🌸 04 | Takdir

5.4K 305 13
                                    

"Takdir paling indah yang Allah tulis untukku adalah ketika dia menyatukan kita seperti saat Ali melamar Fatimah dan langsung disetujui Rasulullah, menikah dengan restu orang tua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Takdir paling indah yang Allah tulis untukku adalah ketika dia menyatukan kita seperti saat Ali melamar Fatimah dan langsung disetujui Rasulullah, menikah dengan restu orang tua."

---🌸---

Sejak kepergian Adam, dua sekretarisnya ini malah menatap Adiba dengan keheranan. Sebenarnya Adiba sangat menyadarinya, tapi dia berusaha tidak terganggu dengan bersikap fokus pada pekerjaan yang tadi Panji berikan. Bahkan sesekali Adiba bertanya dengan tenang pada Yerin, tapi perempuan itu selalu saja tampak tertegun sebelum akhirnya dia mengangguk kikuk lalu menjawabnya dengan lugas.

"Kamu," suara Yerin kali ini membuat Adiba menoleh ke arahnya. "Kamu kenal Pak Adam, ya? Maksud saya bukan lewat internet atau karena mendengar berita tentang dia, tapi betulan kenal sama dia, begitu."

Adiba diam sejenak sebelum mengangguk pelan. "Mas Adam itu-" Ucapan Adiba berhenti saat melihat Yerin kelihatan terkejut. "Maksud saya, Pak Adam itu teman sekampus Kakak saya waktu di Amerika, jadi saya pernah mendengar tentang beliau beberapa kali."

"Oohh...," Yerin mengangguk paham. "Terus pernah ketemu sebelum ini? Atau kalian juga dekat? Pak Adam suka ngobrol sama kamu, Dib?" Yerin langsung memberondong Adiba dengan pertanyaan.

Adiba mengangguk kecil. "Iya, kami memang pernah bertemu sebelum ini, tepatnya baru kemarin. Mbak Yerin, bisa tolong jelaskan format untuk menulis laporan ini?"

Yerin mengerjap pelan, lalu mengangguk kikuk dan menjelaskan permintaan Adiba.

"Omong-omong, Pak Adam pernah-" Ucapan Yerin terhenti begitu Handphone Adiba bergetar dan membuat pandangannya teralihkan dari Yerin.

"Maaf, Mbak, saya izin angkat telpon," Adiba langsung menerima panggilan setelah mendapatkan anggukkan izin dari Yerin.

"Assalamu'alaikum, Mas. Ada apa?" suara Adiba mengalun lembut. Di seberang sana lelaki itu menjawab salamnya.

"Kamu harus ke rumah sakit sekarang, Abi kritis, Dib!" suara Alif terdengar cemas di seberang sana.

Adiba membatu di tempatnya, tubuhnya seolah berpisah dengan jiwanya. Pandangan Adiba langsung mengosong mendengar berita buruk dari Kakaknya. Tangan Adiba langsung jatuh lemas di sisinya, membiarkan Alif bersuara tanpa didengar lagi.

Tidak bisa ditunggu lagi!

Pandangan Adiba perlahan mulai terisi, dia menoleh ke pintu ruangan yang tertutup. Di sana pasti Adam sedang sibuk, kan? Mungkin, Adiba akan sangat mengganggunya.

Tanpa izin, Adiba bergerak melangkah ke ruangan Adam dan membuka pintunya tanpa mengetuk lebih dulu. Pertama kalinya dia berbuat tindakan tidak sopan, bahkan Yerin dan Panji sampai terkejut melihatnya. Yerin hendak memperingati dan menghampirinya, tapi Adiba lebih dulu menutup ruangan Adam dan melangkah menghampirinya.

Until JannahWhere stories live. Discover now