33. Dingin

8.3K 522 14
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa untuk memberikan vote, komen, dan menandai typo, ya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Sesuai dengan apa yang Nanzia perkirakan, hubungannya dengan Nindia menjadi renggang. Berbalik dengan hubungan Nindia dan Fajar, keduanya malah makin dekat. Berbicara mengenai Fajar, setelah pembicaraan mereka di depan toilet waktu itu kini Fajar dan Nanzia hanyalah sebatas teman setempat duduk. Tak ada lagi perkelahian sepele atau perdebatan tak penting. Mereka berdua layaknya orang asing yang hanya sebatas kenal nama.

Tak lebih.

Dan mungkin, memang ini yang terbaik.

●●●

Seminggu setelah insiden tangannya yang diinjak oleh Nanzia, Laura kembali melangkahkan kakinya ke dalam sekolah.

Heh, apakah si licik Nanzia pikir ia akan mengalah dan bersujud di depannya?

Bahkan dalam mimpi pun, Laura tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu.

Namun, ada satu hal yang Laura syukuri, Nanzia memiliki kelemahan dan kelemahannya itu yang akan Laura gunakan untuk menjatuhkan gadis licik itu.

Nindia Virginia Pramono.

Akan ia gunakan untuk melumpuhkan si licik itu.

●●●
"Lo udah mau balik?" tanya Fajar dengan nada lembut.

"Iya." Nindia menjawab dengan senyun manisnya.

"Gue antar." Fajar menarik tangan Nindia untuk menuju motor kesayangannya.

"Ah, tidak usah Fajar." Tolak Nindia sambil melepaskan genggaman Fajar di tangannya. "Aku akan mampir ke suatu tempat dulu. Dan ... em, mungkin akan lama."

Fajar menatap Nindia sebentar, sebelum akhirnya menghela napas pelan. "Baiklah."

Nindia tersenyum manis.

"Jika terjadi sesuatu, segera hubungi gue."

Nindia terkekeh pelan, sebelum akhirnya mengangguk pernyataan Fajar itu. "Siap, Pak Bos."

Tak jauh dari tempat itu, Laura menatap mereka dengan tatapan penuh amarah.

"Si jalang itu benar-benar mengganggu. Gue memang harus menyingkirkan hama-hama pengganggu itu."

Dengan cepat Laura mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Bereskan!"

●●●
Setelah Fajar pergi bersama motornya, Nindia melangkahkan kaki untuk meninggalkan kawasan Bakti Nusantara. Gadis itu berjalan dengan sedikit melamun, hingga tak sadar bahwa sedari tadi ada yang mengikutinya.

Hingga ketika ia akan berbelok, lengan kirinya ditarik paksa untuk masuk ke dalam gang sempit di daerah itu.

"Ahkkk –emppp."

Suara teriakan yang Nindia keluarkan tertahan oleh telapak tangan kasar yang membungkam mulutnya.

Nindia meronta agar bisa melepaskan diri dari orang yang kini menyeretnya masuk ke dalam gang itu.

Oh Tuhan! Tidak!

Ketika sudah berada di dalan gang itu, tubuh Nindia dihempaskan begitu saja hingga ia terduduk.

"Sialan! Cewek ini cantik juga," ujar orang itu membuat Nindia merinding. Pikiran-pikiran buruk mulai memenuhi otaknya.

Tidak! Aku mohon, Tuhan selamatkan aku dari pria-pria ini.

Ketika Yang Hilang Kembali✓Where stories live. Discover now