Harry merutuki langkahnya sendiri dengan gemas. Ia benci tangga-tangga sialan itu. Seharusnya ia bisa langsung kembali ke asrama dan mempersiapkan diri untuk kelas selanjutnya, tapi tangga batu penghubung dari ruangan Kepala Sekolah ini malah berputar arah seenak jidat dan memaksanya menyusuri koridor terkutuk itu, lagi. Benar-benar kurang ajar.
Bukan apa-apa, tapi belakangan ini Harry memang jadi sentimen setiap harus lewat sana. Label tak kasat mata yang berbunyi "Tersangka Pewaris Slytherin" masih tercetak jelas di keningnya. Meskipun anak-anak Slytherin lain sudah melakukan usaha terbaik mereka dalam menyebar tatap-tatap intimidasi—berani menggosipkan asramaku, kau mati—pada cecunguk-cecunguk tidak tahu diri yang coba-coba memulai konfrontasi, sekolah masih terasa begitu suram. Semua orang jadi paranoid, apalagi kalau Harry ada di dekat mereka, dan hal-hal semacam itu mampu membuat jengkel siapa pun semudah menyalakan api dalam ruang penuh oksigen.
Cowok dengan bekas luka sambaran petir itu baru saja akan menghela napas, mengingat koridor yang sejauh ini dihindari sudah ada di depan matanya, ketika ia menemukan sesuatu—atau seseorang—yang kelewat familiar. Iris hijau Harry segera menyipit. Ia benar-benar tidak bisa percaya pada apa yang dilihatnya. Siapa pula yang bisa percaya bahwa pewaris tunggal klan penyihir terhormat, keturunan darah murni Salazar Slytherin, seorang Draco Lucius Malfoy— sedang berjongkok dan mengintip ke dalam celah pintu kamar mandi anak perempuan?
Kadang Harry merasa harus melongok apa isi kepala pirang bodoh itu.
.
.
.
A STRANGER IN THE MIRROR
.
sequel of Change Me, Malfoy
© belleslettresx
.
Harry Potter © J.K. Rowling
Saya tidak mengambil keuntungan materiil apa pun dalam pembuatan fanfiksi ini
.
.
.
Chapter 9 – Serpensortia
.
"Lebih baik kalian mulai bicara supaya aku bisa mempertimbangkan apa yang harus kulaporkan pada Dumbledore."
"Kami tidak harus menjelaskannya padamu."
"Kalau begitu jelaskan di depan seluruh murid Hogwarts nanti, setelah skandal kecil Gryffindor ini diketahui publik."
Hening. Hela napas terdengar.
"Sudahkah seseorang memberitahukan betapa brengseknya dirimu, Malfoy?"
Hermione Granger menyeka rambutnya yang sudah acak-acakan, mengembang sana-sini, cokelat yang memenuhi pemandangan cermin setiap kali ia memakai dasi di pagi hari. Gadis Gryffindor itu merutuki kesalahannya sendiri, tidak memantrai pintu toilet seperti yang biasa ia lakukan. Benar-benar ceroboh, tapi siapa juga yang menyangka hal ini bakal terjadi?
"Apa yang kudapat dengan menjelaskan ini padamu, Malfoy?" keluhnya pelan, lagi. "Ini sama sekali bukan urusanmu."
"Kau lebih suka ini jadi urusan Dumbledore, kalau begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A STRANGER IN THE MIRROR
Fanfiction[SHORTLISTED ON #WATTYS2018!] Mereka bilang ada yang bernapas dalam hening. Mereka bilang ada yang bergerak dalam gelap. Mereka bilang ada yang hidup di lorong-lorong yang mati. "Suka atau tidak, salah satu di antara kalian adalah pewaris Slytherin...