Gagak Hitam : chapter 5

12 5 0
                                    

Jonathan's Point of View

Hari demi hari, beberapa laporan ini mulai berkurang, dan sampai pada hari dimana pak Indra mengunjungi ruang OSIS.

"Pak Indra" sapaku setelah melihat beliau memasuki ruangan. "sudah ada berita lanjutan tentang apa yang harus kita lakukan, pak?"

"Iya, bapak sudah mendapat konfirmasi untuk berkolaborasi dengan sekolah-sekolah lain dan juga polisi untuk meredakan perang geng ini!" Jawab pak Indra dengan semangat.

"Siap pak!" ucapku dengan antusias. "Saya akan memberitahu sekolah lain tentang pelaksanaan ini."

"Bagus, bapak juga sudah membaca laporan strategimu, itu cukup efisien. Bapak hanya menjadi pengamat dalam masalah ini."

"Terima kasih pak."

"Baiklah, saya pamit dulu." Ucap pak Indra yang dilanjutkan dengan pergi ke meninggalkan ruang OSIS

"Kita akan pergi perang?" tanya Iqbal.

"Tentu saja!" Jawabku tegas. "aku sudah cukup mengamati setiap pola serangan mereka dari laporan ini dan dari laporan anggota ekskul mu, Iqbal. Detailnya akan kujelaskan pada saat rapat besok."

"Akhirnya aku bisa bertarung." Ucap Aisyah. "Sudah lama aku tidak bertarung dengan serius."

"Bukannya ekskul mu juga memberi kesempatan bertarung, Nur?" tanya Adrian.

"Iya sih, cuman menurutku kurang seru." Jawab Aisyah. "aku bahkan menantang para pelatih, tapi masih kurang." Lanjutnya

"Dasar cewe gila tarung, hahaha!" Respon Iqbal.

"Daripada kak Iqbal sendiri, tarung cuman di game melulu." Balas Aisyah mengangkat pundaknya.

"Sudah, sudah." Leraiku. "Simpan semua itu untuk dua hari kedepan."

"Siap ketua!" jawab Iqbal dan Aisyah bersamaan.

"Memang rapat nya akan dimulai jam berapa?" tanya Adrian.

"Kalau bisa sih pagi. Jadi kalian masih ada sisa waktu untuk mencari murid lainnya yang mau ikut serta dalam perang ini. Semakin banyak semakin baik sih. Pak Indra sudah menyebarkan edaran tentang libur sekolah pada saat perang dimulai."

"Aku akan mencari beberapa murid yang nganggur lagi. Mungkin ada yang gila tarung atau pecinta game yang ingin uji nyali didunia nyata." Ucap Iqbal bercanda.

Akupun memuji Iqbal, "Tapi aku juga berterima kasih kepadamu Iqbal. Berkatmu, kita jadi tahu kapan penyerangan besar-besaran ini dimulai."

"Tidak hanya aku saja, berterima kasihlah pada Yunita dengan kemampuan dimensinya. Frekuensi dimensi yang susah dibaca oleh para pengendali kegelapan lainnya membuat kami menjadi aman dalam memata-matai geng Gagak Hitam. Betul tidak Yun?"

Yunita hanya mengangguk polos.

Kak Rosa kemudian memeluk Yunita, "Yunyun memang bisa diandalkan." sambil mengelus kepala Yunita.

"Aku tidak begitu paham apa beda ruang dimensi biasa dengan ruang dimensi yang dibuat Yunita." Ucapku sambil mengelus-elus kepala.

"Kamu pengendali api sih, jadi tidak paham, hahaha!" cetus Iqbal.

"Memang ada pengaruhnya?"

"Aku juga tidak begitu paham, hahaha!" 

"Dasar kak Iqbal, katanya jurnalistik, ngegame melulu kegiatannya." Balas Aisyah sinis.

"Hoi hoi, Nur. Aku ngegame buat cari bahan cerita."

"sungguh?" tanya Aisyah dengan menyipitkan matanya.

Setelah itu kami tertawa bersama untuk melepas setres, memang kegiatan ini menguras pikiran dan juga tenaga. Jam tidak terasa menunjukkan pukul dua siang, sedangkan kami sudah di ruang OSIS sejak jam tujuh pagi. Untung hari ini adalah hari kamis, dimana jadwal para murid adalah berlatih kemampuan dan ekskul sehari penuh. 

Setelah beberapa teman-teman berpamitan pulang, aku masih berada di mejaku untuk beberapa laporan terakhir. Rina yang masih setia menungguku sambil membawakan segelas air dan beberapa biskuit untuk cemilan.

"Rina, terima kasih ya."

Rina hanya membisu

"Kenapa kamu seperti itu sih?" tanya ku heran.

"Memang kenapa?" jawab Rina datar.

"Dulu kamu tidak seperti ini. Kamu lebih ceria dan murah senyum, sekarang—"

"Jika kamu tidak fokus menyelesaikan pekerjaanmu, aku akan marah besar!" bentak Rina sambil memukul mejaku dengan cukup keras.

"Iya deh, iya." Ucapku sedikit takut.

Setelah laporan terakhir kubaca dan kutanda-tangani. Aku mengajak Rina untuk pulang bersama. Rina tidak menjawab apa-apa, tapi perilakunya menunjukkan kalau dia menjawab iya. Aku mengambil tasku dan keluar ruangan, Rina juga melakukan hal yang sama. 

Setelah Rina mengunci pintu, dia berjalan di sebelahku tanpa bicara sedikitpun. Langkah demi langkah ku lakukan, dengan suasana canggung seperti ini, aku benar-benar tidak kuat. Aku merasa ada yang aneh dari Rina akhir-akhir ini.

"Rina, boleh aku bertanya?"

"Kamu masih mempermasalahkan hal itu?!"

"Tentu saja. Perilakumu berubah sejak menjabat menjadi wakil ku."

"Terserah aku! aku mau merubah, atau seperti dulu, itu urusanku!" Ucap Rina sambil memalingkan wajahnya. "Kamu tidak berhak mengatur!"

Aku hanya terdiam setelah mendengar ucapan Rina yang begitu dingin. Sepertinya aku telah membuatnya marah, atau mungkin ada suatu alasan lain yang membuat Rina seperti ini. Seingatku, Rina tidak sedingin ini. Dia adalah cewe yang baik dan ramah. Dari dulu memang Rina memang suka dekat denganku. 

Kemana-mana kami selalu berdua. Tidak ke toilet juga sih. Cara bicaranya yang ceria dan manis. Tapi sekarang yang tersisa dari kebiasaannya hanyalah dia masih menempel padaku. Sikapnya yang dingin terlihat elegan dan dewasa, memang itu terlihat bagus. Sayang, aku masih kangen dengan sifat ramahnya.

Selama diperjalanan, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutku setelah Rina mengucapkan hal tersebut. Kami berdua hanya membisu. Dan akhirnya kami berpisah di depan rumah Rina. Tanpa mengucap apapun, aku langsung berjalan melanjutkan langkahku menuju rumah dengan sesekali melihat Rina. Sampai cukup jauh pun Rina sudah tidak mempedulikan aku. Aku hanya bisa menghela nafas.

Sesampainya di kamar kosku, Kulempar tas dan sesegera mungkin membantingkan tubuh di kasur. Sambil memandangi langit-langit, "sebenarnya apa yang membuat Rina seperti itu?" pikirku. Bingung sekaligus lelah, mendadak rasa kantuk ini datang menghampiri. Tak kuasa menahan rasa kantuk yang menggiringku untuk kembali ke pulau kapuk, dan dalam beberapa menit, aku sudah terlelap.

School Life ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang