Prolog

4 1 0
                                    

Oslo 2005.

Winter.

And you,

"Berapa nilaimu?" Tanya seorang bocah laki-laki kelas tujuh SD, di Norwegia sendiri untuk jenjang pendidikan SD sampai 7 tahun dan wajib belajar di sana sampai 10 tahun 7tahun di SD dan 3tahun di SMP. Sambil menjulurkan kepalanya menilik isi kertas yang sedang dibaca seorang bocah perempuan berkucir kuda dan berponi khas anak SD yang baru masuk sekali alias kelas satu. Spontan bocah itu menutup kertasnya dan menyembunyikan dibelakang tubuh kurusnya.

"Apasih El, jangan liat nilaiku nanti pasti diejek lagi. Aku tau pasti nilaimu lebih tinggi kan?" Nada gusarlah yang keluar dari mulut Neva -bocah berponi dan kucir kuda itu-menjawabnya dengan cemberut.

"Engga kok, nilai kita sama kali ini" jawab Elfan -bocah laki-laki yang tadi-sambil menahan senyum melihat wajah cemberut Neva. "Kamu mau kemana?" tanyanya melanjutkan.

"Masih mikir, biar nggak diikutin kamu, kamu mau lanjut sekolah dimana?" Neva mulai ingin tau bagaimana rencana Elfan kedepannya.

"Aku mau ngelanjutin sekolah yang gak ada kamunya" ucapnya melirik Neva yang sudah sepenuhnya menghapnya dan tidak jadi melangkah meninggalkan Elfan

"kok bisa, biar apa?" ada nada tak terima dalam ucapannya.

"Dengan melanjutkan mimpi masing-masing, Mungkin suatu saat kita bisa bertemu dan menceritakan perjuangan kita"

"Ya.. Mungkin" Neva tak tau harus menjawab apa. Berikutnya Elfan pergi meninggalkan Neva yang sedang duduk diteras depan kelasnya setelah mendapat amplop berisi nilai mereka.

"Aku duluan, jangan pulang nunggu sore" setelah mengatakan kalimat itu, dia segera berlari menjauh hingga punggung kecil yang tertutup seragam itu menghilang.

Elfan POV *Sekolah kami salah satu SD bernama Rossabø Skole hanya berjarak satu kilo meter dari dumah. Jadi aku tidak khawatir jika meninggalkan Neva yang masih kelas satu untuk pulang sendiri, lagi pula Neva juga tidak suka jika diperlakukan seperti anak manja.

MAYBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang