mati rasa. Asya seakan hanyut ke dalam manik hitam Syfa, begitu indah dan berkilau ketika cahaya lampu masuk ke dalam lensanya.

Mereka tak menyadari bahwa moment tersebut, menjadi tontonan yang spesial di acara malam ini. Banyak tamu yang kagum, akibat keromantisan yang terjadi pada pasangan yang baru jadi ini. Jantung mereka berdisko ria, tak ada yang tahu apa yang terjadi pada diri mereka. Suara Dion memecah keheningan yang tercipta di antara mereka. Asya dan Syfa tersadar, mereka buru-buru melepaskan diri. Tapi naas kejadian ini malah membuat mereka jatuh ke lantai dan mendapatkan sorakan dari tamu undangan. Wajah keduanya memerah dan merasa malu hingga ke tulang, tapi apa dayanya nasi telah menjadi bubur.

****

Asya dan Syfa, mereka berdua telah sampai di kamar hotel. Tak ada suara yang terdengar hanya keheningan yang tercipta diantara mereka. Tengah malam yang dingin di sertai hujan lebat dan ditambah mati lampu akibat disambar petir. Tak ada penerangan, hanya terlihat kilat yang saling menyahut dari luar jendela. Keringat bercucuran bercampur panas dingin yang dirasakan Syfa, hatinya gelisah dan takut. Syifa sangat takut gelap dan hujan. Ia tak mungkin menampilkan ekspresi takutnya di depan Asya. Tapi keadaan telah memaksanya Syfa tak mungkin lagi bertahan, hanya isakan tangis yang mampu meredamnya.

Asya mendengar suara isakan tangis, ia mendapati lampu kamar mati dan angin kencang yang menghantam kaca balkon. Suara petir saling bersahutan di sertai isakan tangis yang kian menjadi. Syifa mencari Asya untuk meminta perlindungan. Ia melangkah dengan perlahan sambil tangannya meraba-raba, ketika dekat dengan kasur. Kakinya tersandung dan menimpa kasur, tapi dalam benaknya ini bukan kasur biasa. Tapi lebih miripnya adalah tubuh seseorang, Syifa masa bodo dia tak memedulikannya karena sekarang dia sangat takut.

Asya kaget ketika seseorang menimpa tubuhnya. Tapi kekagetannya terbayarkan karena Syfa memeluk tubuh kekarnya. Rasanya nyaman dan hangat, tak pernah ia merasakan sebelumnya. Tangannya terulur untuk mengusap punggung kecil istrinya, helaan napas teratur telah terdengar. Kedua manusia telah larut ke dalam alam mimpi.

Kotabaru, 12 Maret 2019.

Cahaya Cintaku Untuk MuWhere stories live. Discover now