[17] Tujuh Belash

396 59 79
                                    

Sebelum ayam pak Dulloh bangun, Shawn udah mandi dan mempersiapkan segala hal untuk acaran lamaran hari ini. Malem tadi Shawn sibuk banget merem, sampe-sampe dia ga bisa tidur, tapi hal itu ga menyurutkan semangatnya sama sekali, entah kenapa matanya juga ga ngantuk sama sekali. Mungkin ini yang dinamakan the power of cogan. Yekan?

"Udah siap?" tanya abah sembari menepuk bahu Shawn, bukan ingin menguatkan, tapi ada nyamuk.

"Apanya yang siap?"

"Mental kamu, jangan pikirin persiapan barang segala macem, yang penting diri kamunya."

Shawn mengangguk pasti. "Shawn udah ngapalin materi tentang pengetahuan umum, buat jaga-jaga kalo nanti emaknya Wydi nanyain. Shawn juga udah nyiapin pantun, semuanya udah siap. Tinggal berangkat."

"Anak abah emang paling sengklek, abah bangga," jawabnya dengan senyum lebar, disertai air mata---antara bahagia dan miris, beda tipis.

"Shawn telpon supir baru kita ya bah, tinggal berangkat aja kan?"

"Sip, helikopter buat ngangkat seserahan juga jangan lupa."

Percakapan antara keduanya berhenti sampai disitu, dan beberapa menit kemudian mobil datang, sementara helikopter udah terbang tinggi nganterin seserahan yang dimaksud.

"AYO BERANGKAT!! KABEL SUDAH SIAP!!" Cam teriak dari arah depan rumah, dan Grey sengsara gara-gara ngegusur-gusur kabel besar di belakangnya.

Shawn terbahak, "CEN?? GUA SUKA GAYA LO."

Greyson berhenti ngegusur kabel untuk membalas teriakan Shawn. "GUA GULUNG JUGA LU SHAWN! JANGAN MACEM-MACEM SAMA GUA."

"JANGAN LAPERAN IH! CEPET SINI, NANTI KITA TELAT."

Semuanya udah masuk ke dalam mobil, dari mulai abah yang udah tampan dengan kacamata hitam, emak yang sedari tadi sibuk berdoa supaya Shawn normal, setidaknya untuk hari ini aja, dan Aaliyah yang setia dengan baygon ikan cupang di pelukan. Cam, Grey, sama Kak Rios ada di mobil terpisah. Mr. Marquez? Dia naik motor balap kesana.

Melaju cukup lama, mobilpun terhenti tepat di depan rumah Wydi yang udah cukup rame, ada Bejana menyambut di depan.

"Woii calon pengantin datang juga akhirnya," seru Dry semangat.

"Assalamualaikum," abah dan emak menyapa kedua orang tua Wydi yang langsung mempersilahkan semuanya masuk ke dalam rumah.

Acaranya cukup sederhana, hanya sebatas dua keluarga yang dipertemukan di sebuah ruangan untuk menyatukan dua insan manusia yang saling jatuh cinta. Anjer bahasanya, gitu deh ya pokoknya.

Semua orang duduk melingkar dengan posisi Shawn yang ada di pertengahan, diapit sama abah dan emak. Wydi keluar dari pintu lain dengan pakaian lucu dan hijab yang menutup aurat. Mata Shawn berbinar, bukan terkesima, tapi karena pantulan manik-manik baju yang kena sinar matahari.

Setelah semuanya udah siap, pembicaraan serius yang ga serius serius tapi serius ini pun dimulai.

Abah berdehem pelan. "Hm jadi, tujuan kami semua datang kesini adalah untuk menyampaikan tujuan yang insyaAllah baik."

"Iya, kami senang kalian semua bisa datang kesini. Tujuan seperti apa yang bapak maksud?" balas ayah Wydi.

"Anak kami, Shawn Peter Raul Mendes ingin melamar putri tercinta bapak, Wydi."

Wydi yang duduk tak jauh dari situ langsung tersipu shy shy meong. Dry yang terlanjur meraung-raung digusur ke luar sama Dals. Naya yang terkapar tak berdaya pun sama-sama digusur keluar sama Sabil dan Tink.

"Alhamdulillah, tapi semua keputusan ada di tangan anak kami, biar Wydi yang memutuskan," ayah melirik ke arah Wydi, "Silahkan, nak."

"Boleh Wydi ngajuin beberapa pertanyaan ke Shawn? Tapi pake bahasa yang biasa kita pake aja."

Haji Mendes 2Where stories live. Discover now