Lathifa 02

44.4K 2.6K 13
                                    

"17 agustus?" Tanya Fatimah tiba-tiba.

Nisa mengangguk cepat dengan berulang kali. Lathifa hanya menganggukan kepalanya lesu.

"Padahal seminggu lagi.." Keluhnya.

"Lo kenapa lemes banget sih? Belum makan?" tanya Nisa akhirnya.

"Udah.. Aku udah makan.. Aku hanya gak suka kalau udah persiapan 17 agustus nanti.." Jawab Lathifa.

"Kenapa??? Kan seru tau.." Balas Nisa.

"Gue setuju ama Lathifa. Males tau gk Nis.. Banyak banget lombanya.. Terus nanti sibuk lah, banyak yang malah main.. Pokoknya ribet gitu.. Gue yang ngebayangin aja langsung pusing.." Ucap Fatimah.

"Halah.. Sekarang aja lo ngomong gini.. Nanti aja kalau udah acaranya.. Beuh yang paling bahagia tuh.." Celetuk Nisa.

Fatimah hanya menunjukkan cengiran khasnya, sedangkan Nisa dan Lathifa hanya melihat-lihat sekitar yang sudah mulai ramai dan sibuk.

Persiapannya sudah dimulai. Membuat Lathifa sedikit risih dengan tubuhnya yang tidak hanya sekali bersentuhan dengan lelaki SMA sini.

"Aku gak nyaman banget..." Ucap Lathifa ke Nisa dan Fatimah.

"Gue juga ngerasa gitu sih La.. Tapi gue pengen disini..." Sahut Nissa.

"Gue juga pengen disini Laa.."

"Yaudah.. Aku ke masjid aja yaa.. Kalian di sini aja biar aku nanti gampang nyari kalian." Ujar Lathifa panjang lebar.

Nisa dan Fatimah kompak membentuk hormat ke Lathifa. Lathifa hanya menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan ke Masjid. Masjid itu jauh dari kantin. Kurang lebih harus ngelewatin lapangan yang ramainya udah kayak lagi upacara.

Lathifa berhenti di tengah jalan. Menatap ke arah dimana lapangan itu banyak sekali laki-laki berkumpul membuat Lathifa bingung. Lewat atu tidak.

"Kamu kenapa berhenti?" Tanya seseorang.

Lathifa membalikkan tubuhnya dan melihat ternyata Arsyad dan Irsyad. Lathifa menjawab sambil menunduk, "Sa-saya mau ke masjid kak.." Jawab Lathifa.

"Terus? kenapa gak lewat?" Tanya Irsyad bingung.

Lathifa hanya menatap lapangan. Dengan malu ia bertanya, "Apa ada jalan lain selain lapangan untuk ke Masjid kak?" Tanyanya sopan.

"Kalau itu gak ada.. Harus dari sana.." Jawab Irsyad.

Lathifa menatap lapangan itu dengan harapan ada air hujan yang jatuh rintik-rintik agar permainan sepak bola terhenti dan ia akan berlari secepat mungkin ke masjid.

"Kalau gitu saya duluan ya.. Banyak tugas.. Aku duluan bang.." Pamit Irsyad.

Lathifa dan Arsyad kompak menganggukkan kepalanya. Asryad masih berdiri di hadapan Lathifa dengan tatapan santai.

"Mari saya antar.." Ucap Arsyad.

"Maksudnya kak??" Tanya Lathifa bingung.

"Saya antar.. Kamu berdiri di belakang saya.. Jangan jauh-jauh.. Nanti bisa kena laki-laki disana.." Jawab Arsyad.

Lathifa menganggukkan kepalanya cepat. Berterima kasih kepada Allah karena membantunya dalam hal ini. Memang kalau ingin dekat ke Allah jalannya ada aja.. batinnya.

Arsyad mulai berjalan di depan Lathifa. Sedangkan Lathifa berjalan di belakang Arsyad dengan jarak satu langkah. Tak jarang Arsyad menjawab sapaan kakak kelas, ataupun adik kelas Arsyad.

"Akhirnyaa.." Gumam Lathifa saat sudah mulai menjauhi lapangan karena kepalanya sedang berbalik ke arah lapangan.

"Aduhh!!!" Keluh Lathifa saat merasa kepalanya menabrak dinding.

"Maaf saya gak sengaja berhenti.." Ucap Arsyad sambil meminta maaf.

'Punggung kak Arsyad beton?' batinnya.

"Iya kak.. Gak papa.. Saya juga salah gak memperhatikan.. Kenapa kak??" Tanya Lathifa kepo.

"Tadi tim futsal lewat.." Jawab Arsyad sekenanya.

Lathifa hanya mengangguk mengerti. Lalu kembali mengikuti langkah Arsyad menuju masjid. setelah berjalan lima menit, mereka sampai di bangunan indah, gagah dan besar ini. Bangunan dengan warna hijau muda dan langit-langit dalamnya yang berlatarkan langit berawan.

"Terima kasih banyak kak.. Saya permisi.. Assalamu'alaikum.." Pamit Lathifa dan mulai memasuki Masjid dengan mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Wa'alaikumsalam.." Gumam Arsyad sambil tersenyum.

Di dalam masjid, Lathifa melihat Arsyad yang sudah kembali ke arah lapangan. Dirinya sendirian di dalam masjid bagian perempuan ini.

Tak lama, suara lelaki memasuki indra pendengarannya. Lelaki itu menyebut-nyebut nama Arsyad. Dan Lathifa menajamkan indra pendengarannya secara tidak sadar.

"Mana Arsyad??? Kita butuh dia buat ambil mapnya.." Ucap salah seorang yang Lathifa kenal dari suaranya bernama Lathif. Mirip dengannya bukan?

"Tadi gue liat dia udah pergi Thif.. Udah lewat lapangan lagi.. Dan itu 15 menit yang lalu.." Jawab Reno.

"Kita tunggu lima menit lagi.." Ucap Lathif.

Mereka lalu membicarakan yang lainnya. Sementara Lathifa, sekarang jantungnya merasa ingin lompat. Lompat dari tempatnya. Lompat entah kemana-mana.

Saat ini, dia berfikir sesuatu, "Ya allah.. Kenapa akhir-akhir ini Lathifa malah dekat dan sering dipertemukan dengan kak Arsyad? Apakah kerjaan Lathifa menjadi pengagum rahasia kak Arstad tak berguna lagi ya Allah??" fikirnya keras.

Setelah lima menit kemudian, Lathifa mendengar derap langkah kaki yang terburu-buru. Dan saat langkah itu berhenti, Lathif langsung memberikan seribu pertanyaan ke Arsyad.

"Maaf Thif.. Aku tadi abis ngerjain sesuatu.. Ada yang butuh pertolongan kaum adam Thif.." Jawab Arsyad.

"Maksud lo?" tanya Lathif bingung.

"Tadi ada yang harus aku urus dulu.. Penting.." Jawab Arsyad lagi.

Lathifa yang mendengar hal itu langsung mendadak panik. Jatungnya tak bisa dikontrol olehnya. Tangannya sibuk berkipas padahal AC sudah hidup di segala arah.

"Ya Allah.. Kuatkan iman Lathifaa...." Doanya.

*******************

Lathifa [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora