I got u,

0 1 0
                                    


Sebenernya sangat malas sekali bagi Egi yang harus melakukan hal-hal semacam ini. Terlebih ia lelah menghadapi tatapan mendamba, menginginkan, mengharap atau semacamnya dari para wanita di ruangan ini. Namun demi mencari asisten yang sesuai dengan harapan dan standarnya ia harus melakukan interview langsung.

Seperti yang sudah sudah, puluhan pasang mata di ruangan ini seakan sudah menelanjanginya, tatapan mereka membuat Egi bergidik ngeri sendiri seolah mereka lapar dan ingin segera memakan Egi. Selagi menunggu supirnya yang kini beralih profesi menjadi panitia oprec menyiapkan para interviewer dia membaca ulang tumpukan CV di depannya.

"Nahh berhubung semua pendaftar sudah ada di sini, sekarang mari kita kelompokkan menjadi dua bagian. Silahkan bagi yang merasa good looking pindah sebelah kanan dan urut berdasarkan nomor antrian" Ucap Bimo supir yang Egi maksud tadi.

Dengan patuh para pendaftar kompak bergeser ke arah kanan semua, kecuali Neva. Dia masih mencerna baik-baik ucapan orang tadi,

'Huh diskriminasi sekali, baru mulai sudah digolong golongkan segala, macam bpjs!!' batinnya.

"Mbak, itu mbaknya permisi, mbak nomor urut 25??"

Mendengar nomor urutnya disebut Neva sontak terperangah.

"Iya saya.."

"Golongan good looking disebelah sini mbak" Lanjut Bimo.

Spontan Neva menjawab "Maaf kak, saya nggak good looking" Sambil mengangkat tangan tanda menolak dengan raut wajah yang jujur banget.

"Hah?"

"Eh.."

Semua orang termasuk sohibnya-Irama kaget mendengar jawaban Neva. Hening cukup lama disertai situasi yang mendadak canggung. Sebelum satu suara memecah keheningan.

"Jadi begitu..?" Tanya Egi yang kini menatap Neva serius.

Neva yang ditatap sudah merasa seperti jelly sangkin gugupnya takut ia akan didiskualifikasi sebelum gilirannya.

"Yaa... Saya rasa begitu" Jawab Neva mencoba tetap tenang.

"Baiklah, jadi hanya kamu yang berada pada golongan tidak good looking seperti yang kamu bilang. Kenapa tidak kita mulai saja dari golongan tidak good looking?" Ucap Egi masih serius menatap Neva sedari tadi Neva terpisah dari kerumunan, Egi tak melepaskan pandangan matanya dari mata Neva. Seolah sedang mencari jawaban atau memastikan.

"Eh," Keterkejutan Neva tambah berkali kali lipat mendengar keputusan sang Direktur yang sekaligus dosen baru di kampusnya itu.

"Untuk yang lain, bisa tunggu diluar dulu dan tertib sesuai nomor urut" Keputusan final dsri Egi tak terbantahkan. Para pendaftar yang lain berbondong-bondong keluar ruangan dan menyisakan 3 orang di dalam

Bimo

Egi

Neva. Tamat kamu Nev...

Dua orang di depan Neva ini sudah menatapnya sedari tadi, Bimo memikirkan kenapa si bos bisa bertingkah tidak sesuai rencana dan apa yang ingin ia tahu dari gadis di depannya ini. Lalu Egi, menatap dalam dalam mata Neva seolah sedang memastikan sesuatu. Sementara Neva sibuk berpikir, apa yang sebenarnya Egi inginkan, mau bagaimana pun dia harus menjadi asistennya dan menjadi bagian dari 'Bare Idea' demi club radionya.

"Apa yang membuat saya harus memilih kamu?" Tanya Egi langsung tanpa menyuruh intro seperti nama usia bahkan jurusan yang sedang diambil Neva.

"Tipe saya sekali sih.. " Jawab Neva serius.

"Hah" Dua orang di depannya kaget. Egi kemudian menunjuk dirinya sendiri memastikan maksud Neva.

Neva yang mulai paham maksud Egi kemudian gelagapan sambil mengibas ngibaskan tangannya.

"Kontennya maksud saya" Neva pun berdiri dan mengaktifkan LCD proyektor yang ada di ruangan itu.

