[3]

1.2K 111 6
                                    

Aku berencana untuk tidak memberitahukan orang tuaku terlebih dahulu. Bahaya, mereka itu terlalu bahaya. Soalnya aku takut memberikan harapan pada mereka, padahal bertemu dengan Radika saja juga belum.

Nanti, kalau ternyata aku nggak sreg gimana? Malu di muka, malu di hati pun juga.

"Heh! Ngapain kau touch up lagi?"

Seseorang menghardikku dari arah belakang. Ah ... itu bukan hardikan, tetapi memang logatnya saja seperti itu. "Kau bukannya sudah mau pulang, Mar?"

Kalau di rumah sakit, aku lebih sering dipanggil dengan Mar atau Mara dibanding Sam. Soalnya di sini juga ada perawat laki-laki yang bernama Samuel dan dia dipanggil Sam. Daripada tertukar, mending aku ganti nama panggilan.

"Iya, Mbak. Ini mau pulang kok," kataku yang kemudian memasukkan lipcream ke dalam pouch make up.

Oh ya. Dia Sasanti, seniorku di rumah sakit ini.

"Yakin kau mau pulang? Bukan ngapel? Mukamu macam mau kondangan gitu. Hahaha," kekehnya menggelegar, membuatku memberengut.

Ponselku pun tiba-tiba berbunyi, tanda terdapat chat masuk dalam notifikasi. Sesegera mungkin aku mengeceknya, dan ternyata benar saja dugaanku.

Radika IPA-1:
Gue dah di lobi sam
Gue pake kemeja sama bawahan item
Ya kali aja lo lupa sama muka gue wkwk
Gue tunggu :)

Idih. Mana mungkin wajah orang berubah, kecuali dia operasi plastik atau mungkin dia tambah gemuk atau pun kurus. Duh, aku jadi deg-deg-an sendiri karena sudah lama banget nggak ketemu sama orang itu. Masa iya wajahnya berubah, sih?

Me:
Oke. Sebentar

"Waaaah. Ngapel beneran ternyata," Sasanti kembali bersuara setelah mungkin dia melihatku senyum-senyum sendiri saat menatap layar ponsel. "Ajak-ajak akulah, biar kecipratan jodoh macam kau."

Aku pun mesem-mesem saja. "Nih, tak cipratin," aku melakukan pergerakan tangan ke arah wajahnya sembari tertawa. "Doain ya Mbaaak."

"Duh macam OSCE pula minta doa segala," cibirnya dengan nada bercanda.

[***]

Aku turun menggunakan lift dengan perasaan dag-dig-dug-jeger. Kalau dihitung-hitung, sudah delapan tahun lamanya aku tidak pernah bertatap wajah dengannya. Rupanya seperti apa ya sekarang?

Heh, Sam!

Aku menampar diriku sendiri. Dulu bahkan aku bingung kenapa aku bisa menyukainya. Padahal masih banyak laki-laki tampan daripada dirinya, tapi ujung-ujungnya hatiku tetap menyantol pada orang itu.

Jangan-jangan, selama ini aku dipelet lagi? Pernah dengar 'kan tentang berita seorang wanita yang tidak pernah didekati oleh lelaki mana pun, dan ternyata selama ini dia dipelet oleh mantannya agar tidak ada lelaki yang tertarik dengan wanita itu. Ih! Serem!

Radika kayaknya nggak mungkin begitu, deh.

Sebelum lift sampai di lobi, sekali lagi aku memeriksa diri di cermin lift, entah wajah atau pun gigi. 'Kan nggak lucu kalau ada noda lipcream di gigi.

Setelah akhirnya lift berhenti di lobi, aku pun keluar sambil mencari-cari Radika yang katanya mengenakan kemeja dan bawahan hitam. Tapi ... kenapa banyak sekali para pria yang mengenakan setelan seperti Radika di lobi?!

Aduh ... aku beneran nggak bisa menebak mana Radika mana orang lain. Sudah delapan tahun terlewati, aku benar-benar nggak bisa mengetahui bagaimana rupanya sekarang.

UNEXPECTED [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang