03 - Winwin

27.8K 4.1K 788
                                    

Karin menutup pintu kamar, langkah kakinya berjalan menuruni anak tangga dan menuju dapur.

Karena besok kelasnya mengadakan ulangan harian fisika, maka Karin mau ‘tak mau harus begadang malam ini. Meski sebenarnya Karin juga sangat tidak menyukainya.

Karena ya... hey, siapa sih yang suka ulangan? Fisika lagi? Mungkin hanya Renjun seorang di keluarga ini yang mencintai pelajaran itu, bahkan sepertinya sudah menjadi pasangan hidup Renjun.

Karin membuka salah satu laci dapur, mengambil sebungkus Lucas Black Coffee kemudian menyeduhnya.

Tanpa Karin sadari, sudah ada Winwin yang kini tengah menghampirinya di dapur.

“Hei,” sapa Winwin, tentu tidak lupa dengan senyum manisnya.

“Eh, Kak Winwin. Belum tidur, Kak?” tanya Karin mencoba basa-basi.

“Udah.”

"Hah?"

Karin bingung mendengar balasan Winwin, ia bahkan tidak tahu harus memberikan respon seperti apa selain mengedipkan kedua matanya berkali-kali.

"Ini gue yang lemot atau dia yang dodol?" batin Karin.

Jelas sekali dia bingung. Sementara Winwin justru terkekeh melihat tingkah Karin yang menurutnya sangatlah lucu.

“Kamu kelas dua belas, kan?” tanya Winwin yang Karin balas dengan anggukan. “Pasti sedang sibuk-sibuknya. Tahun depan setelah UN, rencananya mau masuk univ mana?”

Karin tampak berpikir sejenak. “Papa sama Mama sih suruh buat ikut Kakak aja di UI. Kalo enggak ya... mungkin sama kayak temen aja di ITB. Kakak sendiri lulusan mana?”

“UNY. Oh iya, entar kamu mau ambil jurusan apa?”

“Belum tau," lirih gadis itu. Pandangannya mendadak menjadi sendu.

“Lho, kenapa belum tahu? Sesuaikan aja sama bakat, hobi, dan minat kamu.”

“Tapi hobi Karin ‘kan makan. Emangnya di UI ada jurusan mukbang?” tanya Karin balik. Ya, mau bagaimana lagi? Selama ini fokus Karin hanya kepada buku dan nilai.

Bagi Karin, jika sudah mendapatkan nilai yang baik, maka semuanya beres. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Meski Karin tahu bahwa pemikirannya kali ini sangatlah salah.

“Karin, kamu perlu memanfaatkan waktu luang kamu untuk mencari hobi yang lain. Kamu perlu tahu hal apa yang dapat membuat kamu bahagia setiap kali mengerjakannya. Kamu tidak perlu selalu terpatok pada nilai, karena yang sesungguhnya berperan penting dalam hidup itu, ya hati kamu. Untuk apa nilai tinggi bila kita ‘tak bahagia?”

Karin terdiam seketika.

Memang benar apa yang dikatakan Winwin barusan. Selama ini Karin hanya fokus untuk mengejar nilai.

Bahkan Karin ‘tak ingat kapan terakhir kali ia senang mendapatkan nilai yang tinggi. Bagi Karin, mendapatkan nilai tinggi dari hasil kerja keras itu sudah sewajarnya, maka ‘tak ada yang spesial dari hal itu.

Karin memang tidak seperti Jeno yang akan senang bila membahas biologi, karena sejak kecil Jeno memang ingin menjadi seorang dokter agar dapat merawat keluarganya ketika sakit.

Karin juga tidak seperti Haechan yang dapat selalu bahagia bila ia bernyanyi. Hampir di setiap waktu luangnya, Haechan pasti senantiasa menghibur orang-orang dengan permainan gitarnya yang indah dan juga dengan suara merdunya. Karin tidak punya yang seperti itu, tidak pernah.

“Jangan terlalu dipikirkan, tapi sebaiknya kamu pikirkan. Lagi pula, punya hobi makan juga bagus kok. Kamu bisa jadi food vlogger atau sejenisnya.”

BODYGUARDS - NCT 2018Where stories live. Discover now