Mengetahui maksud Neva, Bimo tak kuasa menahan senyum menangkap ekspresi bosnya yg menahan malu.

Sejurus kemudian Neva menghubungkan Layar hpnya ke LCD dan melakukan presentasi yang sudah ia siapkan.

"Dibanding dengan Blue Box, kenapa Bare Idea memiliki banyak penggemar. Baik dari jumlah pengikut di sosial media, subscriber, jumlah tonton dan share pada setiap kontennya?" Neva mulai menjelaskan secara singkat apa yang ia temukan dan pelajari lima belas menit sebelum memutuskan untuk mendaftar.

"Dari segi konten, kedua media ini sama-sama bergerak di bidang hiburan, entertainment, dan edukasi. Namun yang membedakan adalah opening host setiap program dari Bare Idea hanya berkisar 2-3 menit. Sedangkan di Blue Box bisa sampai 5menit lebih. Sebagai penikmat konten, orang tidak akan mau ambil pusing dan cenderung memilih yang lebih cepat. Pada pengemasan Blue Box mementingkan panjang durasi dalam sebuah video agar dapat meningkatkan AdSense, jadi pengemasan akan lebih bertele-tele lagi. Akibatnya penonton akan merasa bosan. Berbeda dengan Bare Idea, dengan pengemasan dalam satu video yang mengutamakan tujuan dari sebuah video itu sendiri dibuat, lalu host yang lebih interaktif dan mampu memunculkan sisi penasaran penonton. Dengan video yang berdurasi tak pernah lebih dari 7 menit nyatanya mampu menarik banyak penggemar" Neva sangat asik menjelaskan temuan temuannya.

Sementara dua orang di depannya sudah tatap tatapan dan berpikir, ini yang kita cari. Neva sangat detail menjelaskan apa yang ia temui. Semua itu berkat dua kata dari Pak Jo. "Bare Idea". Satu media yang bergerak di bidang youtube dan sangat terkenal di kalangan milenial. Namun tidak banyak yang menyadari jika pemiliknya adalah orang yang sedang mewawancarainya ini.

Tentu saja untuk berkoalisi atau menjadi bagiannya, Neva harus mengenali juga siapa musuh atau pesaing Bare Idea. Cukup mudah untuk menemukan dan menggali hal tersebut bagi Neva yang tidak asing lagi dengan dunia broadcast.

Setelah Neva selesai melakukan presentasi tanpa rencananya itu, ia kembali duduk dan menonaktifkan kembali LCD proyektor seperti semula. Ia sudah cukup lega menyampaikan pandangannya kenapa Egi harus memilih Neva menjadi asdosnya.

"Baik, saya rasa cukup. Kamu bisa keluar" Ucap Egi dengan nada datar.

"Eh..., baik pak" Neva masih setengah bingung namun raut muka Egi menyuruhnya keluar segera dari ruangan ini.

***

Diperjalan pulang sedari kampus, sambil jalan kaki menikmati suasana ibu kota sore hari, Neva masih saja berpikir, kenapa dia tidak ditanyai pertanyaan lain khas interview. Kenapa juga ia merasa Egi cukup familiar baginya. Kenapa ia bahkan tidak ditanyai namanya walaupun di CV sudah ada setidaknya nama adalah hal wajib yang harus di tanyakan bukan? Apa dia mengacaukan interviewnya hari ini? Apa dia salah bicara? Atau salah menjelaskan sesuatu yang harusnya tidak ia jelaskan? Hah sudahlahhh..

Tanpa sadar ia sudah berada di depan kosannya, Neva pun memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Ia cukup lelah hari ini.

Shitttt....

Kunci gue

Ketinggalan

Di lab radio,

Dengan malas ia kembali memutar tubuhnya dan berjalan menuju kampusnya lagi, baru kali ini ia bersyukur punya kosan yang dekat dengan kampusnya.

Neva mulai menyusuri lorong gedung lantai satu  dimana lab radio terletak, seseorang dari lantai tiga mengamati gerak geriknya.

"Kau tertarik padanya?" Tanya Bimo menyadari kemana arah tatapan bosnya.

"Entahlah, aku sedang memastikan sesuatu" Jawabnya santai kemudian menyesap kopi dalam cup kertas ditangannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 15, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MAYBEWhere stories live. Discover now