Bab 29

761 61 9
                                    

AALARIC WERT

"To get the full value of joy you must have someone to divide it with."
- Mark Twain

People used to say that the person who is in coma not entirely lose their senses. In fact, they can hear, can smell and can see depends on their medical state.


That's what happens to me right now.

Saya tidak dapat melihat tapi saya dapat mendengar. Saya mendengar suara selembut hembusan bayu menangisi nama saya pada setiap malam. Suara itu kedengaran sedih membuatkan hati saya menangis bersamanya.

Saya tidak dapat menggerakkan anggota badan saya tapi saya dapat menghidu wangian strawberry yang memberikan saya ketenangan dan kesegaran membuatkan saya rasa seperti berada di taman strawberry. Wangian itu sangat familiar tapi saya tidak dapat mengingat pemilik kepada wangian tersebut.

Suara lembut itu beralun lagi. Kali ini ia beralun sayu membisikkan permohonan maaf seolah-olah dia telah melakukan dosa yang besar, seolah-olah nyawa dia bergantung kepada kemaafan yang saya berikan.

Makes me wonder what possibly the grave sin this sad woman do to me?

"Please... Please I'm sorry." Suara itu merayu. Tiba-tiba saya merasakan titisan air yang saya pasti adalah air mata jatuh ke lengan saya.

"Please wake up. I'm so sorry Aalaric." Suara lembut itu menyambung lagi tapi suara dia telah menjadi sedikit serak akibat daripada menangis setiap malam.

And who is Aalaric? Was it my name?

Saya ingin dia berhenti. Saya ingin dia berhenti menangisi saya kerana suara sehalus sutera seperti itu seharusnya hanya mengeluarkan suara kegembiraan bukannya bersedih. Desakan untuk membisikkan dia kata-kata semangat atau memujuk dia sangat kuat tapi saya tidak tahu bagaimana caranya.

I'm trapped.

Saya terperangkap dalam demensi yang saya sendiri tidak tahu bermula dan berhujung di mana. Kegelapan menyelubungi saya dan satu-satunya sebab saya tidak tenggelam dalam kegelapan ini ialah suara yang mengasyikkan yang membuatkan saya kekal sedar.

"Please, I love you."

Dan seperti mentera yang mengalirkan arus elektrik ke segenap urat saya, mata saya terbuka luas.

Pada setiap malam fikiran saya melayang-layang memikirkan rupa kepada pemilik suara lembut yang saya dengar. Adakah rupanya selembut suaranya. Atau, adakah wangian strawberry itu datang dari tubuhnya atau hanya pefume yang dia gunakan.

Saya membayangkan dia sebagai seorang wanita yang lemah lembut dan cantik dengan rambut yang panjang mengurai tapi wanita yang berdiri di hadapan saya melebihi bayangan saya. Beyond my imagination.

Bentuk muka yang bujur, dengan alis mata yang lebat, bibir merah kemerahan dia terbelah sedikit menunjukkan dia terkejut. Sementara mata dia yang berwarna biru memberikan saya tanggapan salah yang saya sedang merenung ke lautan yang luas. Mata itu bersinar kegembiraan dan keadaan dia yang kurang terurus tidak sedikit pun mencacatkan kecantikkannya.

Angel.

She is like an angel.

Serta-merta, saya tahu saya telah jatuh cinta kepada wanita ini.

The most beautiful woman i ever saw.

Saya tidak mengenali wanita ini tapi melalui cara dia melepaskan nafas kelegaan meyakinkan saya yang dia mengenali saya dan saya seorang yang penting bagi dia.

StargazingWhere stories live. Discover now