Legenda

4.3K 699 28
                                    

Harry memutuskan untuk tidak bergeming— bahkan untuk sekedar menarik lengannya dari cengkeraman Draco. Jantungnya masih berdegup kencang. Kalimat pemilik iris abu-abu itu masih terngiang di telinganya. Berputar-putar tanpa arah.

"Aku tidak ingin bilang ini, tapi itu berarti seseorang akan mati."

Kata-kata itu menghantamnya seperti pukulan keras di wajah. Pertanyaan datang membanjiri benaknya. Seseorang akan mati? Siapa? Kenapa?

KAMAR RAHASIA TELAH DIBUKA. MUSUH SANG PERWARIS, WASPADALAH.

Apa artinya? Apa itu Kamar Rahasia? Siapa musuh sang pewaris?

"Potter," Draco berdeham. Jemarinya mengguncang lengan Harry lagi, kali ini lebih keras. "Ayo pergi."

Harry menoleh dengan bingung.

"Percayalah," pirang itu menekan nadanya. "Kau tidak akan mau ditemukan berada di sini."

Harry mengerutkan kening. Tapi memangnya kenapa? Karena ada grafiti bodoh di dinding? Apa itu alasan yang cukup sampai-sampai seorang Draco Malfoy yang tidak kenal takut jadi gugup sendiri?

Menyelusup di antara pemikirannya, suara-suara ramai perlahan terdengar mengeras dari kedua ujung lorong. Harry tidak perlu memasang telinga untuk mendengar Draco menyumpah. Senda gurau dan obrolan segera saja terdengar lantang sampai ke tempat mereka berdiri.

Slytherin pirang itu buru-buru melepas tangannya dari kemeja Harry. Bibirnya mendecih. "Ini bencana."

Kali itu Harry setuju.

Murid-murid keempat asrama yang baru saja selesai makan malam jelas berharap mereka dapat melintasi koridor seperti biasa untuk menyerbu tempat tidur. Namun sayangnya gemuruh langkah tersebut harus berhenti di tengah persimpangan.

Harry dan Draco terperangkap.

Tidak ada yang tersisa. Canda tawa mendadak lenyap seperti diserap habis oleh udara. Gumaman-gumaman terkejut mulai beradu, dari mulut ke mulut, sementara anak kelas satu dan dua yang tingginya tidak seberapa buru-buru berdesakan, saling mendorong untuk maju ke depan, ingin menyaksikan pemandangan mengerikan itu.

Harry menelan ludahnya, membiarkan keheningan dan kasak-kusuk menyapu, merambatinya dengan penyesalan. Draco benar. Ternyata ia sama sekali tidak ingin ditemukan di sini.

Tidak ketika semua orang dengan nalar berasumsi bahwa Draco dan dirinya lah penyebab insiden yang terjadi di depan mata mereka.

"Ada apa ini? ADA APA INI?"

Kerumunan itu reflek terkesiap begitu suara yang sudah sangat dikenal ikut bergabung. Tidak perlu tukar pandang untuk tahu siapa yang datang. Seolah hari itu belum cukup sial bagi Harry, Argus Filch buru-buru menerobos ke depan untuk meredakan kericuhan. Namun langkahnya terhenti saat mencapai genangan air. Laki-laki tua itu langsung melihat Mrs. Norris dan nyaris jatuh terjengkang, kakinya bergegas mundur dengan ngeri.

Draco mengembuskan napas keras. Bencana tahap dua.

"A-apa yang kalian lakukan pada KUCINGKU?!" jeritnya dengan suara tercekik. Matanya menonjol marah ke arah Harry sekaligus Draco. Bibirnya begitu gemetar untuk berkata-kata. "K-kalian! Pasti kalian yang membunuh kucingku! Kubunuh! Kub-"

Draco merentangkan satu tangannya di depan dada Harry, mendorong cowok itu ke belakangnya.

"Argus!"

Tepat waktu. Harry menurunkan lengan Draco sementara Profesor Dumbledore, diikuti beberapa guru yang terkaget-kaget, berhasil menerobos kerumunan. Madam Pinch mengatupkan tangan ke mulut, terkejut.

A STRANGER IN THE MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang