Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Bab 4 - Offer

124K 6.7K 127
                                    

Luna tengah mengelap gelas-gelas di balik meja bir. Dia teringat malam itu, ketika berniat pulang dari rumah sakit bersama kedua adiknya, namun jaketnya tertinggal. Dia melihat seorang lelaki dan perempuan yang tengah berangkulan di bangku taman. Tampak damai dan menenangkan.

Setelah melihat itu, dia mulai memikirkan naskah kotor di otaknya. Apa dia harus mencari calon suami saja? Yang akan membayarkan biaya rumah sakit ibunya dan membantu adik-adiknya. Biarlah Luna menuruti semua keinginan suaminya asal dia memberi harapan pada ibunya untuk bisa bangun kembali.

Memikirkan itu, membuatnya membayangkan om-om gendut kaya raya yang berniat menjadikannya istri kelima, buru-buru Luna menggelengkan kepalanya dengan keras.

"Gue juga bilang apa, lo jangan masuk dulu," kata Dwi sambil menjitak kepala Luna. "Masih setengah sadar, ya?"

"Gue udah baikan, kok," kata Luna. "Lagian gue harus rajin masuk buat minta kasbon dan pinjeman ke si Bos."

Dwi mengerucutkan bibirnya. "Kalau gue punya duit, gue udah pinjemin semuanya ke elo, Na."

Luna membalasnya dengan senyuman. "Makasih, niat lo udah cukup ngebantu ngilangin beban di hati gue kok, Wi." Luna membuka kedua tangannya, membiarkan Dwi masuk ke dalamnya dan memeluknya lama.

"Oh, ya, Na, kemarin-kemarin Mas Wildan nanyain elo loh," katanya dengan mata berbinar. "Nih, ya, Na. Siapa tau aja Mas Wildan diem-diem suka sama lo, kan lo tinggal nerima cintanya dia, trus minta bantuan soal uang rumah sakit?"

Giliran Luna yang menggetok kepada Dwi. "Ngaco lo, tipe Mas Wildan itu yang seksi kayak yang onoh," kata Luna menunjuk keramaian di depannya dengan dagu. "Gue mah cuma papan triplek, bukan tanjakan himalaya."

"Yee, bisa aja sebenernya Mas Wildan suka yang polos-polos imut kayak lo, kan?"

"Udah ah, sana kerja lagi. Jangan kebanyakan ngayal, ya, ini bukan FTV."

"Gue sih cuma ngasih tau, ya. Daripada lo minta ke si Bos yang arogan itu. Atau nanti lo malah disuruh tidur lagi sama dia sebagai syarat kasbon cair!"

"Hus!" Luna melotot padanya. Dwi hanya cengengesan sendiri. "Gue udah bilang ini bukan FTV, Wi."

"Iya deh, iya. Maaf, ngawur gue, suntuk, nih." Dwi segera berlalu dari sana meninggalkan Luna. Dalam hati, ternyata Luna merasakan jantungnya berdentum-dentum lebih keras dari biasanya, mau tidak mau, dia terpikirkan ucapan Dwi. Bukan tidak mungkin hal seperti itu hanya terjadi di FTV, kan?

"Hey, ngelamun aja."

Luna mendongak dan mendapati sesosok wajah tampan tengah duduk di depannya. Dia tersenyum manis. "Baru dateng, Mas? Mau minum apa?"

"Iya. Mau yang kayak biasa aja, ya."

"Oke sebentar Mas." Luna mengambilkan sebotol minuman, setelah kembali ke depan lelaki itu, Luna merasa ada yang aneh karena Wildan terus memperhatikannya.

"Ini minumannya. Ada yang salah sama saya, Mas?" tanyanya pelan.

Wildan menggeleng. "Saya turut berduka cita, ya, Nana."

Luna tersenyum. "Makasih, Mas. Tapi, nama saya Luna, bukan Nana. "

"Itu kan panggilan sayang saya buat kamu. Arluna, Nana," kata Wildan sambil mengerling nakal. Luna tertawa dibuatnya.

Wildan pergi dari sana setelah seorang cewek berpakaian seksi memeluknya dari belakang. Luna mulai mengkhayal lagi. Apa jadinya, kalau dia jadi cewek nakal seperti itu? Berapa uang yang biasa Wildan bayar untuk mereka? Berapa uang yang bisa dia dapatkan dalam semalam?

Lagi-lagi, Luna menggeleng keras-keras. Mengenyahkan naskah yang jauh lebih kotor daripada dijadikan istri kelima om-om gendut kaya raya.

Hari ketiga setelah dia mulai masuk kerja lagi, Luna akhirnya memberanikan diri menghadap bosnya untuk meminta kasbon sekaligus pinjaman. Dia hanya punya waktu empat hari lagi sebelum pihak rumah sakit tidak bisa menoleransinya lagi. Dengan bantuan pemerintah, seharusnya harga yang dia minta tidak terlalu besar bagi Bosnya untuk memberikan pinjaman.

Surrogate WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang