Lathifa 03

38.8K 2.5K 11
                                    

Arsyad sibuk dengan urusannya saat ini. Lathif, wakil ketua rohis sangat sibuk dengannya. Minggu depan, saat 17 agustus tiba, setelah selesai upacara mereka akan ke bazaar yang di selenggarakan SMA tetangga. Dan mereka wajib datang.

"Kita butuh 5 putri dan 7 putra. Kalau putrinya kita bisa ambil adik kelas 10 ataupun 11. Tapi jangan 12 karena pelajaran mereka akan terganggu.." Jelas Lathif.

"Putranya?" Tanya Rafli.

"Putranya ambil dari anggota rohis aja.." Jawab Lathif.

"Adek saya juga bisa ikut.." Tambah Arsyad.

"Nah tu.. Kalau kamu, Arsyad sama Irsyad udah 3. Tinggal cari 4 lagi. Ceweknya biar urusan saya.." Ucap Lathif.

"Emm.. Saya mau nyaranin satu cewek.. Barangkali dia mau ikut.." Ucap Arsyad.

"Siapa Syad?" Tanya Rafli bingung. Pasalnya cowok satu ini paling jauh dari kata cewek.

"Lathifa Az-Zahra.. Anak XI IPA 3. Pakai kerudung besar, badannya kecil, dan tubuhnya kira-kira sebahu saya.." Jawab Arsyad kelepasan.

"Kamu perhatiin dia ya?" Tanya Rafli menebak.

"Enggak. Saya hanya sering liat dia di kantin.. Lalu, saya tanya sama adik saya Irsyad.." Jawab Arsyad dengan senyumannya.

"Yasudah nanti kamu saja yang cari. Dan tolong Syad itu, kamu bawa mobil ya.. biar naik mobil aja.. Hemat biaya.. Bisa?" tanya Lathif.

"Insyaallah.." Jawab Arsyad sekenanya.

Lathif mengangguk lalu pergi bersama Rafly dan lainnya. Meninggalkan Arsyad sendirian di masjid itu. Dan di balik gorden hijau yang bertengger menjadi pemisah antara perempuan dan laki-laki itu telah duduk seorang Lathifa.

"Kamu dengar kan?" Tanya Arsyad menghadap ke jarum jam yang ada di dinding.

"Dengar kak.." Jawab Lathifa pelan.

"Kamu ikut?" Tanya Arsyad lagi.

"Insyaallah Kalau bude memberi izin.." Jawab Lathifa.

"Perlu saya bantu izinkan??" Tanya Arsyad sambil membuka buku hafalannya.

"Tidak usah kak.. Tidak perlu. Saya akan coba sendiri dulu Kak.." Jawab Lathifa sambil berdiri.

Ia ingin pergi dari situasi canggung bin malu ini. Mengintip sebentar untuk melihat lapangan. Hal inilah yang dicemaskannya. Lapangan yang saat ini menjadi tempat tanding sepak bola masih sangat ramai.

"Aku laper.." Gumamnya pelan.

Lathifa mengerucutkan bibirnya. Perasaan kesal menghampirinya. Tapi, mengingat ia dan Arsyad ada di satu tempat membuatnya mengulum senyum. Dan tepat saat itu, Arsyad berdeham.

"Mau ke kantin?" Tanya Arsyad basa basi.

"Kenapa kak?" Tanya Lathifa balik.

"Saya mau ke kantin.. Biar sekalian.." Jawab Arsyad.

"Gak ngerepotin kak?" Tanya Lathifa bingung.

"Enggak,"

"Mau kak.."

Lathifa keluar masjid bersamaan dengan Arsyad. Seperti tadi, Arsyad memimpin jalan di depan dan diikuti oleh Lathifa di belakangnya.  Saat di lapangan, teriakan maupun seruan laki-laki dan perempuan sangat memekakkan telinga.

"Eh!"

Lathifa berhenti saat Arsyad berdiri di samping kirinya. Dilihatnya lengan kiri Arsyad terkena tangan seorang lelaki yang Lathifa ketahui namanya Arthur.

"Eh maaf Syad.. Gak sengaja gue.." Cengirnya.

"Gak papa.. Lanjut Thur.." Balas Arsyad dengan tersenyum dan dibalas dengan senyuman pula oleh Arthur.

"Gak kena kan?" Tanya Arsyad menundukkan kepalanya.

"Gak kena kok kak.. Makasih banyak.." Jawab Lathifa sambil tersenyum.

Arsyad melanjutkan jalannya di depan Lathifa. Sampai di kantin, mereka berpisah dan Lathifa sibuk mencari kedua sahabatnya. Mata Lathifa memicing saat melihat seseorang melambai padanya dengan sebuah senyuman lebar.

"Sini..." Ucap Fatimah sambil menaik turunkan telapak tangannya.

Lathifa mengangguk sekilas dan berjalan cepat menuju kedua sahabatnya itu. Saat sampai di hadapan sahabatnya, Irsyad lewat dan menyenggol Lathifa. Irsyad yang kaget tak sengaja menumpahkan teh manis dinginnya ke baju belakang Lathifa.

"Aduhhh dingin..." Keluh Lathifa.

"Ehhh.. Maaf Laa.. Gak sengajaaa suerr.." Ucap Irsyad dengan tangan yang terulur ke arah punggung Lathifa.

"Shuh! Jangan sentuh-sentuh Lathifa kak.." Ujar Nisa dengan menimpuk tangan Irsyad pakai sendok.

"Aduh.. Astagfirullah.. Maaf.." Ringis Irsyad.

"Duh gimana.. Basah ini..." Panik Fatima yang menutupi bagian belakang tubuh Lathifa.

"Buka baju terus pakai jaket saya ya.." Pinta Irsyad.

"Mana jaketnya? Masa iya buka baju disini..." Celetuk Nisa lagi.

"Sebentar saya ambil.."

Irsyad langsung berlari meninggalkan tiga gadis yang sedang rempong itu. Nisa mencoba meniup bajunya dan Fatimah yang mengelap baju Lathifa dengan tisu. Sementara Irsyad, saat ini sedang memohon meminja jaket Arsyad.

"Bang.. Kamu kan lagi makan.. Terus dalam susunan makan itu gak ada istilah 'pakailah jaket sebelum makan' pinjem yaaaa..." Pinta Irsyad.

"Buat apa sih?? Sampe segitunya.. Abang nanti pakai apa pulang?" Tanya Arsyad sambil memasukkan satu bakso ke mulutnya.

"Bang.. Kan pulang naik mobil. Cukup pakai seragam sekolah juga gapapa.. Gak akan kena debu.. Yayaya.." Pinta Irsyad lagi.

"Jaket kamu kemana?" Tanya Arsyad dengan memutar bola matanya jengah.

"Ketinggalan bang.. Dan sekarang genting.. Baju Lathifah basah bang belakangnya.. Aku gak sengaja numpahin teh manis bang...." Pinta Irsyad yang mulai menyerah.

Mendengar nama Lathifa, Arsyad menghetikan makannya sebentar. "Yaudah bawa sana.. Makanya hati-hati.."

Irsyad memeluk Arsyad sebentar dan mengambil jaket Arsyad yang berwarna  biru dongker dengan semangat 45. Dibawanya kakinya menuju kantin tempat Lathifa berada.

"Ini.. Jaketnya.." Ucap Irsyad.

Lathifa menerima jaket itu dan berlari ke kamar mandi. Setelah keluar kamar mandi, Lathifa membawa baju putihnya ke kelas dan meletakkan baju itu di tas.

"Jaketnya wangi.." Gumam Lathifa.

Sepanjang perjalanan ke kantin, Lathifa menjadi pusat perhatian. Banyak juga yang bergumam tentang jaket yang dipakai Lathifa. Sampai sebuah suara mengagetkannya.

"Lathifa.."

"Iya? Ada apa Li?" Tanya Lathifa yang menghentikan langkahnya.

"Lo ngapain pake jaketnya kak Arsyad?" Tanya Lila balik.

"Hah?!"

************************

Lathifa [END]Where stories live. Discover now