du-a

34 5 9
                                    

"Kenapa lagi sekarang?" tanya gue ke Rachel yang sudah bangun dari tidurnya. Kondisinya begitu buruk, dengan luka lebam ditambah bengkak dimana-mana karena alerginya terhadap kacang.

Ayah dan Mama sedang mengurus resep obat di apotek. Rachel sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.

Dan bisa gue denger Rachel menghela napas.

"Biasa, gara-gara fansnya" jawabnya, seolah tahu apa yang sedang gue bicarakan.

"Udah gue bilang kan, Chel. Gausah berinteraksi sama dia lagi" kata gue, menggenggam tangan Rachel yang tidak diinfus.

"Gue udah mencoba menghindar kak, tetep aja dia selalu ngincer gue. Tau sendiri kan kalo Jeno suka sama gue?"

"Dunia percintaan remaja susah amat yha" ucap gue, membuat tangan Rachel yang tadinya gue genggam langsung memukul gue.

"Heleh, masih mending gue ada yang suka. Kak Yoon udah 20 tahun belom punya pacar juga" cibir Yena.

"Dih, tau apa kamu. Kakak kan mau kuliah dulu. Cari pacar mah gampang, yang penting pendidikan dulu selesaiin"

Rachel memajukan bibir bawahnya. Gue tertawa melihatnya.

===

Gue pulang ke rumah untuk mengambil baju gue dan Rachel, juga tugas PowerPoint yang belum selesai.

Baru saja gue mau memesan Gojek di hape gue, ada yang menabrak gue, menyebabkan handphone gue terbanting cukup jauh ke lantai.

"M-maaf saya ga sengaja"

Dia memungut hape gue dan memberikannya ke gue lagi. Seorang laki-laki.

"Mas kalo jalan liat-liat dong makanya! Ini mau tanggung jawab kalo hape saya rusak?!"

Dan beneran rusak. Layarnya retak parah dan tidak bisa dinyalakan lagi. Padahal terbantingnya tidak terlalu kencang.

Mungkin efek jatoh trus keseret di lantai.

"Maaf, saya bener-bener minta maaf" ujar laki-laki itu sambil membungkuk lalu berdiri tegap lagi. Dan gue bisa melihat siapa yang menabrak gue.

"L-lo kan yang ngasih gue Vanilla Latte tadi? Ngapain lo disini?! Ngikutin gue ya?!" tanya gue bertubi-tubi ke lelaki uang ada di depan gue. Lalu dia tersenyum.

Gue bisa menebak, itu mungkin senyum yang bisa membuat para gadis meleleh. Tapi tidak dengan gue.

"Ngapa lo senyum-senyum?!"

Sesaat setelah gue melontarkan kalimat itu, senyuman lelaki itu langsung memudar.

"Ah sepertinya senyuman ini tidak mempan untuk kamu"

"Ooh, jadi maksud lo mau bikin gue meleleh gitu sama senyum? Ga akan lah! Gue bukan cewe kayak gitu!"

Lelaki itu menatap gue dengan pandangan yang susah diartikan.

"Kenalin, saya Jungwoo. Kim Jungwoo"

"Gue ga nanya nama lu"

"Ah, maaf"

Lelaki aneh.

"Lu mau tanggung jawab atau ga? Atau mau gueㅡ"

Jungwoo dengan cepat langsung mengambil hape yang ada di genggaman gue.

"Iya, besok saya ganti barangnya" ucapnya.

Jungwoo memasukkan hape gue ke dalam kantong jaketnya. Lalu mengeluarkan selembar kecil kertas berisi nomor random.

"Ini nomor hape saya. Kalau saya tidak menepati janji, anda bisa menghubungi saya terlebih dahulu" katanya sambil memberikan kertas tadi. Gue menerimanya.

Illusion; JungwooWhere stories live. Discover now