chapter 1

34 9 3
                                    

"Jika kamu tak menemuiku di surga kelak, aku mohon cari aku. Dan mintalah pada Allah SWT, beritahu bahwa aku, juga pernah beramal dan melakukan kebajikan bersamamu, sahabat jannahku."
-Rosalina Putri Zafara-

****
Pagi yang lumayan mendung, seperti fikiranku akhir-akhir ini.
Tak ada kicauan burung bernyanyi, yang senantiasa menemani aktivitasku setiap hari.

Langit mulai menghitam, ku lihat jam tangan black red yang melingkar indah di lengan tangan kiri ku.

Pukul 06.25

Berikut waktu yang tertera pada jam tanganku.

***

"Pagi ma, pa, mas!" Sapaku pada keluarga di ruang makan.

"Pagi juga sayang." Jawab papa dan mama hampir bersamaan

"Pagi dek." Ucap mas Faro dengan senyum manis dibibirnya dan ke dua lesung pipi terpampang indah diwajahnya,

Hal yang jarang bahkan sangat tidak pernah aku lihat padanya, senyuman itu sontak membuat semua orang terkejut.

Tidak biasanya mas Faro membalas sapaan dan tersenyum pada kami.

Tapi syukurlah, semoga saja ini suatu perubahan yang besar.

"Pa, ma, dek. Faro berangkat duluan ya, ada janji sama teman Faro!" pamitnya,

"Loh, nggak mau sarapan dulu mas?" Tanyaku.

"Enggak dek, nanti aja di kantin kampus.

Ya, mas Faro memang sedang kuliah. Setelah 1 tahun berhenti sejenak untuk bekerja dan mengumpulkan uang.

Mas Faro memang mandiri sejak kecil, aku juga kagum pada kakaku sendiri.
Tapi sayang, sikapnya yang dingin membuat aku canggung pada kakakku sendiri.

Aku hanya membalas senyum dan mengangguk kecil.

Mas Faro pun pergi menaiki mogenya
(Motor Gede).

Tak butuh waktu lama, aku, mama, dan papa pun selesai sarapan.

"Ma, Ara berangkat ya. Assalamu'alaikum." Pamitku pada mama seraya mencium tangan halusnya.

"Wa'alaikumussalam. Iya sayang, hati-hati ya. Yang pinter sekolahnya, pulang langsung ya jangan keluyuran!" Pesan mama padaku

Ya, aku memang selalu diperhatikan bahkan dikhawatirkan oleh mama dan papa, mungkin karena aku ini anak bungsu kali ya. Dan mungkin sudah kodratnya anak bungsu begitu disayang, apalagi aku seorang perempuan.

Bukan mas Faro tidak disayang, mereka sayang keduanya kok.
Hanya saja mas Faro sudah dewasa sekarang, dan aku. Aku masih dianggap anak perempuan kecil mereka.

Aku pun mengangguk kecil dan tersenyum pada mama.

"Papa juga berangkat ya ma. Assalamu'alaikum." pamit papa.

"Wa'alaikumussalam. Iya pa, hati-hati ya jangan kebut-kebutan." Pesan mama seraya mencium lembut tangan suami tercintanya.

Papa pun membalasnya dengan ciuman lembut dikening mama.

Mereka nggak sadar kali ya, kalo masih ada aku ngelihatin, batinku. Seraya menggelengkan kepala.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang